Para pemain tim LKG- SKF Indonesia sibuk memilih pakaian untuk pertandingan saat sang pelatih Iskandar memberikan waktu 20 menit untuk bersiap-siap. Mereka harus mempersiapkan seragam tim baju biru, celana putih, dan kaus kaki biru, serta berbagai kelengkapan lainnya untuk laga ketiga Grup 4, kategori Boys U-15 Piala Gothia, Rabu (18/7/2018), di Gothenburg, Swedia.
Di antara pemain yang sibuk bersiap, Rabbani Tasnim Siddiq memeriksa celana dalam yang dijemurnya. Dia ingin memastikan celana itu kering sebelum dipakai.
Penyerang tim LKG-SKF itu membawa banyak celana dalam, tetapi hanya celana berwarna abu-abu itu yang diperlakukan berbeda. Dia ingin selalu memakai pada saat laga penting.
”Ini celana yang selalu saya pakai pada saat mengikuti Liga Kompas Gramedia musim 2017-2018. Dengan celana ini, saya mencetak 27 gol pada kompetisi itu. Tahun sebelumnya, saya juga mencetak 26 gol pada kompetisi lainnya, dengan memakai celana yang sama,” kata Rabani.
Menurut Rabani, celana itu sejatinya sama seperti celana lain miliknya. Hanya saja, setiap kali memakainya, dia merasa lebih percaya diri untuk bermain. Ketajaman dan keberuntungannya juga selalu dirasa baik jika memakainya.
”Saya pernah bertanding tanpa memakainya dan penampilan saya buruk sekali. Sejak itu saya yakin, celana ini membawa keberuntungan. Bukan mistik, melainkan hanya untuk sugesti,” katanya.
Sugesti itu bertambah kuat saat Rabani mencetak lima gol saat tim LKG-SKF menang 18-0 atas Skalborg SK dari Denmark pada laga pertama, Senin (16/7). Pada laga Rabu, Rabani kembali mencetak dua gol ke gawang Lindkoping Kenty dari Swedia.
Namun, semua itu hanya sugesti belaka. Pada Selasa (17/7), Rabani tidak memakai celana kesayangannya karena masih basah seusai dicuci. Ia masih bisa mencetak satu dari dua gol tim LKG-SKF, saat menang 2-0 atas tim Waldoffer (Jerman).
Barang ”keramat” pendongkrak sugesti juga dimiliki oleh Rafli Rafa Zahid, pengatur permainan tim LKG-SKF. Ia menolak mengatakan jenisnya dan hanya menyebut barang itu pemberian kakeknya.
”Saya tidak percaya hal-hal mistik, tetapi saya selalu membawa barang pemberian kakek saat bertanding dengan menyelipkannya ke sepatu. Dengan membawanya, kepercayaan diri saya bertambah saat di lapangan,” kata Rafli yang selalu mencetak satu gol dari setiap laga penyisihan grup.
Namun, barang keramat bukan faktor utama penunjang penampilan Rafli. Latihan keras dan kompetisi yang baik menjadi faktor penentu. Hal itu terbukti saat Rafli tetap tampil bagus dan mencetak gol tanpa membawa barang itu pada laga pertama.
Turangga Seta, pemain LKG-SKF lainnya, menyatakan hal serupa. Dia memakai gelang tali pemberian kakaknya untuk meningkatkan kepercayaan diri. Namun, dia lebih mengandalkan hasil latihan untuk meraih hasil bagus.
”Gelang ini hanya untuk mengingatkan, ada kakak yang memberikan perhatian dan berharap saya bermain dengan baik. Hasil laga tetap bergantung pada kerja keras kami,” kata Turangga.
Pelatih Tim LKG-SKF Iskandar hanya tertawa saat ditanya kebiasaan anak asuhnya yang memiliki barang keramat itu. Menurut dia, barang-barang itu tidak menjadi masalah selama mereka tetap berharap kepada Tuhan, berlatih dengan keras, dan bermain sebaik-baiknya.
”Anak-anak selalu berlatih dengan keras dan bermain dengan serius. Mereka juga rajin berdoa. Itu modal kami untuk bertarung di Piala Gothia. Bukan barang keramat yang kami andalkan,” katanya. (ECA)