Kelindan Kontroversi dan Nuansa Baru
Piala Dunia akan memasuki babak baru sejak Qatar 2022. Negara mungil yang luasnya sekitar dua kali Pulau Bali ini akan menjadi tuan rumah pesta bola terakbar. Tantangannya sangat besar, mulai dari infrastruktur, transportasi, dan akomodasi. Qatar kini bergerak cepat.
Qatar 2022 diliputi perdebatan. Pro-kontra terus mengalir seiring penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Keputusan ini dinilai perjudian besar oleh media-media Eropa, terutama terkait dengan suhu udara, tuduhan suap saat bidding, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Satu masalah yang mencuat paling awal adalah temperatur udara yang terlalu panas pada bulan Juni-Juli, bisa mencapai 45 derajat celsius. Piala Dunia pun akan digeser ke akhir tahun. FIFA, pekan ini di Moskwa, Rusia, mengonfirmasi bahwa Piala Dunia 2022 akan bergulir pada 21 November dan berakhir 18 Desember, dengan suhu udara rata-rata 27 derajat celsius. Ini menjadi satu-satunya Piala Dunia yang bergulir saat musim dingin, keluar dari tradisi musim panas.
Satu masalah selesai, masalah lain muncul. Klub-klub dan pengelola liga di Eropa teriak paling keras. Jadwal itu mengganggu musim kompetisi yang sedang memasuki paruh musim. Ini memaksa pengelola liga mengubah jadwal kompetisi supaya para pemain bisa membela tim nasional masing-masing.
Bagi tuan rumah Qatar, kini mereka berjuang supaya FIFA tidak memaksakan menggelar Piala Dunia 2022 untuk 48 tim. Jika itu dilakukan, seperti pada Piala Dunia 2026, Qatar akan merogoh kantong lebih dalam dengan membangun empat stadion lagi. Saat ini, Qatar masih menyelesaikan tujuh dari delapan stadion yang akan digunakan untuk 32 tim peserta. Jika 48 tim peserta, FIFA mensyaratkan minimal 12 stadion dengan kapasitas minimal 40.000 kursi.
Potensi 48 tim di Qatar 2022 masih terbuka. Presiden FIFA Gianni Infantino mengungkapkan hal itu di Moskwa, Jumat lalu. ”Kami akan memutuskan apakah 48 atau 32 tim dalam beberapa bulan ke depan. Kami harus berdiskusi dengan pihak Qatar dan Dewan FIFA serta para pihak terkait. Kemudian kami akan memutuskan,” ujarnya.
”Saat ini, itu Piala Dunia dengan 32 tim, tetapi semua orang berpikiran terbuka,” ujar Infantino.
Ekspansi 48 tim awalnya diproyeksikan untuk diberlakukan mulai Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Keputusan ekspansi peserta ini diputuskan dalam sidang Dewan FIFA pada Januari 2017. Namun, pada April 2018, sejumlah negara di Conmebol atau Amerika Selatan mendesak FIFA untuk mempercepat ekspansi tersebut, yaitu mulai 2022.
Dorongan itu salah satunya didasari minimnya jatah tim asal Conmebol, yaitu hanya empat tim plus play off antarkonfederasi, pada babak utama edisi-edisi sebelumnya. Akibat terbatasnya peserta, sejumlah tim tradisional di konfederasi itu, seperti Chile, absen pada Piala Dunia 2018. Dengan adanya ekspansi, alokasi jatah tim Conmebol meningkat menjadi enam. Kenaikan yang lebih tinggi bakal dialami Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), yaitu dari biasanya hanya empat plus play off menjadi delapan tim.
Ketika ditanya apakah ekspansi tim itu akan berdampak pada penurunan kualitas Piala Dunia, Infantino menampiknya. ”Sejarah berbicara, format Piala Dunia selalu berubah-ubah dan pesertanya bertambah, yaitu mulai dari 16 tim, lalu 24 tim, dan terakhir 32 tim. Kita harus memberikan kesempatan lebih besar kepada semua anggota (FIFA) mengingat jumlah asosiasi terus bertambah. Tak ada hal yang lebih hebat selain tampil di (babak utama) Piala Dunia,” ujarnya.
Meskipun mendukung penuh ekspansi Piala Dunia—seperti halnya ia mendorong pemanfaatan teknologi asistensi video wasit (VAR)—Infantino mengakui, kebijakan baru itu terlalu cepat jika diterapkan di Qatar. Kesepakatan awal dengan pihak Qatar, saat negara itu memenangi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada Desember 2010, adalah pesertanya 32 tim.
Keputusan 48 tim akan menjadi beban besar bagi Qatar yang sedang berhemat. Pemutusan hubungan diplomatik oleh negara-negara tetangganya juga memperlambat pengadaan logistik infrastruktur dan penunjang Piala Dunia 2022.
Sekretaris Jenderal Qatar 2022 Supreme Committee Hassan al-Thawadi pada April 2017 menyatakan, biaya pembangunan infrastruktur bisa dihemat hingga 40 persen. Anggaran infrastruktur yang sebagian besar untuk renovasi dan pembangunan 8 stadion serta 48 lapangan latihan diperkirakan pada angka Rp 114,89 triliun-Rp 143,62 triliun.
Qatar pun terus berjuang supaya FIFA tidak memaksakan turnamen bergulir dengan format 48 tim yang menuntut minimal 12 stadion. ”FIFA belum menyetujui jumlah stadion dan kami dalam diskusi dengan mereka untuk menyelesaikan jumlah stadion yang akan sesuai untuk menggelar model Qatar 2022,” ujar Al-Thawadi kepada CNN Money.
Persiapan terus bergulir. Persiapan bukan hanya pada infrastruktur. Qatar juga mulai berpikir keras merekayasa lalu lintas untuk mengelola aliran ribuan suporter dari beberapa negara. Mereka menjumpai bagaimana ribuan suporter mengalir ke stadion-stadion di Rusia 2018. Itu bisa menjadi masalah besar di Qatar yang luasnya sekitar 11.500 kilometer persegi dan dihuni sekitar 2,5 juta jiwa. Saat Piala Dunia 2022, diperkirakan ada 1,5 juta wisatawan yang datang ke Qatar.
Dari pengamatan di Rusia 2018, catatan utama adalah ribuan suporter yang membanjiri Moskwa yang memiliki dua stadion. Ini bisa membuat Qatar kesulitan karena jarak delapan stadion dari pusat kota Doha hanya sekitar 1 jam. Dengan jarak stadion yang dekat itu, artinya suporter 32 tim berpotensi terkonsentrasi di satu area.
”Melihat orang-orang dan bagaimana mereka bergerak, berusaha membayangkan aliran lalu lintas di Qatar akan seperti apa, kami mempertimbangkan di mana kami menempatkan Fan Fest,” ujar Nasser al-Khater, Asisten Sekretaris Jenderal Tournament Affairs Qatar 2022 Supreme Committee.
Qatar awalnya berencana menempatkan Fan Fest di pusat kota Al Bidda Park di dekat Teluk Doha. ”Itu di lokasi yang salah. Itu akan menghalangi kelancaran arus pergerakan orang,” ujar Al-Khater dikutip FoxSport.
Empat tahun ke depan, Qatar akan berbenah menyiapkan diri menyambut pesta bola terakbar di bumi. Mereka menawarkan konsep baru yang dijanjikan akan berkesan baik bagi para penikmat sepak bola. (ANG)