Setelah memenangi babak pertama atas Gregoire Barrere (Perancis) pada babak pertama Wimbledon, 3 Juli 2018, petenis berusia 19 tahun asal Yunani, Stefanos Tsitsipas, mengatakan, mimpinya telah menjadi kenyataan. Dua kemenangan yang didapat dalam empat hari kemudian mengantarkannya sebagai petenis pertama Yunani yang mencapai babak keempat turnamen tenis grand slam pada era Terbuka.
"Luar biasa. Saya sangat bangga mewakili Yunani dan semua kerja keras saya terbayar," kata Tsitsipas dalam laman resmi Wimbledon, usai mengalahkan petenis Italia, Thomas Fabbiano, 6-2, 6-1, 6-4, pada babak ketiga, Jumat (6/7/2018). Pada babak keempat, Minggu, Tsitsipas menghadapi tantangan dari petenis jangkung Amerika Serikat yang memiliki servis keras, John Isner.
Sebelum menang atas Fabbiano, Tsitsipas telah menciptakan sejarah dalam catatan kariernya. Asosiasi Tenis Profesional (ATP) mencatat, dia menjadi petenis Yunani pertama yang tampil pada babak ketiga grand slam setelah Nicholas Kalogeropoulos pada Wimbledon, 49 tahun lalu.
Sejak berkarier di arena tenis profesional pada 2016, ini menjadi hasil terbaik Tsitsipas di ajang grand slam. Pada debutnya dalam Wimbledon 2017, dia bermain sejak babak kualifikasi. Dia lolos ke babak utama, namun dihentikan Dusan Lajovic (Serbia). Maka, kemenangan atas Barrere pun menjadi kemenangan pertama Tsitsipas di babak utama Wimbledon, grand slam paling bergengsi. Pada tahun ini pula, Tsitsipas tampil pada babak pertama Australia Terbuka dan bertahan hingga babak kedua Perancis Terbuka.
Petenis yang bisa berbahasa Yunani, Rusia, dan Inggris itu mulai bermain tenis pada usia tiga tahun. Dia mengenal olahraga ini melalui orang tuanya yang menjadi pelatih tenis pada sebuah resort di Yunani. Enam belas tahun kemudian, Tsitsipas telah berkembang menjadi petenis yang memiliki servis keras, forehand kencang, dan backhand satu tangan yang indah. Dengan kelebihan itu, dia menjadi salah satu petenis muda dengan prospek cerah.
Hal ini terbukti dari peringkat dunianya yang melesat dari urutan ke-210 pada awal 2017 menjadi ke-35 pada saat ini. Di Wimbledon, dia menjadi unggulan ke-31. Tahun ini, dia mencapai final di Barcelona, sebelum dikalahkan Rafael Nadal, tampil pada semifinal di Estoril, serta perempat final di Doha dan Dubai.
Darah atlet Tsitsipas berasal dari orang tuanya. Ayahnya, Apostolos, adalah seorang pelatih tenis, sedangkan ibunya, Julia Salnikova, merupakan petenis top Uni Soviet pada era 1980-an. Tiga saudaranya juga bermain tenis. Adapun kakeknya, Sergei Salnikov, menjadi bagian dari Tim Rusia yang memenangi medali emas Olimpiade Melbourne 1956.
Meski masih berusia 19 tahun, dia terlihat dewasa ketika bercerita tentang pengorbanan orang tuanya untuk menjadikannya sebagai petenis profesional. Sang ayah berhenti dari pekerjaannya untuk mendampingi Tsitsipas menjalani tur. Adapun ibunya, tinggal di Athena, Yunani, untuk mendampingi tiga saudara Tsitsipas.
"Itu adalah keputusan berat bagi ayah saya karena saya tak punya teman untuk menjalani perjalanan sebagai petenis profesional," kata petenis yang mengidolakan Roger Federer itu.
Etika kerjanya, kemudian, menarik perhatian Patrick Mouratoglou, pelatih Serena Williams. Mouratoglou pun menjadi mentor bagi Tsitsipas. Dalam tiga tahun terakhir, dia berlatih di Akademi Tenis Patrick Mouratoglou yang berada di wilayah selatan Perancis.
"Dia adalah seorang pejuang, kompetitor hebat, dengan perkembangan kemampuan yang sangat pesat,” kata Mouratoglou setelah Tsitsipas mengalahkan Jared Donaldson pada babak kedua, 6-3, 6-2, 3-6, 4-6, 6-3. Kemenangan itu diraih setelah Tsitsipas tertinggal, 0-3, pada set kelima.
"Saya terkesan dengan kemampuannya membalikkan kondisi. Dia berjuang untuk mengembalikan setiap pukulan. Saya sudah lama memperhatikannya. Tak pernah sekali pun saya merasa kecewa dengan penampilannya. Tentu saja dia pernah kalah, tetapi dia selalu mengerahkan kemampuannya seratus persen," kata Mouratoglou.
Meski telah meraih pencapaian terbaiknya di arena grand slam hingga saat ini, Tsitsipas tak puas. "Saya harus tetap waspada. Turnamen belum berakhir. Pencapaian saya masih jauh dari apa yang saya targetkan tahun ini. Saya masih harus bekerja keras," kata petenis yang baru lima kali tampil dalam grand slam ini.
Isner pun mewaspadai Tsitsipas yang pernah dikalahkannya pada ATP Masters Shanghai 2017. "Dia petenis bertalenta yang tak punya banyak kelemahan. Dia hanya belum banyak pengalaman, tetapi itu tidak akan menjadi faktor yang berpengaruh pada pertandingan nanti," kata Isner dalam laman ATP.