Skuad Inggris di bawah asuhan Pelatih Gareth Southgate sejauh ini mampu mengatasi tekanan demi tekanan di Piala Dunia Rusia 2018, termasuk melawan kutukan adu penalti.
Moskwa, Kompas Tim nasional Inggris berevolusi menjadi tim yang lebih segar dan tahan banting di bawah asuhan pelatih Gareth Southgate. Kemenangan Inggris atas Kolombia, 1-1 (4-3), pada laga 16 besar Piala Dunia Rusia 2018 di Stadion Spartak, Moskwa, Rabu (4/7/2018) dini hari WIB, menjadi buktinya.
Pada laga itu, skuad ”Tiga Singa” berhasil memenangi laga melalui adu penalti untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan di Piala Dunia. Mereka juga sedikit mematahkan anggapan bahwa Inggris bakal mudah tersingkir di fase gugur.
Sejarah menunjukkan bahwa Inggris belum pernah mencapai semifinal lagi sejak 1990. Bahkan, mereka tersingkir saat penyisihan grup empat tahun lalu di Brasil.
Southgate memang ingin mengubah wajah skuad Tiga Singa untuk menutup masa lalu yang buruk itu. Hal itu seiring dengan maraknya yel-yel ”football is coming home” atau kembalinya sepak bola dari para fans Inggris di Rusia. Kalimat yang diambil dari lagu ”Three Lions” milik grup musik Inggris, The Lightning Seed, itu menggambarkan kerinduan publik Inggris merasakan gelar juara dunia yang baru sekali mereka rasakan tahun 1966.
Oleh karena itu, sejak ditunjuk untuk melatih Inggris pada akhir 2016, Southgate sudah mulai memiliki formula. Mantan bek timnas itu ingin skuadnya diisi para pemain muda sehingga rata-rata usia pemain skuad Inggris di Rusia saat ini 26 tahun. Bek Liverpool, Trent Alexander-Arnold, yang baru berusia 19 tahun, menjadi pemain termuda di tim.
Dari sisi formasi, Southgate berani mengubah standar empat bek menjadi tiga bek. Formasi ini pernah dipakai pelatih Inggris era 1990-an, Glenn Hoddle, ketika Southgate masih bermain untuk timnas. Dengan formasi ini, Inggris bisa memaksimalkan kekuatan di lini tengah.
Dua hal itu yang dipakai Inggris untuk menghancurkan mimpi Kolombia di Spartak melalui permainan yang ”kotor” karena terjadi 36 pelanggaran yang menghasilkan delapan kartu kuning. Inggris lebih dulu unggul 1-0 ketika Harry Kane berhasil mengeksekusi tendangan penalti. Kane pun masih kokoh sebagai pencetak gol terbanyak sementara dengan mengemas enam gol dalam tiga laga.
Namun, Kolombia memiliki Yerry Mina, bek yang tangguh di belakang dan tajam ketika maju ke depan. Dengan tinggi 194 sentimeter, Mina melompat dan mencetak gol pada menit ke-90+3 melalui sundulan. Itu adalah gol ketiga yang ia ciptakan melalui sundulan dalam tiga laga berturut-turut di Rusia.
Ketika memasuki babak adu penalti, Eric Dier menjadi penentu kemenangan ketika tendangannya tidak bisa dihalau kiper Kolombia, David Ospina. Adapun kiper Inggris, Jordan Pickford, menjadi pahlawan karena menggagalkan tendangan Carlos Bacca. Akhirnya, Pickford memperoleh kesempatan untuk membuktikan kemampuannya pada laga ini.
”Inggris memang bermain lebih baik dan pantas menang,” kata Juan Camilo, warga Kolombia yang menonton langsung laga itu di Stadion Spartak.
Malam itu, stadion dipadati sekitar 44.000 penonton dan sebagian besar adalah pendukung Kolombia. Hal ini semakin membuktikan bahwa mental Kane dan kawan-kawan semakin kuat.
Ketajaman serangan
Meski melaju ke perempat final, Inggris belum aman. Mereka akan bertemu Swedia, tim
yang memiliki pertahanan kuat, di Samara Arena, Sabtu (7/7). Swedia akan menguji lini serang Inggris yang lebih produktif melalui bola-bola mati. Dari 9 gol yang sudah dikemas Inggris, sebanyak 7 gol berasal dari bola mati.
Kolombia bisa menjadi alat ukur bagi Inggris. Menghadapi Kolombia, Inggris memiliki banyak peluang, tetapi hanya bisa mencetak gol melalui tendangan penalti, bola mati.
”Saya sekarang sangat memikirkan Swedia. Catatan kami saat melawan Swedia sangat buruk dan kami telah meremehkan mereka sejak lama,” katanya.
Pada pertemuan terakhir tahun 2012, Swedia mampu
mengalahkan Inggris, 4-2, dalam laga persahabatan. Swedia waktu itu masih diperkuat Zlatan Ibrahimovich yang mencetak keempat gol bagi timnya.
Mantan Pelatih Inggris Sven-Goran Eriksson kepada BBC memprediksi bahwa Inggris masih akan kesulitan mencetak skor ke gawang Swedia. ”Mungkin laga akan kembali hingga 90 menit dan selebihnya tidak ada yang tahu,” ujarnya.