Generasi emas Belgia kembali harus menunda impian untuk meraih gelar prestisius pertama bagi negeri itu. Namun, dengan fondasi pembinaan pemain muda yang mereka miliki, harapan Belgia untuk merengkuh trofi pada kesempatan berikutnya terbuka lebar.
SAINT PETERSBURG, Rabu Dominasi penguasaan bola, jumlah operan, dan akurasi tidak cukup membuat Belgia menghindari kekalahan 0-1 dari Perancis di semifinal Piala Dunia 2018, Rabu (11/7/2018) dini hari WIB. Mimpi generasi emas Belgia untuk mengukir sejarah pun kembali tertunda.
Penguasaan bola 60 persen, 629 umpan dengan akurasi
90 persen, dan 9 tendangan (3 akurat) rontok akibat gol
teramung bek Perancis, Samuel Umtiti. Gol sundulan pada
menit ke-51 itu memanfaatkan situasi bola mati, yakni sepak pojok oleh penyerang Antoine Griezmann.
Sepanjang laga di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, Rusia, itu Perancis hanya 40 persen menguasai bola, membuat 342 umpan dengan akurasi 86 persen, tetapi bisa bikin 19 tendangan (5 akurat). ”Perancis bermain lebih efektif dan efisien,” ujar Pelatih Belgia Roberto Martinez dalam jumpa pers seusai laga.
Pelatih berdarah Spanyol itu mengaku tak menyangka gol
lawan lahir dari Umtiti yang ”menelikung” antisipasi gelandang Marouane Fellaini. Lini pertahanan Perancis bisa dibilang berbahaya dengan 3 gol dari 10 gol tim ini. Selain Umtiti, bek Perancis pencetak gol ialah Benjamin Pavard saat menumbangkan Argentina dan Raphael Varane ketika mengalahkan Uruguay.
Kurang antisipasi
Taktik menjaga ketat Griezmann dan Kylian Mbappe oleh Fellaini dan Axel Witsel sebenarnya cukup baik. Itu seperti saat mengalahkan Brasil dengan ”membekukan” Neymar dan Philippe Coutinho. Namun, Belgia kurang mengantisipasi pergerakan bek Perancis yang lihai dalam duel udara.
”Situasi bola mati tidak akan pernah kami abaikan,” ujar Pelatih Perancis Didier Deschamps, kapten yang memenangi Piala Dunia 1998 saat menjadi tuan rumah.
Meski gagal meraih trofi perdana, tim berjuluk ”Setan Merah” ini masih bisa memperbaiki capaian urutan keempat Piala Dunia 1986 di Meksiko. Martinez harus bisa membangkitkan kembali semangat tim asuhannya untuk memenangi perebutan peringkat ketiga, 14 Juli pukul 21.00 WIB, di Saint Petersburg.
Di Rusia, penampilan Belgia cukup menawan. Mereka menang 3-0 atas Panama, lalu 5-2 atas Tunisia, dan 1-0 atas Inggris. Di fase gugur, Belgia menang 3-2 atas Jepang setelah tertinggal dua gol, lalu mengalahkan juara dunia lima kali Brasil dengan skor 2-1. Di kualifikasi, Belgia menang dalam sembilan laga dan sekali seri tanpa kalah.
Ketajaman Belgia salah satunya karena dilatih oleh pahlawan Perancis, Thierry Henry (pemenang Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000), yang turut menemani Martinez di timnas Belgia.
”Saya pelatih ketiga untuk membantu manajer dan skuad agar lebih baik,” kata Henry dikutip dari The Guardian. Henry, yang juga top scorer Perancis dengan 51 gol, merupakan sosok pas untuk membantu barisan Belgia dalam menghadapi turnamen besar Eropa dan dunia.
Harapan
”Saya tahu tekniknya mencetak gol, tetapi belum sampai menyamai kualitasnya,” kata Romelu Lukaku yang dengan 40 gol menjadi top scorer Belgia. Lukaku juga merupakan pemain ketiga termuda yang bergabung dengan Belgia, yakni dalam usia 16 tahun 297 hari.
Martinez menangani Belgia sejak September 2016. Ia
telah memimpin generasi emas ini dalam 26 laga dengan hasil 19 kemenangan, 2 kekalahan, dan 5 seri. Selain dipukul Perancis, kekalahan hanya didapat ketika menghadapi Spanyol dalam laga persahabatan saat Martinez pertama kali mendampingi Belgia.
Skema 3-4-3 kesukaan Martinez merupakan penajaman dari model 4-3-3 hasil revolusi Michel Sablon, Direktur Teknik RBFA (asosiasi sepak bola Belgia) pada tahun 2000. Formasi 4-3-3 menjadi pakem sejak pembinaan usia dini.
Meski sudah meniti jalan panjang dan terjal, Belgia belum merasakan puncak kencana. Namun, kesempatan masih terbuka lebar untuk bersaing pada turnamen-turnamen berikutnya. Mereka memiliki materi pemain berkualitas yang melimpah.
Salah seorang arsitek pembinaan pemain usia dini dan muda Belgia, Bob Browaeys, pada 1 Juli lalu mengatakan, tantangan Belgia kini adalah melakukan regenerasi atas generasi emas saat ini.
”Untuk empat tahun ke depan, sangat penting bagi pemain muda berbakat kami mendapatkan pengalaman,” kata pelatih timnas Belgia U-15, U-16, dan U-17 selama hampir 20 tahun itu. (AFP/REUTERS/BRO)