Ambisi Medali Emas Angkat Besi
Indonesia menjaga tradisi meraih medali Olimpiade cabang angkat besi sejak 18 tahun lalu. Kini, tim ”Merah Putih” bertekad mengukir sejarah meraih medali emas Asian Games untuk pertama kalinya. Berbagai terobosan pun dilakukan.
Tim angkat besi Indonesia mengandalkan 13 lifter pada Asian Games 2018. Tim terpilih berdasarkan pemantauan selama pemusatan latihan nasional serta hasil seleksi nasional yang bergulir di Jakarta akhir Juni lalu. Lifter-lifter terbaik Indonesia akan turun pada 9 dari 14 kategori di Asian Games.
Pada kategori putra, tim ”Merah Putih” diperkuat Surahmat (kelas 56 kilogram), Muhammad Purkon dan Eko Yuli Irawan (62 kg), Deni dan Triyatno (69 kg), I Ketut Ariana dan Rahmat Erwin Abdullah (77 kg). Lifter putri terdiri atas Sri Wahyuni Agustiani dan Yolanda Putri (48 kg), Syarah Anggraini (53 kg), Acchedya Jagadditha (58 kg), Yuripah Melsandi (69 kg), dan Nurul Akmal (+75 kg).
Enam dari 13 lifter menjalani debut di Asian Games. Tiga di antaranya merupakan lifter-lifter yunior berusia di bawah 19 tahun, yaitu Erwin, Yolanda, dan Yuripah. Lifter lain yang tampil untuk pertama kali ialah Purkon, Acchedya, dan Nurul.
Dengan kombinasi lifter senior-yunior, Indonesia berambisi meraih setidaknya satu medali emas. Ini akan menjadi medali emas perdana tim angkat besi. Sepanjang keikutsertaan dalam Asian Games sejak 1962, Indonesia baru mengoleksi tujuh perak dan 15 perunggu.
Prestasi angkat besi Indonesia jauh tertinggal dari China yang sepanjang sejarahnya telah mengumpulkan medali Asian Games terbanyak dengan 81 emas, 35 perak, dan 12 perunggu. Disusul Iran (31 emas, 29 perak, 19 perunggu), Korea Selatan (31 emas, 21 perak, 26 perunggu), dan Jepang (23 emas, 19 perak, 28 perunggu). Indonesia juga masih kalah dari negara Asia Tenggara, seperti Myanmar, Thailand, dan Singapura, yang pernah setidaknya meraih satu emas Asian Games. Di Incheon 2014, tim Merah Putih membawa pulang satu perak melalui Sri Wahyuni dan satu perunggu melalui Eko Yuli Irawan.
Menyambut Asian Games kali ini, tim Indonesia berlatih sejak Oktober 2017, atau hanya sebulan setelah SEA Games Kuala Lumpur 2017 selesai. Secara keseluruhan, tim angkat besi Indonesia menjalani pelatnas selama 10 bulan, termasuk menggelar pemusatan latihan di Pedepokan Gajah Lampung, Pringsewu, Lampung, 3-20 April.
Eko Yuli dan kawan-kawan melewatkan kesempatan berharga tampil di Kejuaraan Dunia 2017 yang bergulir di Anaheim, Amerika Serikat, Desember 2017. Tim juga batal menjalani pemusatan latihan di China dan Korea Selatan. Sebagai gantinya, pelatih membuat tes progres latihan bulanan guna menjaga atmosfer lomba dan memantau peningkatan angkatan para lifter.
Terobosan-terobosan lain yang sudah dilakukan adalah membangun ruang sauna di pelatnas angkat besi serta melibatkan ahli strength and conditioning, ahli fisioterapi, ahli nutrisi, dan ahli pemulihan tubuh yang menyatu dengan pelatnas angkat besi.
Optimistis
Melihat berbagai persiapan, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia Djoko Pramono kian optimistis timnya mampu mencapai target satu medali emas Asian Games. ”Secara realistis, saya yakin bisa meraih emas. Beberapa atlet sudah melampaui batas-batas prestasi tingkat Asia. Tinggal kami mencoba memaksimalkan yang lain untuk menambah perolehan medali,” ujar Djoko di Jakarta, Mei.
Dari pemantauan selama pelatnas, angkatan sejumlah lifter meningkat cukup signifikan. Lifter putri Sri Wahyuni yang akrab dipanggil Yuni, misalnya, dalam tes progres latihan April berhasil menembus jumlah angkatan total 200 kg (snatch 88 kg, clean and jerk 112 kg). Namun, angkatan itu dibuat saat berat badannya melebihi kategori.
Angkatan Yuni itu melewati rekor pribadinya, yaitu angkatan total 192 kg (snatch 85 kg, clean and jerk 107 kg), saat meraih perak Olimpiade 2016. Ia juga berhasil melampaui angkatan peraih medali emas Asian Games 2014, Yelisseyeva Margarita asal Kazakhstan (total 194 kg, snatch 88 kg, clean and jerk 106 kg).
Pelatih Kepala Tim Angkat Besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, Yuni tidak hanya menunjukkan progres dalam jumlah angkatan. ”Kualitas angkatan dia juga membaik. Hal itu ditunjukkan antara lain dari grafik kekuatan, daya tahan, dan keseimbangan yang trennya semakin positif,” ujarnya.
Di Asian Games, Yuni bersaing dengan lawan-lawan terberat, antara lain India, Korea Utara, Thailand, dan Afghanistan. Khusus India, mereka mempunyai juara dunia 2017, Saikhom Mirabai Chanu. Di Olimpiade Rio, Chanu didiskualifikasi karena gagal melakukan angkatan clean and jerk. Dalam tiga kejuaraan selanjutnya, termasuk Kejuaraan Dunia, Chanu selalu juara dan jumlah angkatannya meningkat.
Menjelang Asian Games, Djoko menilai, yang terpenting adalah atlet dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak sakit atau cedera, mempertahankan motivasi berlomba, dan memastikan berat badannya sesuai kategori lomba.
”Saya yakin suksesnya tim angkat besi di Asian Games dapat menjadi kunci penampilan selanjutnya di Olimpiade Tokyo 2020,” katanya.