SOCHI, MINGGU Mimpi para pemain tim nasional Kroasia untuk menyamai prestasi pendahulunya pada Piala Dunia 1998 hampir terwujud. Namun, Luka Modric dan rekan-rekannya ingin melampaui raihan itu dan mengincar gelar juara dunia untuk pertama kali.
Mimpi besar itu muncul setelah Kroasia lolos ke semifinal Piala Dunia Rusia 2018 dengan menumbangkan tuan rumah Rusia melalui adu penalti dengan skor 4-3 (2-2). Kepercayaan diri yang tinggi dan permainan yang semakin kokoh membuat tim berjuluk ”Vatreni” itu ingin melampaui pencapaian Davor Suker dan rekan-rekan, dua dekade lalu.
Pada Piala Dunia Perancis 1998, Suker memimpin rekan-rekannya menembus semifinal dan menempati peringkat ketiga. Pencapaian itu adalah prestasi tertinggi Kroasia sampai saat ini. ”Yang paling penting bagi saya, tim nasional kami sukses dan kami melakukan sesuatu yang besar. Kami sudah mencapai sesuatu yang besar, tetapi kami ingin lebih,” kata Modric, kapten timnas Kroasia, di Sochi, Minggu (8/7/2018).
Pada semifinal yang digelar Kamis (12/7) dini hari WIB, Kroasia harus menghadapi Inggris. Inggris lebih diunggulkan pada laga itu, tetapi Kroasia menolak takut. Para pemain Kroasia yang memiliki pengalaman berlaga di Liga Spanyol, Italia, Jerman, dan Inggris merasa kualitas mereka tidak kalah dari para pemain Inggris yang tidak pernah berlaga di liga non-Inggris.
”Tidak ada tim favorit pada Piala Dunia kali ini. Peluang kami 50-50. Kami tidak akan berhenti dan akan menampilkan permainan terbaik. Kami memiliki dua laga untuk dijalani. Kami sangat termotivasi,” kata Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia.
Kroasia memiliki catatan bagus pada babak penyisihan grup dengan selalu memenangi laga. Mereka juga mencetak total tujuh gol dan hanya sekali kebobolan. Pada dua laga fase gugur melawan Denmark dan Rusia, Kroasia selalu ditahan imbang pada waktu normal dan memenangi laga melalui adu penalti. Kroasia menjadi tim kedua yang memenangi dua adu penalti secara berturut-turut setelah Argentina pada Piala Dunia 1990.
Namun, Kroasia dihantui rekor buruk jika bertemu Inggris. Dari tujuh laga, Kroasia hanya menang dua kali dan kalah empat kali. Kini, Kroasia harus mematahkan rekor buruk itu jika ingin melampaui prestasi 20 tahun lalu.
”Laga melawan Rusia adalah bukti kemenangan karakter kami. Kami memiliki saraf baja. Kami menunjukkan betapa tenang dan percaya dirinya kami. Mungkin laga itu tidak indah, tetapi itu akan diingat,” kata Andrej Kramaric, penyerang Kroasia. (AFP/AP/REUTERS/ECA)