Menjelang semifinal Piala Dunia 2018 antara Inggris dan Kroasia di Moskwa, Rusia, penggemar sepak bola disuguhi pertunjukan menarik, Rabu (11/7/2018). Barisan legenda sepak bola seperti Lothar Matthaeus, Nuno Gomes, Juan Pablo Angel, dan Cafu turun gunung dan unjuk kebolehan mengolah kulit bundar di Lapangan Merah, Moskwa.
Hampir 200 orang memadati Taman Sepak Bola FIFA di Lapangan Merah. Perhatian mereka tertuju kepada sejumlah orang yang selama ini hanya bisa dilihat di layar kaca atau internet. Matthaeus, Cafu, dan Angel tampil mengenakan kostum, sepatu bola, dengan nomor punggung favorit masing-masing.
Suasana kian riuh saat Jorge Campos (51), mantan kiper eksentrik Meksiko, melambaikan tangan ke arah penonton. Campos hadir mengenakan kostum mencolok mata yang menjadi ciri khasnya, berwarna hijau, kuning, dan pink. Siang itu, Campos menjaga gawang Tim B yang beranggotakan Matthaeus, Cafu, Gomes, Andrey Thikonov, dan Marina Fedorova—pesepak bola putri Rusia.
Di kubu Tim A, bergabung Pablo Angel, Diego Forlan, Michel Salgado, Alexey Smertin, dan Pascal Zuberbuehler. Seperti lawannya, Tim A juga diperkuat pesepak bola putri Alex Scott, mantan pemain timnas wanita Inggris. Para pesohor itu unjuk kebolehan dalam laga sepak bola mini selama 2 x 20 menit.
Tim A yang mengenakan seragam berwarna biru langit unggul lebih dulu berkat gol Forlan. Bola hasil sontekan mantan pemain timnas Uruguay dan klub Manchester United itu gagal ditepis Campos, yang refleksnya tidak lagi secepat dulu. Tak lama berselang, Tim B—yang mengenakan kostum merah—membalas melalui penalti Cafu. Mantan kapten Brasil itu menceploskan bola di antara kaki Zuberbuehler, mantan kiper Swiss.
Laga baru berjalan tujuh menit, Matthaeus minta diganti. Legenda sepak bola Jerman yang kini berusia 57 tahun itu tampak kelelahan mengawal pergerakan Forlan dan Pablo Angel. Saat itu, ia bermain di posisi favoritnya, yaitu bek sekaligus sweeper. Di babak kedua, Matthaeus sempat menjajal posisi kiper untuk menggantikan Zuberbuehler. Hebatnya, tidak sekali pun gawangnya dibobol lawan saat ia menjadi penjaga gawang.
Pada laga ekshibisi untuk memeriahkan Piala Dunia 2018 ini, Forlan terpilih sebagai pemain terbaik. Ia nyaris memborong semua gol Tim A dalam laga yang berakhir imbang, 9-9. Meskipun laga berlangsung singkat, para pengunjung dari sejumlah negara yang hadir di tempat itu terpukau dengan penampilan para legenda FIFA tersebut.
Para penonton bahkan berdecak kagum ketika Gomes, mantan striker Portugal, melakukan tendangan akrobatik dengan menjungkirbalikkan badannya di lapangan rumput sintetis itu. Sayang, tendangan pria yang kini berusia 42 tahun itu masih membentur tiang.
”Sangat menyenangkan bisa melihat langsung mereka bermain, terutama Pablo Angel. Ia berasal dari negara yang sama dengan saya, tetapi saya belum pernah bertemu langsung. Saya paling terkejut dengan aksi Forlan. Ia masih tampil luar biasa. Larinya cepat, tekniknya oke, dan tendangannya sangat keras. Padahal, ia tidak lagi muda,” tutur Ivan Barrera, fans asal Kolombia.
Vadim (15), pengunjung asal Rusia, juga sangat senang melihat para legenda itu. Remaja yatim piatu yang menjadi anggota tim panti asuhan Totem di Siberia itu terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka. ”Keren banget bisa melihat penampilan mereka,” ujar Vadim yang sempat bertemu dan berfoto dengan bintang Portugal, Cristiano Ronaldo.
Penghargaan FIFA
Para pemain legendaris itu akan berada di Moskwa hingga final Piala Dunia 2018, 15 Juli. Sebagian dari mereka, seperti Campos dan Matthaeus, menjadi juri panel untuk menentukan daftar pemain terbaik dan penerima penghargaan FIFA lainnya pada tahun 2018 ini. Pengumuman penerima penghargaan ini akan dilakukan pada 24 September di London.
”Sejauh ini banyak kejutan di Piala Dunia 2018. Tim-tim dengan peringkat lebih rendah tampil dengan intensitas tinggi, cepat, dan sangat disiplin. Mereka bisa terus melanjutkan kejutannya. Hal-hal semacam inilah yang membuat Piala Dunia bertambah menarik,” ujar Matthaeus mengenai jalannya Piala Dunia 2018 sejauh ini.