Pertarungan Menjaga Sisa Martabat
Perebutan peringkat ketiga menjadi laga menjaga
sisa martabat bagi Belgia dan Inggris di Piala Dunia 2018. Sepanjang sejarah, gelar hiburan itu ditanggapi berbeda-beda.
SAINT PETERSBURG, JUMAT Bagi Inggris yang pernah menjadi juara Piala Dunia 1966, perebutan peringkat ketiga bukanlah laga yang benar-benar ingin dimainkan, tetapi dinilai tetap penting demi kebanggaan. Sebaliknya, bagi Belgia, gelar hiburan itu akan menaikkan catatan prestasi mereka di kancah Piala Dunia.
”Sejujurnya (perebutan peringkat ketiga) bukan laga yang ingin dimainkan. Apalagi, kami cuma punya waktu persiapan dua hari,” kata Pelatih Inggris Gareth Southgate.
Peringkat ketiga menjadi gelar hiburan yang bisa diraih Inggris setelah kalah 1-2 dari Kroasia di semifinal. Di Rusia, perjalanan skuad ”Tiga Singa” cukup baik, bahkan digadang-gadang sebagai calon kuat juara. Di fase grup, Inggris menang 2-1 atas Tunisia, 6-1 atas Panama, dan kalah 0-1 dari Belgia. Pada fase gugur, Inggris menang 4-3 (1-1) atas Kolombia lewat adu penalti dan 2-0 atas Swedia.
Meski ada rasa terpaksa berlaga memperebutkan peringkat ketiga, lanjut Southgate, para pemain tetap bangga. ”Itu karena berseragam yang membuat mereka berusaha tampil menawan dan memenangi pertandingan,” ujarnya.
Setelah menjadi juara 1966, peringkat terbaik Inggris di Piala Dunia adalah posisi keempat pada edisi 1990 di Italia. Peringkat ketiga bisa dilihat sebagai kencana, terutama bagi para pemain yang belum diturunkan, yakni kiper Jack Butland atau Nick Pope. ”Jika saya dipercaya bermain, akan menjadi anugerah yang indah,” kata Butland.
Pelatih Belgia Roberto Martinez mengatakan, kekalahan 0-1 dari Perancis di semifinal menghentikan ambisi skuad ”Setan Merah” meraih trofi perdana turnamen utama. Namun, peringkat ketiga juga layak diraih mengingat prestasi terbaik Belgia di Piala Dunia adalah peringkat keempat pada edisi 1986 di Meksiko. ”Kami berusaha memenangi peringkat ketiga itu,” katanya.
Penampilan generasi emas Belgia cukup mencengangkan di Rusia. Pada fase grup, Panama dikalahkan telak 0-3, lalu Tunisia dihajar 2-5, dan Inggris ditekuk 0-1. Di fase gugur, Belgia menang 3-2 atas Jepang setelah tertinggal dua gol terlebih dahulu, lalu menjungkalkan juara dunia lima kali, Brasil, 2-1.
Kekalahan di semifinal dari Perancis membuka luka lama. Pasalnya, Perancis juga yang mengalahkan Belgia dengan skor 4-2 di perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1986.
Tetap dirayakan
Bagi tim-tim yang sudah pernah merasakan final Piala Dunia, perebutan tempat ketiga mungkin tidak lagi menarik. Namun, bagi tim lain, hal itu bisa menjadi tetap penting.
Pelatih Kroasia 1994-2000 Miroslav Blazevic mengantar tim ”Lidah Api” ke urutan ketiga Piala Dunia Perancis 1998 dengan status debutan. ”Kami amat bangga saat itu sehingga posisi ketiga dirayakan oleh seluruh negeri. Siapalah Kroasia ketika itu, negeri kecil yang baru terbentuk, tetapi bisa melangkah cukup jauh,” katanya.
