Piala Dunia Rusia akan dikenang sebagai Piala Dunia termahal dalam sejarah. Betapa tidak, dana 10,7 miliar dollar AS atau setara Rp 153 triliun dihabiskan untuk hajatan itu. Sepertiga atau 3,82 miliar dollar AS dihabiskan untuk merenovasi atau membangun stadion mewah baru. Pertanyaannya, bagaimana nasib stadion-stadion megah itu setelah hajatan akbar tersebut berakhir?
Sejumlah orang berdecak kagum saat memasuki kawasan Arena Cosmos, stadion baru di kota Samara yang dibangun khusus untuk Piala Dunia Rusia. ”Lihat, itu piring terbang!” ujar seorang bocah, menjelang laga Inggris kontra Swedia, akhir pekan lalu, menunjuk ke bangunan stadion unik itu. ”Bukan, itu stadion tempat kita akan menonton nanti,” balas seorang pengunjung lainnya sesama warga Inggris.
Arena Cosmos, yang berada di pinggiran Samara—salah satu kota arena Piala Dunia 2018 yang paling jauh dari Moskwa—merupakan salah satu stadion yang desainnya paling nyeleneh. Dari kejauhan, stadion baru yang pembangunannya menghabiskan dana 320 juta dollar AS atau Rp 4,5 triliun itu memang menyerupai UFO alias piring terbang yang atapnya berwarna perak dan berkilauan jika terkena sinar matahari.
Sesuai namanya, Arena Cosmos yang mulai dibuka pada April 2018 itu dibangun atas inspirasi program luar angkasa, salah satu sektor kedigdayaan Rusia yang telah dirintis sejak era Uni Soviet. Samara termasyhur sebagai ”ibu kota” dari program luar angkasa Rusia.
Di kota ini berdiri ”pabrik” pembuatan wahana-wahana antariksa Rusia, salah satunya Vostok 1, roket yang membawa Yuri Gagarin ke luar angkasa pada 1961. Sejak itu, Gagarin dikenal dalam sejarah sebagai manusia pertama yang mengorbit bumi alias berada di luar angkasa. Tidak jauh dari stadion ini berdiri tegak roket Soyuz yang dijadikan monumen pencapaian besar Rusia di luar angkasa.
Stadion berkapasitas 44.918 penonton itu memiliki rangka atap besi yang membentuk siluet pesawat antariksa. Stadion yang memiliki empat tingkat tribune penonton itu dilengkapi berbagai fasilitas mewah, salah satunya terkait pemeliharaan rumput lapangan. Ini merupakan salah satu stadion di Eropa yang memiliki sistem irigasi atau aliran air otomatis.
Tak hanya itu, stadion tersebut juga dilengkapi pemanas khusus di bagian bawah rumput lapangan. Dengan demikian, rumput alami tetap dapat tumbuh di stadion itu di kala musim dingin yang bersalju tiba.
Berbeda dengan stadion baru lainnya, seperti Arena Nizhny Novgorod yang belum jelas peruntukannya setelah Piala Dunia, Arena Cosmos telah memiliki ”ahli waris”. Stadion itu bakal menjadi rumah baru klub sepak bola lokal, FC Krylya Sovetov. Kebetulan, pada musim depan, klub itu akan kembali bermain di Liga Primer Rusia—divisi teratas sepak bola di Rusia—setelah terdegradasi.
Arena Cosmos, stadion yang dimiliki Pemerintah Rusia, bakal menggantikan stadion lama Sovetov yang usang dimakan zaman, yaitu Metallurg, yang berusia 60 tahun. Kehadiran stadion baru itu diharapkan mampu melesatkan prestasi Krylya Sovetov, klub yang bermakna ”sayap-sayap Soviet” itu. Meskipun menyandang nama besar Soviet, klub ini belum sekali pun juara Liga Primer Rusia.
Manajemen Krylya Sovetov pun berharap Pemerintah Rusia menepati janjinya untuk mewariskan stadion megah itu tanpa dibebani biaya perawatan yang tinggi. ”Kami menunggu jawaban akhir (Pemerintah Rusia). Pada 30 Juli nanti, stadion itu menurut rencana akan mulai dipakai untuk laga pembuka (Liga Primer Rusia) kontra CSKA Moskwa. Kami tidak sabar menunggu,” ujar Direktur Olahraga Kryla Sovetov Zurab Tsiklauri, seperti dikutip Omnisport.