Pagi sekitar pukul 09.00, Rabu (16/5/2018), lelaki itu sudah tiba di arena boling di bilangan Ancol, Jakarta Utara. Sesampai di sana, setiap orang yang berpapasan dengannya langsung menyapa ramah dan lelaki berkacamata tersebut pun membalas balik dengan ramah.
Tak menunggu waktu lama, ia langsung menuju salah satu dari sekian banyak lintasan boling yang ada di sana. Dengan sedikit pemanasan, lelaki berambut hitam lurus itu langsung memulai memainkan bola boling yang dibawanya dari rumah. Ia lepaskan satu per satu bola ke lintasan. Setiap lemparannya, bola selalu tampak akan keluar lintasan. Namun, ketika mendekati pin boling, bola itu berbelok dan dengan mulus menghunjam pin-pin yang ada.
Durasi selama lebih kurang satu jam dihabiskan oleh lelaki bertubuh ramping itu dengan bermain sendirian. Setelah melakukan 10 gim, ia menghentikan permainannya yang tampak cukup melelahkan. Keringat terlihat mengucur di wajahnya, padahal tempat tersebut dalam ruangan berpenyejuk udara.
Lelaki yang bekerja keras itu adalah Ryan Lalisang, legenda hidup boling Indonesia. Lelaki kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, 21 Agustus 1980, itu adalah atlet boling pertama Indonesia yang meraih emas di Asian Games, tepatnya di nomor tunggal putra pada Asian Games Doha 2006. Ia memperbaiki prestasi Indonesia yang sebelumnya hanya bisa meraih perak, yakni melalui Hendro Pratono di nomor tunggal putra pada Asian Games Hiroshima 1994.
Sayangnya, setelah prestasi sensasional di Doha itu, belum ada lagi atlet Indonesia yang mampu mengulangi capaian tersebut, termasuk Ryan. Hal itu pula yang membuat atlet bertinggi 169 sentimeter tersebut penasaran hingga sekarang.
Tak pelak, atlet yang pernah duduk di peringkat ketiga dunia di Kejuaraan Dunia Boling di Malaka pada 2009 itu sangat ingin mengulangi prestasinya 12 tahun lalu. Di usianya yang sudah mencapai 38 tahun atau tergolong veteran untuk karier atlet, ia sangat berharap bisa merasakan lagi suasana haru kala dirinya dikalungi medali emas dan mendengarkan lagu ”Indonesia Raya” dikumandangkan seiring dengan dikibarkannya bendera Merah Putih di tiang tertinggi.
Kesempatan tersebut sejatinya terbuka di depan mata. Di Asian Games Jakarta-Palembang 2018, ia dan rekan-rekannya akan bermain di hadapan pendukung sendiri. ”Dengan usia yang sudah cukup senior, saya tidak tahu sampai kapan akan dipercaya negara. Untuk itu, karena Asian Games ada di sini, di negara kita, saya akan berusaha agar bisa mengulangi prestasi meraih emas seperti di Doha pada 2006,” ujar suami dari Vidya Valencia itu.
Berlatih keras
Demi mewujudkan cita-cita tersebut, Ryan yang telah terjun ke dunia boling sejak usia 10 tahun terus berlatih keras. Bahkan, tak jarang ketika libur, ayah dari Ruby Kellyn itu berlatih sendiri. Seperti saat ditemui Kompas, pelatnas boling putra sejatinya sedang libur latihan menjelang Ramadhan, tetapi Ryan memilih menambah jam latihan sendiri.
Menurut juara Kejuaraan Asia Boling 2006 itu, dirinya memang tidak boleh berhenti berlatih. Hal tersebut demi menjaga naluri, teknik lemparan bola, dan mengasah konsentrasi ataupun ketajaman dalam mengarahkan sasaran.
”Kalau lagi libur, saya selalu agendakan latihan sendiri minimal tiga kali seminggu dengan durasi sekitar 1 jam per latihan. Kalau lama tidak latihan, naluri dan ketepatan lemparan bisa berkurang,” katanya.
Selain berlatih keras, Ryan pun rutin mengikuti sejumlah kejuaraan di luar negeri dengan mandiri. Sudah jadi rahasia umum, anggaran pelatnas terbatas sehingga kesempatan atlet untuk ikut pertandingan di luar negeri juga terbatas. Beruntung Ryan punya sponsor pribadi. Untuk itu, ia bisa ikut sejumlah kejuaraan internasional lebih banyak dibandingkan dengan atlet lain.
”Ikut kejuaraan internasional itu sangat penting bagi atlet boling. Sebab, selain bisa tambah pengalaman dalam menghadapi atlet-atlet internasional, kita juga bisa belajar teknik pengeboran bola dan pola minyak di lintasan yang baru. Teknik-teknik itu hanya bisa dipelajari langsung dan kiblat ilmu itu ada di luar negeri, terutama di Amerika Serikat,” tutur Ryan.
Atlet andalan Indonesia yang lahir dari keluarga pencinta boling ini memang telah menjadikan emas Asian Games ke-18 sebagai tujuan utama dalam pengujung karier hebatnya. Apalagi, bagi peboling Asia, emas Asian Games adalah prestasi tertinggi setelah Kejuaraan Asia Boling. Hal tersebut mengingat boling tidak dipertandingkan di Olimpiade.
Di sisi lain, kesuksesan di Asian Games pun bisa menjadi pelecut semangat Ryan ketika tampil di kejuaraan dunia boling
selanjutnya. Apalagi, dirinya pun menaruh mimpi menjadi juara di ajang paling bergengsi dunia boling tersebut.