Kroasia akan melawan Perancis di final 2018. Menang atau kalah, ujar Blazevic, capaian tim asuhan Zlatko Dalic itu lebih membanggakan. ”Daripada yang kami perbuat dua dekade lalu,” ujarnya.
Publik juga masih ingat duel perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2002 di Korea Selatan-Jepang antara Korsel dan Turki. Posisi ketiga dan keempat tak pernah dicapai kedua tim lagi hingga kini. Duel yang berakhir dengan skor 3-2 untuk Turki ini juga diwarnai gol pada detik 10,89 oleh Hakan Sukur, yang menjadi gol tercepat sepanjang sejarah Piala Dunia.
Meski berakhir sebagai peringkat keempat, warga Korsel secara luas merayakan capaian terbaik di Piala Dunia itu, termasuk mengalahkan Italia dan Spanyol di fase gugur. Di Turki, rakyat juga merayakan capaian peringkat ketiga itu, yang sampai kini tetap diingat sebagai hasil terbaik di Piala Dunia.
Di edisi 1958 Swedia, laga perebutan tempat ketiga boleh diyakini sebagai pertandingan yang amat menarik. Ketika itu, Perancis meraih peringkat ketiga dengan kemenangan 6-3 atas Jerman. Sembilan gol yang tercipta sudah cukup menjadi bukti betapa serunya laga tersebut dan bahagianya penonton saat itu meski hanya pertandingan hiburan.
Namun, kritik terhadap laga hiburan itu juga mencuat. Di Piala Dunia Brasil 2014, perebutan peringkat ketiga mempertemukan Brasil dan Belanda. Ketika itu, Brasil yang amat berambisi menjadi juara kalah dengan amat tragis, yakni 1-7, dari Jerman di semifinal. Belanda, yang ditangani Louis van Gaal, kalah 2-4 dari Argentina dalam drama adu penalti.
Menjelang laga peringkat ketiga, Van Gaal melontarkan kritik pedas. ”Saya kira perebutan tempat ketiga tak harus dimainkan dan telah saya katakan sepuluh tahun ini,” ujarnya ketika itu.
Laga perebutan tempat ketiga bisa dibilang tak adil sebab kedua tim berselisih satu hari dalam waktu pemulihan. Selain itu, hal terburuk yang bisa terjadi adalah mendapat kekalahan dua kali secara beruntun. Namun, Belanda pada akhirnya memenangi duel tempat ketiga dengan skor 3-0. Brasil ketika itu sudah kehilangan gairah.
”Dalam fase akhir suatu turnamen, tak seharusnya ada perebutan tempat ketiga. Sejatinya hanya ada satu penghargaan, yakni saat sebuah tim menjadi juara,” kata Van Gaal. Belanda belum pernah menjadi juara Piala Dunia. Capaian terbaik mereka adalah tiga kali menjadi finalis.
Tradisi
Perebutan tempat ketiga di Piala Dunia mulai diperkenalkan pada edisi kedua atau tahun 1934 di Italia. Namun, di turnamen utama regional, Piala Eropa, laga hiburan ini tak lagi diadakan sejak edisi 1984.
UEFA menilai perebutan peringkat ketiga sepi penonton dan kurang bergairah bagi tim-tim yang berlaga.
Namun, FIFA memiliki pandangan berbeda. Piala Dunia tetap mengadakan laga perebutan tempat ketiga. Kenapa tetap harus dimainkan?
Bukan sekadar menjaga tradisi sejak 1934, melainkan rating siaran televisi yang menjadi salah satu sumber pendapatan. Laga perebutan tempat ketiga antara Uruguay dan Jerman di edisi 2010 merupakan pertandingan urutan ke-14 yang paling banyak ditonton oleh publik dunia dari 64 laga turnamen.
Dari sini bisa diduga, Stadion Saint Petersburg nanti boleh saja tak penuh oleh pendukung Belgia dan Inggris. Namun, miliaran pasang mata masih ingin terhibur melihat laga ini dari televisi. (AFP/REUTERS/BRO)