Tantangan Duel Terbuka
Ambisi tuan rumah Rusia melampaui capaian sebagai urutan keempat Piala Dunia Inggris 1966 dibenturkan dengan misi Kroasia yang berharap mampu melebihi catatan sebagai urutan ketiga Piala Dunia Perancis 1998.
SOCHI, RABU Permainan sengit dan keras diprediksi mewarnai laga perempat final Piala Dunia 2018 antara Rusia dan Kroasia, Minggu (8/7/2018) pukul 01.00 WIB, di Stadion Fisht, Sochi, Rusia.
Sochi, kota berpenduduk sekitar 345.000 jiwa dengan cuaca hangat di tepi Laut Hitam, akan berubah menjadi ”neraka” bagi tuan rumah Rusia atau Kroasia saat berduel di stadion berkapasitas 45.000 kursi itu.
Perempat final itu akan menjadi pertemuan kedua tim yang lolos setelah drama adu penalti di babak 16 besar. Ini relatif mengulang situasi di Piala Dunia Italia 1990. Kala itu, Jerman Barat dan Argentina berhadapan di final setelah lolos lewat drama sabung tendangan 12 pas.
Banyak skenario permainan bisa ditempuh ”Sbornaya” selaku tuan rumah maupun ”Vatreni”, sang tamu. Skenario pertama, kedua tim bermain terbuka. Pertempuran terjadi di lini tengah jika kedua tim memakai formasi 4-2-3-1. Gelandang Rusia, Aleksandr Golovin, akan adu kehebatan melawan kapten Kroasia, Luka Modric.
Bermain terbuka, kedua tim akan terpaksa jual-beli serangan hingga saling menghujani gawang. Di sini, kegemilangan kapten dan kiper Rusia, Igor Akinfeev (14 penyelamatan), akan diperbandingkan dengan kiper Kroasia, Danijel Subasic (7 penyelamatan). Siapa yang tetap kokoh dan lolos?
Bermain terbuka memakai model 4-2-3-1, Rusia menggilas Arab Saudi 5-0, menang 3-1 atas Mesir, tetapi kalah 0-3 dari Uruguay. Di 16 besar melawan Spanyol, Rusia menempuh strategi bermain rapat dengan formasi 5-3-2. Rusia pun lolos lewat drama adu penalti.
Skenario kedua, permainan bisa cenderung membosankan jika salah satu atau kedua tim memilih bertahan lalu mengandalkan serangan balik. Rusia sudah menempuhnya di 16 besar ketika melawan Spanyol, juara Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Gaya tiki-taka Spanyol dengan penguasaan bola 75 persen, 1.149 operan, dan 9 tendangan tepat sasaran hanya berbuah satu gol bunuh diri bek tengah Sergei Ignashevich. Rusia melawan dengan membangun benteng kokoh sehingga penguasaan bola cuma 25 persen, membuat 284 operan, dan 1 tendangan tepat sasaran. Gol Rusia tercipta lewat tendangan penalti penyerang Artem Dzyuba.
Rusia, peserta turnamen dengan peringkat dunia terbawah (70), tetap punya energi tinggi. Mereka sudah pasti didukung segenap rakyat yang menonton di stadion atau seantero negeri yang luas itu. Faktor perubahan strategi permainan dari terbuka ke bertahan dan dukungan besar warga patut menjadi perhatian Kroasia.
Strategi
Jika tuan rumah berani bermain terbuka, Kroasia mungkin bisa berharap memetik kemenangan seperti di fase Grup D. Kroasia menang 2-0 atas Nigeria, 3-0 atas Argentina, dan 2-1 atas Eslandia ketika bermain dengan formasi 4-2-3-1.
Di perdelapan final, Kroasia tetap bermain terbuka, tetapi cukup kewalahan menghadapi Denmark. Tim ”Dinamit” itu punya pertahanan rapat dan kiper Kasper Schmeichel yang tangguh (21 penyelamatan).
Kroasia lolos dari lubang jarum lewat drama adu penalti. Kegemilangan kiper Subasic menggagalkan tiga eksekusi perlu diapresiasi dan diharapkan kembali tangguh saat melawan Rusia. Kroasia juga perlu melihat kemenangan Rusia atas Spanyol melalui adu penalti. Akinfeev gemilang dengan menahan dua eksekusi Spanyol.
Penampilan gemilang Akinfeev harus menjadi perhatian khusus Kroasia di Sochi nanti. Jika Rusia bermain dengan pola 5-3-2 seperti melawan Spanyol, Kroasia harus bekerja keras untuk menggempur benteng mereka.
Tiga bek tengah yang kokoh, ditambah kegemilangan Akinfeev, membuat gawang Rusia seakan begitu tebal, berlapis, dan amat sulit dijebol. Namun, dalam sepak bola tidak ada yang mustahil. Kroasia mau tidak mau harus berjuang tanpa lelah memancing Rusia bermain keluar atau terbuka.
Jika pancingan buntu, Kroasia harus bisa memaksimalkan situasi bola mati untuk mencetak gol lewat sepak pojok, tendangan bebas di depan kotak penalti, atau spekulasi. Modric, Ivan Rakitic, Ivan Perisic, dan Mario Mandzukic cukup baik untuk eksekusi tendangan bebas atau spekulasi.
Pelatih Rusia Stanislav Cherchesov mengatakan, dirinya masih memutar otak untuk menentukan strategi dan taktik melawan Kroasia. Namun, mantan kiper timnas Rusia itu gembira mengingat bek sayap Igor Smolnikov dapat tampil setelah akumulasi kartu.
Cherchesov boleh jadi agak pening karena beberapa pemain andalan sudah mendapat satu kartu kuning. Mereka adalah Golovin, Fyodor Smolov, Yury Gazinsky, Ilya Kutepov, dan Roman Zobnin. Cherchesov ada dalam situasi angguk geleng, menyimpan atau berani menurunkan para andalan itu. ”Kami bertekad lolos. Risiko harus diambil,” katanya.
Waspada kartu
Pelatih Kroasia Zlatko Dalic lebih pusing karena satu kartu kuning sudah dikantongi Rakitic, Marcelo Brozovic, Ante Rebic, Mandzukic, Sime Vrsaljko, Vedran Corluka, Marko Pjaca, dan Tin Jedvaj. ”Rusia kian sulit dikalahkan di tanah sendiri, tetapi kami harus tetap yakin,” katanya.
Dua kali Kroasia menghadapi tuan rumah. Itu terjadi saat debut mereka di Piala Dunia 1998 saat kalah 1-2 di semifinal. Selain itu, di Piala Dunia Brasil 2014, mereka juga kalah 1-3 di fase grup.
Dalam wawancara, Modric mengatakan, hanya langit yang membatasi Kroasia. Untuk itu, Kroasia akan sekuat tenaga menyakiti Rusia.
Subasic pun berharap Rusia bermain terbuka. ”Apakah mereka akan menyerang cepat? Seharusnya demikian karena mereka bermain di kandang,” katanya. (AFP/REUTERS/BRO)