NIZHNY NOVGOROD, KOMPAS Tim nasional Perancis merobohkan ”benteng” yang dibangun Uruguay pada laga perempat final Piala Dunia Rusia 2018 di Stadion Nizhny Novgorod, Jumat (6/7/2018). Kemenangan 2-0 atas Uruguay ini pun menjadi pesan dari Perancis bagi calon penantangnya pada babak semifinal, pemenang laga antara Brasil dan Belgia, Sabtu dini hari tadi.
”Mimpi kami telah pupus,” ujar Pelatih Uruguay Oscar Tabarez dalam konferensi pers.
”Kami berusaha sekuat tenaga pada 20 menit awal, tetapi kami tidak bisa mengeksploitasi masalah yang dimiliki Perancis. Kemudian mereka mencetak gol dan hal-hal detail itulah yang memengaruhi perempat final. Kami membahas masalah ini saat jeda antarbabak, tetapi kami tidak bisa menyelesaikan itu,” ujar Tabarez.
Tabarez mengatakan, Uruguay kini memiliki mimpi baru, yaitu menjadi juara di Copa America 2019 di Brasil. ”Kami memiliki mimpi-mimpi baru di mana kami akan berusaha membuatnya menjadi kenyataan,” ujarnya.
Pelatih Perancis Didier Deschamps sejak awal sudah sangat waspada skuadnya bakal menghadapi salah satu tim dengan pertahanan terkuat di Rusia. Dalam empat laga terakhir, skuad ”La Celeste” baru kebobolan satu gol saat mengalahkan Portugal, 2-1, pada babak 16 besar.
Kunci yang dipegang Deschamps untuk mengatasi masalah ini adalah kesabaran. Dengan memainkan formasi yang sama seperti saat mengalahkan Argentina, 4-3, Perancis dengan sabar membongkar benteng Uruguay.
Pelan tetapi pasti, taktik itu membuahkan hasil. Pada menit ke-40, bek tengah Raphael Varane menyundul umpan tendangan bebas dari Antoine Griezmann. Tidak mudah untuk melakukan ini, tetapi Varane melakukan strategi yang tepat. Ia berlari dan mendapatkan bola sebelum didahului penyerang Uruguay, Christian Stuani.
Para pemain Perancis pun kerap mencoba operan-operan pendek di area pertahanan
lawan untuk menyiasati ketangguhan bek-bek Uruguay. Di lini belakang La Celeste ada dua bek yang sulit dilewati, Diego Godin dan Jose Gimenez.
Kekuatan Perancis untuk menusuk pertahanan lawan ada di sisi kanan melalui Kylian Mbappe yang mampu berlari kencang. Bek Uruguay, Diego Laxalt, pun harus bekerja keras mengawasi pergerakan bintang berusia 19 tahun itu. Beberapa kali Laxalt kedodoran ketika Mbappe melakukan sprint.
Memasuki babak kedua, Perancis sekali lagi tampak begitu mudah membobol gawang Uruguay. Pada menit ke-61. Griezmann menendang dari luar kotak penalti. Kiper Uruguay, Fernando Muslera, sebenarnya mampu menahannya, tetapi bola memantul dari telapak tangannya dan masuk ke gawang.
Muslera pun hanya bisa menunduk menahan kekecewaan pada laganya yang ke-102 untuk tim nasional Uruguay itu. ”(Kesalahan) Itu akan menghantui dia sepanjang sisa hidupnya,” tulis Chris Sutton, mantan striker Chelsea, di BBC.
Sementara itu, Griezmann tetap berusaha kalem tanpa melakukan selebrasi. Ia tampak berusaha keras untuk menghormati Uruguay, negara kedua yang sangat ia cintai setelah Perancis.
”Saya tidak merayakan gol itu karena saat saya memulai karier ini, saya dibantu oleh orang- orang Uruguay, dan saya menghormati negeri ini dan para pemainnya,” ujar Griezmann.
”Kami memiliki tim yang bisa melukai setiap pertahanan dan kami akan terus memperbaiki ini. Kami akan terus memainkan gaya bermain kami,” ujarnya.
Hasil ini menjadi modal krusial Perancis di semifinal melawan Brasil atau Belgia, yang juga diperkuat para pemain muda. Perebutan tiket final itu akan bergulir di Saint Petersburg, Rabu (11/7/) pukul 01.00 WIB.
Merindukan Cavani
Pada laga kemarin, Uruguay juga menciptakan peluang gol. Skuad La Celeste mampu membahayakan gawang Perancis. Salah satunya melalui sundulan Martin Caceres yang mampu ditepis kiper Hugo Lloris. Banyak serangan Uruguay mampu dipatahkan Perancis dengan mudah. Serangan mereka menjadi tumpul karena Uruguay tidak
bisa menurunkan Edinson Cavani yang masih cedera otot betisnya. Cavani hanya bisa terdiam menonton dari pinggir lapangan.