Dalam laga sepak bola, para penggemar pasti selalu berdecak kagum dengan kekuatan fisik para pemain yang mampu berlari kencang dan punya stamina luar biasa. Namun, sejatinya, di antara 22 pemain sepak bola yang berjibaku di lapangan hijau, ada sosok yang tak henti berlari. Bahkan, sesungguhnya, jarak tempuh lari mereka bisa lebih tinggi dari rata-rata pemain yang berlaga.
Sosok itu adalah wasit utama, yang menurut aturan dituntut tidak boleh jauh-jauh dari bola, yakni tidak boleh lebih dari 20 meter dari letak bola di lapangan. Kondisi itu membuat mereka harus terus berlari dan bergerak sepanjang pertandingan mengikuti bergulirnya bola. Tak pelak, daya jelajah mereka menjadi lebih luas dan lebih jauh dari para pemain, termasuk di Piala Dunia Rusia 2018 ini.
Dikutip oleh Runnersworld pada 15 Juni 2018, rata-rata wasit utama Piala Dunia 2018 bisa berlari 6-8 mil (9,7-12,9 kilometer) per laga. Adapun rata-rata pemain hanya sekitar 7 mil (11,3 kilometer) per laga. Kondisi itu terjadi karena wasit selalu bergerak, melacak bola di seluruh area lapangan. Sementara para pemain sepak bola masih bisa berhenti sejenak ketika bola jauh dari wilayahnya.
Wasit sepak bola profesional senior yang berasal dari Beachwood, New Jersey, Amerika Serikat, Mark Geiger, mengatakan, semakin dekat wasit dengan bola, maka semakin baik kredibilitas wasit tersebut ketika mengambil keputusan. ”Permainan ini sangat cepat. Jadi, kami (wasit) harus lebih banyak sprint (berlari kencang) dan sering berjalan. Hal itu penting demi menjaga kredibilitas kami di lapangan,” ujarnya.
Menjadi pertanyaan, bagaimana wasit menjaga stamina agar selalu bugar di lapangan. Padahal, umumnya, usia wasit jauh lebih tua dibandingkan dengan para pemain sepak bola. Jika tidak memiliki tubuh yang benar-benar prima, mereka mungkin tidak akan mampu mengejar pemain sepak bola yang notabene berusia lebih muda dan selalu berlatih menjaga kebugaran.
Latihan khusus
Geiger, yang telah menjadi wasit profesional sejak 2004 dan menjadi wasit asal AS pertama di Piala Dunia sejak 2002 saat terpilih memimpin laga Piala Dunia Brasil 2014, menyampaikan rahasianya. Kata dia, wasit memiliki agenda latihan kebugaran khusus sebelum tampil di ajang sepak bola terbesar sejagat tersebut.
Selama enam bulan sebelum Piala Dunia, mereka meningkatkan latihan, antara lain tempo, intensitas kecepatan, dan fartlek (latihan ketahanan tubuh). Semua itu dilakukan agar wasit mampu terus berlari setidaknya 10 kilometer di setiap laga.
”Ketika masih muda, kita mungkin bisa terus berlari tanpa benar-benar mempersiapkan latihan khusus sebelum laga. Namun, ketika sudah bertambah usia, kita perlu mengembangkan latihan kebugaran khusus sebelum memimpin laga,” ujar salah satu wasit di liga AS (MLS) tersebut.
Tak hanya penting agar selalu bisa berada dekat bola, kebugaran ternyata juga sangat penting bagi wasit untuk menjaga konsentrasi dalam menjatuhkan keputusan. Jika wasit terlampau lelah, konsentrasi akan menurun sehingga keputusan bisa-bisa tidak optimal.
”Tantangan paling kritis dalam suatu laga datang ketika wasit lelah. Umumnya terjadi 20-15 menit sebelum laga usai. Untuk itu, latihan kebugaran sangat penting bagi wasit,” kata Matt Hawkey, pelatih kebugaran asal Seattle, AS, yang turut bekerja pada Organisasi Wasit Profesional (PRO), organisasi yang bergerak untuk meningkatkan kualitas wasit sepak bola di Amerika Utara.
FIFA pun memberlakukan standar tinggi terhadap tingkat kebugaran wasit yang bisa memimpin laga Piala Dunia. Selain untuk kredibilitas dan kualitas wasit ketika mengambil keputusan, kebugaran fisik juga sangat penting dalam aspek keselamatan wasit.
Salah satu aspek yang sangat diperhatikan FIFA adalah rata-rata detak jantung per menit setiap wasit. Paling tidak, untuk wasit pria berusia di atas 40 tahun, rata-rata detak jantung yang direkomendasikan adalah 90-135 per menit. Jika ada wasit yang detak jantung per menitnya lebih dari itu, situasi akan sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa wasit bersangkutan.
Namun, karena sangat prestisiusnya Piala Dunia, tak jarang ada wasit nekat. Salah satunya wasit asal AS, Brian Hall. Dikutip dari CNN, ketika 10 menit terakhir memimpin laga Italia melawan Ekuador di Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, monitor detak jantung Hall menunjukkan angka 160 per menit, yang artinya sudah sangat kritis. Karena itu pula ia mencapai usia pensiun wajib FIFA di usia 45 tahun pada 2007.
Untuk memimpin partai final Piala Dunia 2018, FIFA menunjuk wasit asal Argentina, Nestor Pitana. Dari bentuk tubuhnya, Pitana tampak sangat atletis. Semoga kebugarannya pun baik agar bisa memimpin laga pamungkas antara Perancis dan Kroasia tersebut dengan optimal sehingga memuaskan penikmat sepak bola di seluruh dunia. (DRI)