Penampilan Johan Cruyff yang memesona pada Piala Dunia 1974 di Jerman masih saja menarik untuk dibahas beberapa dasawarsa kemudian. Kapten tim nasional sepak bola Belanda itu menjadi aktor utama permainan menawan yang disebut total football.
Berdasarkan buku The World Cup 1930-2002 yang disusun John Robinson dan diterbitkan Soccer Books Limited tahun 2002, final Piala Dunia 1974 menegaskan kelahiran sistem total football dengan karakteristik utama kemampuan sebelas pemain Belanda untuk bertukar peran, bertahan dan menyerang, sama baiknya. Meski tim ”Oranye” akhirnya menyerah kepada tuan rumah Jerman dengan skor 1-2 pada laga final, permainan Cruyff dan Belanda tetap memukau dunia.
Aksi Cruyff pun kembali dinanti dunia pada Piala Dunia 1978 di Argentina. Namun, dunia terkejut ketika Cruyff memutuskan gantung sepatu pada tahun 1977 setelah membantu meloloskan tim Oranye ke putaran final. Padahal, usia Cruyff saat itu baru 30 tahun.
Semula, alasan politik disebut menjadi penyebab, yakni
ketidaksetujuan Cruyff pada rezim militer di Argentina. Namun, alasan sesungguhnya tidak disampaikan Cruyff yang bungkam selama tiga dekade. Pada 2008, ia akhirnya buka mulut mengenai pengalaman traumatisnya. Ternyata, Cruyff yang pada 1977 bermain untuk Barcelona, Spanyol, nyaris menjadi korban penculikan. Pelaku bersenjata api menerobos masuk ke flat Cruyff.
Salah satu pemain terbaik dunia itu akhirnya selamat, tetapi memilih tak membela tim Belanda daripada keselamatan keluarganya terancam. Belanda kembali ke final pada Piala Dunia 1978, tetapi lagi-lagi kalah, kali ini ditaklukkan Argentina. (bay)