Gelar prestisius individual ”Sepatu Emas” masih terbuka untuk diperebutkan, dengan Harry Kane dan Romelu Lukaku sebagai kandidat terkuat. Namun, satu rekor lama tetap utuh.
Penghargaan ”Sepatu Emas” untuk pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2018 masih akan diperebutkan oleh striker Inggris, Harry Kane, dan striker Belgia, Romelu Lukaku. Namun, 60 tahun berlalu, titel ”Sepatu Platinum” milik seorang kakek berusia 85 tahun masih tak terusik.
Kane dan Lukaku, yang sudah sama-sama tersingkir dari perebutan trofi Piala Dunia 2018, masih bersaing dalam jumlah gol. Untuk sementara, Kane unggul dengan catatan enam gol hingga semifinal. Namun, Lukaku dengan raihan empat gol bukan mustahil bisa menyalip di tikungan terakhir.
Keduanya berpeluang menambah pundi gol saat Inggris dan Belgia beradu memperebutkan peringkat ketiga pada 14 Juli. Selain itu, meski lebih tipis, pemain Perancis dan Kroasia yang akan berlaga di final juga masih memiliki asa.
Di skuad Perancis ada Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe yang masing-masing membukukan tiga gol. Di tim Kroasia, Mario Mandzukic, Ivan Perisic, dan Luka Modric masing-masing telah menorehkan dua gol.
Ketika semua kemungkinan itu masih terbuka, satu hal yang rasanya sudah pasti tertutup adalah menumbangkan rekor top scorer Piala Dunia milik pemain Perancis, Just Fontaine. Penyerang yang disapa Justo itu memborong 13 gol dalam satu Piala Dunia, yakni pada edisi 1958 di Swedia.
Namun, siapa pun peraih Sepatu Emas tahun ini tak perlu berkecil hati. Sebelumnya, deretan pemain bintang setelah 1958 juga tak mampu mematahkan rekor itu. Pele, yang disebut-sebut sebagai pemain terbaik dunia sepanjang masa, demikian pula.
Saat Justo bermain di Piala Dunia 1958, satu-satunya Piala Dunia yang diikutinya, Pele juga tampil untuk pertama kali. Kala itu Pele menjadi pencetak gol terbanyak kedua di bawah Justo dengan enam gol. Pele kemudian membela Brasil dalam tiga Piala Dunia lagi, itu pun total golnya ”hanya” menjadi 12.
Fantastis
Untuk mencerna betapa fantastisnya rekor Justo itu, dia bertengger di peringkat keempat pencetak gol terbanyak Piala Dunia sepanjang masa. Peringkat pertama diduduki Miroslav Klose (Jerman/16 gol), diikuti Ronaldo (Brasil/15 gol) dan Gerd Mueller (Jerman/14 gol).
Namun, ketiga pemain itu membutuhkan lebih dari satu edisi Piala Dunia untuk mencapainya. Klose membutuhkan empat edisi (24 laga), Ronaldo memerlukan tiga edisi (19 laga), dan Mueller melakukannya dalam dua edisi (13 laga).
Adapun Justo cukup satu edisi dengan enam laga. Dia juga tak memerlukan ”bantuan” penalti untuk menambah jumlah golnya. Semua golnya dicetak dari permainan terbuka.
Karena itu, pada 2014, Justo yang telah berusia 81 tahun dianugerahi Sepatu Platinum oleh FIFA. Pada 1958, belum ada penghargaan Sepatu Emas yang baru mulai diberikan pada edisi 1982. Sebagai gantinya, kala itu Justo mendapat hadiah berupa senapan berburu.
Platinum menjadi simbol yang pas bagi rekor yang sangat langka untuk terulang lagi itu. Terbukti, selama 21 edisi Piala Dunia, termasuk di Rusia tahun ini, hanya tiga pemain yang bisa mencetak dua digit gol dalam satu edisi. Selain Justo, ada pemain Hongaria Sandor Kocsis (11 gol/1954) dan Mueller (10 gol/1970).
Bahkan, sejak Piala Dunia 1978, top scorer Piala Dunia maksimal hanya bisa mencetak enam gol, kecuali Ronaldo dengan delapan gol pada 2002. Minimnya gol top scorer dinilai sebagian kalangan karena perkembangan sepak bola modern yang kian kompleks dengan kecenderungan pertahanan yang makin solid.
Namun, hal itu dibantah Justo saat diwawancarai The Guardian tahun 2012. ”Tidak lebih mudah untuk mencetak gol pada 1958. Kondisi bolanya, panjangnya perjalanan, dan staf ruang ganti yang amatir membuat semuanya lebih kompleks ketimbang saat ini,” katanya.
Saat diwawancarai FIFA pada 2014, Justo ditanya, apakah rekornya itu akan bisa dipecahkan? Dia pun menjawab dengan lelucon, ”Suatu hari nanti, ahli Mesir kuno akan menemukan sebuah mumi yang masih utuh. Mereka mengamatinya dan menyadari bahwa mumi itu bergerak. Mereka pun buru-buru membuka lilitan perbannya. Saat terbebas, mumi itu berkata: Permisi, apakah Just Fontaine masih memegang rekor golnya?”