CHARTRES, JUMAT — Pebalap Belanda, Dylan Groenewegen, menguasai lintasan datar yang menghubungkan dua kota, Fougeres dan Chartres, dalam etape ketujuh di Tour de France 2018. Groenewegen menjadi yang tercepat di antara 170 pebalap lain serta membukukan kemenangan kedua dalam Tour de France. Kemenangan perdana diraihnya musim lalu dalam etape dari the Champs menuju Elysées.
Seperti dilaporkan situs resmi letour, Groenewegen yang membawa tim Lotto-NL Jumbo menyelesaikan lintasan sepanjang 231 kilometer dengan catatan waktu 5 jam 43 menit 42 detik. Di belakang Groenewegen tertinggal pebalap Quick-Step Floors, Fernando Gaviria Rendon, di posisi kedua dan Peter Sagan dari tim Bora-Hansgrohe di posisi ketiga.
Di perebutan poin sprint, Peter Sagan (Bora Hansgore) dibayang-bayangi Laurent Pichon (Fortuneo-Samsic). Sagan yang masih memakai kaus hijau, simbol raja sprint, mampu dikalahkan Pichon di titik sprint Kilometer 168 Berdhuis. Pichon menambah pengumpulan poin sebanyak 20 poin. Pebalap Perancis ini mendapat penghargaan sebagai pebalap paling agresif di etape ketujuh.
Namun, posisi Sagan di klasifikasi umum belum tergoyahkan. Ia masih memegang poin tertinggi, yaitu 180 poin, disusul Fernando Gaviria Rendon (Quick Step Floors) dengan 147 poin dan Alexander Kristoff (UAE Team Emirates) 78 poin.
Lintasan datar ini menyediakan bonus poin bagi pebalap yang lebih dulu melintasi titik di kota Nonvilliers-Grandhoux. Greg van Avermaet, pemakai kaus kuning, pemenang klasifikasi umum, mendapat tambahan 3 poin karena memenangi persaingan di Kilometer 200 tersebut.
Seperti dikutip Cyclingnews.com, kemampuan Geraint Thomas dan Chris Froome sangat diuji pada tanjakan Pegunungan Alpen yang akan ditempuh para pebalap pada pekan depan. Thomas merupakan pebalap kedua setelah Chris Froome yang menjadi kandidat pemimpin bagi Tim Sky.
Thomas mengatakan, hierarki Tim Sky akan ditentukan di tanjakan Alpen. Pebalap Inggris ini terbukti menjadi pebalap tangguh di Tour de France musim ini. Didukung anggota tim yang kuat, Thomas berada tiga detik di belakang si pemegang kaus kuning Van Avermaet (BMC Racing Team).
Sementara Froome pada musim ini ketiban sial sejak awal Tour de France dilaksanakan. Di etape pembuka, Froome mengalami kecelakaan dan kehilangan waktu 51 detik dari Thomas.
”Hal-hal buruk harus bisa segera dilupakan. Saya mengalami hal buruk pada musim-musim sebelumnya. Namun, jalan masih panjang dan saya tidak akan membawa kenangan buruk itu sepanjang perjalanan,” tutur Thomas.
Froome kembali dibolehkan mengayuh sepedanya di Tour de France musim ini setelah Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) menyatakan kasus doping Froome telah ditutup. UCI berkonsultasi dengan WADA dan menurut Badan Anti-Doping Dunia tersebut, pemakaian obat-obatan asma pada Froome masih pada batas wajar.
Pada konferensi pers beberapa waktu lalu, manajer Tim Sky menyebut Froome sebagai pemimpin tim. Namun, bagi Thomas, hal itu tidak merisaukan dirinya. Ia tetap fokus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk Tour de France, baik sebagai leader maupun pendukung.
”Dalam beberapa minggu segalanya bisa berubah, kita akan lihat nanti di Pegunungan Alpen,” kata Thomas.
Secara keseluruhan, Thomas berhasil mengalahkan Froome dan meninggalkan jauh sang pemimpin Tim Sky. Dalam persaingan kaus kuning, Thomas berada di peringkat kedua dengan selisih waktu 6 detik lebih lambat dari pemegang kaus kuning Greg van Avermaet. Froome berada di posisi ke-14 dan ketinggalan waktu hingga 1 menit 5 detik.