Tekad Baja Swedia Ancaman ”Tiga Singa”
Swedia bukan tim yang bisa disepelekan oleh Inggris
di perempat final Piala Dunia Rusia 2018, Sabtu (7/7/2018). Tim asal Skandinavia itu memiliki tekad baja dan rekam jejak menakutkan yang bisa menyabotase mimpi lama Inggris untuk mewujudkan lirik ”football’s coming home”
KAZAN, KOMPAS Publik sepak bola Inggris larut dalam euforia selama sepekan terakhir. Mereka semakin dekat untuk menggenggam trofi Piala Dunia yang terakhir kali diraih pada 1966. Swedia, lawan mereka di Samara Arena, Samara, malam ini pukul 21.00 WIB, dianggap hanya ”batu kerikil” dalam perjalanan menuju puncak dunia.
Euforia suporter Inggris meledak seusai tim itu menyingkirkan Kolombia lewat drama adu penalti di babak 16 besar, Rabu, 4 Juli lalu. Seiring teriakan kegembiraan Harry Kane dan kawan-kawan saat itu, Inggris diyakini telah mematahkan ”kutukan” yang mendera selama puluhan tahun, yaitu selalu gagal dalam duel peruntungan alias adu penalti.
Di tepi lapangan Stadion Spartak, Moskwa, istri dan anak-anak pasukan ”Tiga Singa” menyambutnya dengan ciuman dan pelukan hangat seusai laga 16 besar itu. Di luar stadion, bahkan hingga ke jalan di jantung kota Moskwa, fans Inggris tak henti-henti menyanyikan lirik ”football’s coming home”, lagu yang dipopulerkan Frank Skinner dan David Baddiel pada tahun 1990-an.
Lagu jadul itu kini banyak diputar kembali di stasiun-stasiun radio di Britania Raya. Lagu itu terus meroket dan kemarin menempati peringkat ke-35 di tangga lagu negeri Inggris. ”Kami tetap yakin, kami tetap yakin. Itu (trofi Piala Dunia) pulang ke rumah. Ya, pulang ke rumah,” nyanyi para pendukung Inggris yang ditemui di sejumlah kota di Rusia sepekan terakhir.
Ya, trofi itu sangatlah mungkin kembali ke tanah Inggris. Namun, syaratnya, mereka harus melewati jeratan Swedia terlebih dahulu, tim yang sangat bengis terhadap tim-tim mapan. Barisan tim raksasa seperti Belanda, Italia, dan Jerman menjadi ”tumbal” dari perjalanan tim berjuluk ”Blagult” (biru-kuning) itu dari fase kualifikasi hingga perempat final Piala Dunia Rusia 2018.
Sejumlah jurnalis dari beberapa negara yang penasaran lantas bertanya kepada Pelatih Swedia Janne Andersson tentang rahasia kecemerlangan Blagult sejauh ini. ”Sepak bola adalah olahraga beregu. Tim ini (Swedia) menunjukkan hal itu. Para pemain bekerja sangat keras demi teman-temannya, satu sama lain. Itu ditunjukkan baik di dalam maupun di luar lapangan,” tutur Andersson dalam jumpa pers menjelang laga itu, kemarin.
Kelahiran anak
Dedikasi dan kolektivitas tinggi menjadi kunci melesatnya Swedia ke perempat final. Hal itu ditunjukkan dengan pengorbanan yang dilakukan kapten tim sekaligus pencetak gol terbanyak Swedia di Rusia, Andreas Granqvist.
Berbeda dengan pemain Inggris yang selalu ditemani keluarganya, bek tengah Swedia itu harus rela terpisah dari istrinya. Padahal, sang istri baru melahirkan anak keduanya, kemarin.
Hal itu kontras dengan Inggris. Salah satu pemainnya, Fabian Delph, sempat pulang sejenak ke rumahnya untuk menyambut kelahiran anak ketiganya.
”Mendapatkan seorang anak (lagi) adalah hal terindah yang bisa Anda dapatkan sebagai orangtua. Namun, di saat yang sama, adalah menjadi mimpi setiap pemain untuk tampil di perempat final Piala Dunia. Untuk itu saya akan memberikan segalanya bagi tim ini,” ujar Granqvist yang kebanjiran ucapan selamat dari para jurnalis dalam jumpa pers itu.
Peranan Granqvist di Blagult sangatlah penting. Selain kapten tim, ia adalah andalan di jantung pertahanan Swedia dalam menghadapi ancaman keganasan striker Tiga Singa yang telah mengemas enam gol di Rusia, yaitu Harry Kane. Namun, ia tak gentar dengan Kane, pencetak gol tersubur di Rusia sejauh ini.
”Dia (Kane) sangat berbahaya di kotak penalti. Kami harus memastikan dia tidak mendapatkan suplai, layanan, di areal itu. Kekuatan kami ada di kolektivitas,” ujar Granqvist.
Andersson menambahkan, timnya tak akan mengubah gaya permainan saat melawan Inggris. Tim Swedia kental dengan taktik defensif dan mengandalkan serangan balik maupun situasi bola mati untuk mencetak gol. ”Laga ini bakal sulit. Namun, kami memiliki keyakinan kuat. Para pemain sangat loyal dengan filosofi dan ide bermain yang kami anut,” ujarnya.
Sementara itu, Pelatih Inggris Gareth Southgate mewanti-wanti anak asuhnya untuk tidak meremehkan Swedia, tim yang bercokol di peringkat ke-24 dunia. Berdasarkan catatan sejarah, Inggris selalu kesulitan mengalahkan tim itu. Tiga Singa hanya bisa dua kali menang dari 15 pertemuan kontra Swedia.
”Mereka adalah tim yang saya kira sempat diremehkan di masa lalu. Namun, kami tak akan melakukan kesalahan itu. Mereka adalah tim yang lebih berpengalaman dari kami,” ujar Southgate, dikutip dari BBC.