Skuad ”Ayam Jantan” Perancis menunjukkan tajinya saat menaklukkan Belgia, 1-0, pada laga semifinal di Stadion Saint Petersburg, Rusia, Rabu (11/7/2018) dini hari WIB. Sekali lagi, kemenangan Perancis diperoleh lewat gol pemain belakangnya. Saint Petersburg, Kompas Tidak salah jika tim nasional Perancis memakai simbol ayam jantan. Seperti layaknya ayam jantan yang memiliki taji di belakang kakinya, Perancis juga memiliki senjata mematikan di lini belakang. Argentina, Uruguay, dan Belgia sudah merasakan taji si Ayam Jantan itu di Piala Dunia Rusia 2018.
Ketajaman taji Perancis di Rusia mulai terlihat ketika bek kanan Benjamin Pavard mencetak gol melengkung ke gawang Argentina pada babak 16 besar. Jika pada Piala Eropa 2016 Pavard hanya melihat aksi tim Perancis dari layar televisi, kini dunia mulai memelototi pemain berusia 21 tahun itu berkat penampilannya.
Lalu perhatian dunia beralih ke bek
Raphael Varane yang membuka gol dengan sundulannya ke gawang Uruguay di babak perempat final. Varane menjadi emosional karena mampu menebus kesalahannya pada Piala Dunia 2014 ketika ia gagal menjaga bek Jerman, Mats Hummels, sehingga Perancis tersingkir di perempat final.
Terakhir, Perancis memiliki pahlawan baru yang juga muncul dari lini belakang, yaitu Samuel Umtiti. Berkat gol Umtiti lewat sundulan ke gawang Belgia pada babak semifinal di Stadion Saint Petersburg, Rusia, Rabu dini hari WIB, Perancis melaju ke final setelah menang 1-0.
Ketika mencetak gol itu, Umtiti yang memiliki tinggi 183 sentimeter memenangi duel udara atas gelandang Belgia, Marouane Fellaini, yang tingginya 194 sentimeter. ”Jika Anda mau menyerang dan Anda menyadari tidak tinggi, Anda membutuhkan determinasi dan kepercayaan diri,” kata Umtiti dalam konferensi pers seusai laga.
Dari segi fisik, para pemain belakang seperti Pavard, Varane, dan Umtiti memang tidak menyiratkan ancaman. Namun, mereka menjadi senjata rahasia yang disiapkan Pelatih Perancis Didier Deschamps ketika para penyerang mengalami kebuntuan. Mereka bersinar di saat striker Olivier Giroud masih berusaha keras mencari gol pertamanya di Piala Dunia kali ini.
Mereka mampu menyelinap ke jantung pertahanan lawan ketika langkah para penyerang Perancis seperti Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann dimatikan. Pavard,
misalnya, hampir saja membobol gawang Belgia ketika mendapat umpan satu-dua dari Mbappe.
Tidak hanya memiliki kemampuan menyerang, komposisi lini pertahanan skuad ”Les Bleus” saat ini cukup ideal. Pavard, Umtiti, Varane, dan Lucas Hernandez cukup tangguh. Jika tidak terhalang kepala Varane, bola yang ditembakkan Eden Hazard bisa saja membuat Belgia unggul lebih dahulu.
Di belakang keempat bek itu masih ada sosok kiper Hugo Lloris yang dijuluki flying Frenchman atau orang Perancis yang terbang karena ia beberapa kali harus melayang untuk menyelamatkan gawang. Sejak mengalahkan Argentina, gawang Lloris sampai saat ini masih belum dibobol lagi.
Pertahanan Perancis semakin kokoh karena ada gelandang yang pintar memutus aliran bola lawan, N’Golo Kante. Sementara gelandang lainnya, Paul Pogba dan Blaise Matuidi, juga punya peran penting untuk menginisiasi serangan balik.
Mirip 1998
Munculnya para pahlawan dari lini belakang ini pernah terjadi 20 tahun lalu ketika Perancis menjuarai Piala Dunia untuk pertama kali. Laurent Blanc mencetak gol tunggal saat Perancis mengalahkan Paraguay, 1-0, di babak 16 besar. Kemudian Lilian Thuram mencetak dua gol saat mengalahkan Kroasia, 2-1, di semifinal.
Oleh karena itu, ketika hadir di ruang konferensi pers seusai laga, Deschamps pun ditanya apakah ini menjadi tanda bahwa Perancis tahun ini ditakdirkan akan mengulang sukses 1998. ”Saya tidak bisa menjawab itu. Ya, semua orang punya takdir. Namun, untuk hasil yang kami dapatkan sejauh ini, kita harus memberikan penghargaan kepada para pemain,” katanya.
Deschamps yang menjadi kapten skuad Perancis tahun 1998 itu tahu betul bagaimana lini belakang juga menjadi kunci kekuatan Perancis 20 tahun lalu. Namun, sekarang ia tidak melihat kekuatan per lini. Deschamps ingin timnya selalu bermain kolektif.
Setelah menyingkirkan Belgia dan generasi emasnya di babak semifinal, Perancis pun menunggu calon lawan di babak final yang akan berlangsung di Stadion Luzhniki,
Moskwa, Minggu (15/7). Mereka bisa bertemu Inggris atau Kroasia yang baru berlaga pada Kamis dini hari WIB.
Siapa pun lawannya, Perancis memiliki keuntungan jeda waktu istirahat yang lebih panjang sehari. Mereka punya waktu untuk memulihkan stamina dan menjernihkan pikiran sebelum final.
Apabila bertemu Inggris, laga final ini akan menjadi ajang adu tajam penyelesaian bola-bola mati yang merupakan kelebihan kedua tim. Lini pertahanan Perancis harus lebih bekerja keras menghadapi barisan penyerang muda Inggris, termasuk kandidat pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2018, Harry Kane.
Bertemu Kroasia yang merupakan salah satu tim dengan lini tengah terbaik juga tidak mudah. Perancis harus bermain lebih efektif dan belajar dari kegagalan Rusia yang disingkirkan Kroasia pada babak perempat