Belgia sejauh ini menjadi tim paling tajam di Piala Dunia Rusia 2018, yaitu dengan koleksi rata-rata tiga gol di setiap laga. Ketajaman itu akan diuji ketika bertemu Brasil, tim kaya talenta dan kolektivitas, di perempat final Piala Dunia, Sabtu (7/7/2018) dini hari WIB.
MOSKWA, KOMPAS Belgia kian diperhitungkan sebagai salah satu unggulan di Rusia seusai memulangkan wakil Asia tersisa, Jepang, di babak 16 besar. Laga itu memperlihatkan Belgia seolah punya sejuta cara untuk menang berkat melimpahnya barisan pemain bintang yang berbeda gaya dan karakter.
”Die Roten Teufel”, julukan timnas Belgia, adalah tim paling kreatif di Piala Dunia 2018. Dari empat laga yang sudah dijalani, mereka membuat 77 tembakan dengan 30 di antaranya tepat ke arah gawang. Tembakan dibuat dari berbagai lini, tidak peduli itu striker atau bek. Gol-gol pun lahir dari pemain dalam beragam postur, entah itu yang pendek seperti Eden Hazard (1,73 meter) atau yang menjulang macam Marouane Fellaini (1,94 meter).
Kekayaan talenta juga membuat Belgia sangat sulit diterka. Mereka bisa mencetak gol dari berbagai cara, mulai dari kepala dan tendangan striker Romelu Lukaku, tusukan Hazard dan Kevin De Bruyne ke kotak penalti, situasi bola mati seperti sepak pojok dan tendangan bebas, hingga serangan balik secepat kilat seperti gol kemenangan Belgia yang dicetak Nacer Chadli saat menghadapi Jepang.
Ketika cara konvensional, yaitu penguasaan bola dan variasi operan-operan pendek, gagal bekerja, Belgia pun beralih taktik untuk mematahkan militansi dan kecepatan barisan pertahanan Jepang. Mereka ganti melancarkan serangan via ”jalur udara”, yaitu lewat umpan-umpan silang yang menjadi santapan empuk barisan jangkung macam Fellaini dan Jan Vertonghen. Tak heran, dari empat laga itu mereka mampu mengemas 12 gol.
”Mereka memperlihatkan mental dan semangat juang luar biasa untuk membalikkan defisit dua gol (saat melawan Jepang). Mereka jelas lawan yang dahsyat bagi Brasil, tim yang kaya pengalaman dan favorit juara di Rusia,” tulis Mark Ogden, analis sepak bola di ESPN, dalam kolomnya di media itu, Rabu (4/7).
Talenta tidak cukup
Faktor psikologis dan mental memang menjadi perhatian utama Pelatih Belgia Roberto Martinez mengenai kiprah Die Roten di Rusia. Sebelumnya, di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia Brasil 2014 silam, Die Roten tampil mengecewakan karena masalah kedua faktor itu. Langkah mereka terhenti di perempat final pada kedua turnamen tersebut, masing-masing di tangan Wales dan Argentina.
”Kami memiliki talenta-talenta luar biasa. Namun, kekayaan itu tidaklah cukup untuk memenangi turnamen besar. Kami harus belajar menjadi tim bermental juara,” ujar Martinez, seperti dikutip BBC, awal Juni.
Duel melawan Jepang adalah pembelajaran yang dibutuhkan Belgia, seperti dimaksud Martinez. Namun, Jepang bukanlah Brasil. Serupa Belgia, tim ”Samba” punya kualitas yang merata di berbagai lini, mulai dari depan hingga belakang. Dalam hal serangan, hanya Brasil yang bisa menandingi eksplosifnya Belgia di Rusia. Tim Samba menciptakan 30 tembakan tepat ke gawang dari total 77 percobaan.
Hanya saja, yang membedakan, Brasil jauh lebih tangguh di lini belakang. Dari empat laga yang dijalani, mereka hanya sekali kebobolan. Tidak seperti Belgia, Brasil terlihat sangat mudah melewati babak 16 besar dengan menyingkirkan ”kuda hitam” Meksiko, 2-0. Brasil menciptakan 30 tekel dan 84 sapuan di areal pertahanan, jauh lebih banyak ketimbang koleksi Belgia, yaitu 19 tekel dan 64 sapuan.
Palang pintu
Joao Miranda dan Thiago Silva menjadi duet palang pintu paling berpengalaman di Rusia. Keduanya telah membela Samba dan mengarungi berbagai turnamen bersama sejak 2009. Kehadiran dua gelandang jangkar, pekerja keras, dan berstamina ”kuda”, yaitu Casemiro dan Paulinho, kian memperkuat lapisan pertahanan Brasil. Tak ayal, catatan itu bakal kian membuat Belgia pusing menatap laga ini.
Tim peringkat ketiga dunia itu memiliki rekor buruk menghadapi tim-tim Amerika Selatan. Bayangkan saja, mereka tidak pernah bisa menang atas wakil Amerika Selatan di babak gugur Piala Dunia. Jangankan menang, satu gol pun belum pernah Belgia sarangkan ke tim-tim asal benua tersebut. Itu terlihat saat mereka disingkirkan Argentina, 0-1, pada perempat final Piala Dunia di Brasil.
Namun, Martinez tidak sabar ingin memperlihatkan ”wajah baru” Belgia yang lebih garang saat melawan Brasil di Arena Kazan. Stadion itu bakal kembali menjadi saksi pulangnya satu lagi tim unggulan, menyusul Jerman dan Argentina.
”(Laga kontra Brasil) ini adalah tipe pertandingan yang sangat didambakan sejak kecil. Kami akan menikmatinya sejak menit pertama,” ujar Martinez.