Tidak ada jaminan bagi tim dengan nilai pasar mahal bisa berprestasi di Piala Dunia Rusia 2018. Buktinya, Spanyol dan Jerman dengan pasukan senilai triliunan rupiah justru angkat koper sejak dini.
Spanyol tiba di Rusia berlabel tim termahal ketiga setelah Perancis dan Brasil. Gabungan nilai pasar Andres Iniesta cs mencapai Rp 16,4 triliun. Sayang, ”modal” besar itu hanya mengantar ”La Furia Roja” sampai di 16 besar.
Juara dunia 2010 itu takluk dari kesebelasan tuan rumah Rusia. Mereka kalah lewat adu penalti, 3-4, setelah imbang 1-1 dalam waktu normal. Padahal, nilai pasar tim ”Matador” enam kali lipat dari pasukan ”Sbornaya”.
Momen penentu adalah saat adu penalti. Kiper Spanyol, David de Gea, yang bernilai Rp 1,2 triliun, tidak mampu menahan satu tendangan pun. Sementara kiper Rusia, Igor Akinfeev, yang hanya bernilai Rp 168 miliar, menggagalkan dua tendangan dan terpilih menjadi bintang laga.
Di sisi lain, nilai pasar dua penendang Spanyol yang gagal mengeksekusi penalti, Koke dan Iago Aspas, mencapai Rp 1,6 triliun. Nilai itu jauh dibandingkan dengan gabungan empat eksekutor penalti Rusia yang berhasil mencetak gol, yakni Denis Cheryshev, Aleksandr Golovin, Sergei Ignashevich, dan Fyodor Smolov, yang hanya bernilai Rp 623 miliar.
Pelatih Spanyol Fernando Hierro mengaku masih mencari bentuk terbaik tim yang ditanganinya hanya dua hari sebelum putaran final Piala Dunia 2018 dimulai. ”Tidak ada gunanya melihat ke belakang. Saya memang menjadi pelatih dua hari sebelum laga melawan Portugal. Namun, saya harus menerima konsekuensi dan hasil ini,” kata Hierro.
Kejutan besar dialami juara dunia Jerman. ”Die Mannschaft” terhenti di babak grup dan menempati juru kunci klasemen. Padahal, tim termahal keempat, bernilai Rp 14,8 triliun, itu memiliki dua sampai tiga lapis pemain dunia di setiap posisi.
Uniknya, lawan Toni Kroos cs di Grup F adalah tim non-unggulan, yakni Swedia, Meksiko, dan Korea Selatan. Dilihat dari nilai pasar, gabungan ketiga lawan Jerman tidak sampai setengah nilai skuad Jerman, hanya Rp 6,1 triliun. Swedia bernilai Rp 2 triliun, Meksiko bernilai Rp 2,6 triliun, dan Korsel Rp 1,5 triliun.
Lini serang Die Mannschaft dengan megabintang Mesut Oezil, Thomas Mueller, Timo Werner, dan Marco Reus memiliki nilai total pasar Rp 3,5 triliun. Namun, dari lini serang itu, hanya Reus yang mencetak gol.
Tim ”murah”
Di sisi lain, tim dengan nilai pasar terendah juga terseok-seok. Sepuluh negara dengan nilai pasar terendah tidak ada yang bertahan sampai babak delapan besar. Mereka meliputi Panama, Arab Saudi, Peru, Kosta Rika, Iran, Australia, Tunisia, Jepang, Eslandia, dan Korea Selatan.
Negara dengan nilai terendah, Rp 135 miliar, yaitu Panama, menjadi bulan-bulanan di Grup G yang dihuni Belgia, Inggris, dan Tunisia. Negara yang baru pertama kali ikut Piala Dunia itu dihajar 0-3 oleh Belgia, 1-6 oleh Inggris, dan 1-2 oleh Tunisia. Rata-rata mereka kemasukan 3,6 gol per laga dan hanya memasukkan 0,6 gol per laga.
”Kami memang bermain buruk, tetapi jangan mengatakan kami yang terburuk. Kami adalah tim yang sedang belajar dan bertumbuh,” kata Pelatih Panama Hernan Gomez.
Meski dengan nilai tim terendah, kejutan sempat ditunjukkan Korsel dan Iran. Namun, mereka tidak konsisten dan kurang beruntung. Hanya Jepang yang melaju ke 16 besar, hingga akhirnya dihentikan Belgia.
Kini Piala Dunia memasuki perempat final. Dari yang tersisa, enam tim berada dalam sepuluh besar negara dengan nilai termahal: Perancis (1), Brasil (2), Inggris (5), Belgia (6), Uruguay (9), dan Kroasia (10). Dua lainnya, Rusia (18) dan Swedia (22).
Meski ”bermodal” rendah, Rusia bakal mencari mangsa baru setelah berhasil memulangkan La Furia Roja. Begitu pula Swedia yang pantang gentar menghadapi kilau mahalnya tim Inggris. (REUTERS/KEL)