MALANG, KOMPAS Ribuan warga Kota Malang, Jawa Timur, tumpah ruah memenuhi jalanan dan depan Balai Kota Malang untuk menyambut pawai obor Asian Games 2018 yang tengah dibawa dari Blitar, Jumat (20/7/2018) sore hingga malam. Arak-arakan atlet pembawa obor menyusuri sejumlah ruas jalan sebelum akhirnya finis di Balai Kota.
Besarnya animo masyarakat terlihat dari bagaimana mereka berusaha mengabadikan setiap atraksi dengan kamera telepon seluler. Bahkan, di depan Balai Kota, tempat panggung gembira berada, pembawa acara berulang kali harus mengingatkan penonton agar mundur dan memberikan ruang bagi pengisi acara. ”Nawak-nawak dimohon mundur sampai trotoar agar pawai obor bisa berjalan lancar,” ujar pembawa acara itu. Nawak-nawak adalah bahasa khas Malang yang membaca kata dari belakang, artinya ’kawan-kawan’.
Penyambutan obor Asian Games di Malang sangat kental dengan nuansa seni budaya lokal. Begitu api tiba di depan Balai Kota, sekitar pukul 18.30, langsung disambut oleh tari kolosal yang melibatkan lebih dari 100 penari dan seniman. Begitu pula setelah sambutan oleh Pelaksana Tugas Wali Kota Malang Sutiaji yang dilanjutkan dengan pengalungan medali kepada para atlet pembawa obor, acara kembali diisi dengan musik campursari dan tari gandrung.
Atraksi seni tradisional sebenarnya sudah terlihat sejak siang. Sejumlah penari topeng Malang sempat berkolaborasi dengan penari modern Energy of Asia yang menjadi tema Asian Games 2018. Menjelang senja, ada agenda pawai budaya yang menampilkan rombongan penari, mulai dari barongan yang lengkap dengan atribut berupa topeng naga, reog, hingga penampilan kostum Malang Amor Carnival.
Bahkan, di sela-sela penonton juga ada permainan Nyai Putut berupa dolanan magis yang menggunakan boneka tradisional dengan kepala dari batok kelapa. Satu hal yang tidak bisa dipisahkan adalah ikut sertanya suporter klub sepak bola Arema FC, yakni Aremania dan Aremanita, dalam meramaikan penyambutan obor Asian Games.
”Kami melibatkan sekitar 300 penari untuk penyambutan obor Asian Games,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni.
Pawai obor, menurut Ida, juga menjadi ajang promosi potensi seni budaya di Kota Malang serta menggerakkan potensi ekonomi masyarakat. Asian Games adalah wahana yang tepat untuk mempromosikan daerah. Besarnya ajang dan pemberitaan yang luas menjadi keuntungan tersendiri yang sulit diperoleh dari ajang lain.
Sutiaji, dalam sambutannya, bersyukur Malang menjadi salah satu kota yang disinggahi obor Asian Games. Ia mengajak warga Malang bangga karena daerahnya terpilih untuk ikut menggelorakan rasa cinta Indonesia. Ia berharap jiwa sportif berupa slogan ”Salam Satu Jiwa” yang dimiliki Arema bisa menjiwai semangat sportivitas di Asian Games.
Sebelum diarak di Kota Malang, obor Asian Games sempat mampir ke makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, dan diarak di sejumlah ruas jalan kota itu. Di makam Bung Karno, obor diterima langsung oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang sekaligus cucu dari Sang Proklamator yang menginisiasi terselenggaranya Asian Games 1962 di Jakarta. (WER)