PARIS, SENIN - Perancis menggelar pesta besar penyambutan sekaligus parade kemenangan bagi skuad ”Les Bleus” yang baru saja meraih trofi Piala Dunia 2018. Kawasan pusat kota Paris, yakni Champs-Elysees, Arc de Triomphe, dan Place de la Concorde, akan kembali larut dalam sukacita lautan manusia dengan warna biru-putih-merah.
Kemenangan Perancis atas Kroasia dengan skor 4-2 pada laga final Piala Dunia 2018, Minggu (15/7/2018) malam, menjadi pencapaian membanggakan bagi negeri itu. Perancis mengulangi kejayaan serupa pada 1998 saat menjadi tuan rumah Piala Dunia. Perancis kini berhak menambah satu bintang lagi pada kostum mereka menjadi dua bintang.
Sebanyak 90.000 orang yang menonton bersama di samping Menara Eiffel meledak dalam euforia sesaat setelah peluit panjang akhir pertandingan berbunyi. Suasana serupa terasa di berbagai penjuru Perancis.
Warga bernyanyi, berjoget, dan mengibarkan bendera kebangsaan biru-putih-merah. Suara kembang api, terompet, dan klakson mobil terus terdengar hingga dini hari.
Sayang, perayaan itu diwarnai kerusuhan oleh sekelompok orang di Champs-Elysees sehingga menyebabkan sejumlah jendela toko pecah, terjadi penjarahan, dan aksi vandalisme lain. Polisi huru-hara harus menggunakan meriam air dan gas air mata untuk meredam aksi tersebut.
Media Perancis melaporkan, pihak berwenang menahan 90 orang untuk diperiksa di wilayah Paris dan sekitar 290 orang lainnya dari seluruh Perancis. Sebanyak 110.000 petugas keamanan dikerahkan untuk menjaga situasi sejak perayaan Hari Nasional pada 14 Juli.
Euforia kemenangan yang positif terasa di sistem transportasi kereta metro Paris. Nama-nama stasiun untuk sementara diubah demi menghormati para pemain dan sang pelatih, Didier Deschamps.
Maka, Stasiun Notre-Dame des Champs disebut ”Notre Didier Deschamps” dan Stasiun Victor Hugo diganti menjadi ”Victor Hugo Lloris”, kapten sekaligus kiper skuad Les Bleus.
Timnas Perancis dijadwalkan tiba di Paris pada Senin (16/7) pukul 15.00 waktu setempat atau malam WIB. Para pendukung akan langsung menyambut di Bandara Charles de Gaulle. Setelah itu, parade kemenangan dilaksanakan di Champs-Elysees yang dilanjutkan dengan penerimaan resmi oleh Presiden Emmanuel Macron di Istana Elysee, kediaman resmi kepala negara.
Bagi warga Perancis, kejayaan di Piala Dunia memiliki banyak arti penting yang menyatukan negara multikultur itu sekaligus mempererat persaudaraan antarwarga. ”Kemenangan ini mewakili banyak hal besar,” kata Goffrey Hamsik, warga yang memakai kostum timnas Perancis dan topi ayam jantan.
”Kami memiliki banyak masalah tiga tahun terakhir (sejumlah serangan teror). Kemenangan ini bagus untuk moral. Di sini kami semua bersatu, berbaur,” ujar Hamsik lagi.
Menteri Olahraga Perancis Laura Flessel mengatakan di Radio Europe-1 bahwa kemenangan itu memberikan pesan kepada generasi muda Perancis, termasuk mereka yang berasal dari keluarga tak mampu, untuk berani meyakini mimpi. Sebagian pemain muda Les Bleus juga berasal dari kawasan kantong-kantong kemiskinan.
Perayaan Kroasia
Meski gagal menyabet gelar juara, rakyat Kroasia juga menyiapkan pesta penyambutan besar-besaran untuk timnas mereka. Rakyat tetap bangga dengan pencapaian skuad asuhan Zlatko Dalic itu di Rusia karena mencetak sejarah bisa masuk final Piala Dunia.
Aleksandar Todorovic, seorang pendukung Kroasia yang menyaksikan laga final di Zagreb, tak bisa menyembunyikan kesedihannya saat Kroasia kalah. ”Tentu saja saya sedih. Saya sudah membayangkan mereka mengangkat trofi. Tapi ini (pencapaian Kroasia) sangat luar biasa,” ujarnya.
Karena itu, pendukung skuad berjuluk ”Vatreni” tersebut akan berdatangan dari seluruh penjuru negeri untuk menyambut kepulangan para pahlawan sepak bola mereka. Puluhan ribu orang diperkirakan akan memadati alun-alun pusat kota Zagreb, ibu kota Kroasia.
Stasiun televisi milik pemerintah juga mengajak warga untuk berbondong-bondong datang dan menikmati momen historis ini saat para pemain tiba di tanah air, Senin waktu setempat. Media nasional Kroasia pun menyebut Luka Modric dan kawan-kawan sebagai ”Para Pahlawan Kita”.
Perusahaan kereta api pemerintah bahkan telah memangkas harga tiket 50 persen untuk memudahkan warga yang datang dari luar Zagreb. Sementara semua transportasi publik di Zagreb digratiskan pada Senin.
Pencapaian timnas Kroasia tahun ini, yang mampu menembus final, telah melampaui kejayaan pada 1998. Saat itu, meski menjadi debutan di Piala Dunia, mereka sanggup mencapai semifinal dan meraih peringkat ketiga.
Pada laga final, Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic juga menunjukkan dukungan penuhnya terhadap skuad Vatreni di stadion. Sang presiden bahkan bergeming saat hujan lebat mengguyur lapangan seusai pertandingan demi memberikan selamat kepada kedua tim.