Penuhi Target Juara, Indonesia Masih Sisakan Pekerjaan Rumah
Oleh
E10
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS—Indonesia berhasil memenuhi target satu gelar juara pada Kejuaraan Bulu Tangkis Asia Yunior 2018 kategori perorangan yang berakhir Minggu (22/7/2018), di GOR PB Jaya Raya, Tangerang Selatan. Meskipun begitu, sejumlah pekerjaan rumah masih menunggu untuk diselesaikan.
Satu-satunya gelar disumbangkan ganda putri unggulan keempat Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto. Pada laga final, mereka menumbangkan unggulan ketiga Pearly Tan Koong Le/Toh Ee Wei Toh (Malaysia), 21-12, 21-16. Anjuran pelatih ganda putri yunior, Rudi Gunawan terhadap anak asuhnya untuk bermain lepas selama pertandingan berhasil dijalankan dengan baik.
Setelah menang mudah pada gim pertama, 21-12, Febriana/Ribka juga mendominasi jalannya gim kedua. Febriana bermain bagus dengan beberapa kali mencegat bola drive lawan. Saat bersamaan, pengembalian bola pasangan Malaysia sering berakhir di luar lapangan. Smes Ribka yang memanfaatkan bola tanggung di depan net, mengakhiri gim kedua tersebut dengan skor, 21-16.
Gunawan mengatakan, teknik bermain kedua pasangan di laga puncak ini sebetulnya berimbang. Namun, Febriana/Ribka bermain lebih lepas. "Kalau saja Malaysia bermain normal, laga final ini pasti akan ramai. Akan tetapi, Malaysia terlihat tegang sejak gim pertama," kata Rudi.
Menurut Rudi, pertandingan final tidak hanya mengandalkan teknik bermain. Faktor mental juga turut memengaruhi hasil pertandingan."Saya selalu berpesan ke anak-anak untuk tidak memikirkan kalah atau menang. Yang penting mereka fokus ke pertandingannya saja," jelas Rudi.
Saat ditemui menjelang pertandingan Febriana/Ribka, maestro bulu tangkis Indonesia Rudy Hartono mengatakan bahwa prestasi pebulu tangkis yunior Indonesia belum maksmal. Kejuaraan ini, menurut dia, memberikan tolak ukur terhadap pemain yunior Indonesia.
\'Dengan bermain di rumah sendiri apakah sudah mampu? Ternyata di kejuaraan ini, pemain yunior prestasinya belum maksimal. Jika ganda putri yang akan bertanding di final ini bisa juara, paling tidak ada \'hiburan\'. Kenapa hiburan? Karena semestinya kita bisa mendapat lebih dari itu,” kata juara All England delapan kali ini.
Berkaca pada hasil pertandingan, penampilan tim yunior Indonesia memang belum mampu berbuat banyak. Pada kategori beregu, Indonesia gagal mengulang prestasi sebagai finalis pada kejuaraan yang sama tahun lalu, karena terhenti di perempat final. Adapun pada kategori perorangan, juara bertahan ganda campuran Rehan Naufal Kusharjanto/ Siti Fadia Silva Ramadhanti yang diharap akan menyumbang satu gelar justru gugur di perempat final.
Beruntungnya, ganda putri Indonesia berhasil membuat kejutan dengan mengirim dua wakil ke semifinal, dengan Febriana/Ribka berhasil menyelamatkan target Indonesia. Adapun Agatha Imanuela/Siti Fadia (ganda putri), Ghifari Anandaffa Prihardika/Pramudya Kusumawardana Riyanto (ganda putra), dan Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay (tunggal putra) terhenti di semifinal.
Rudy menilai, minimnya prestasi tim yunior erat kaitannya dengan proses pembibitan yang belum sesuai harapan. Proses pembibitan pemain tidak cukup jika hanya dikerjakan oleh klub saja. Di samping swasta, pemerintah juga harus ikut memikirkan hal ini.
"Pembibitan harus dimulai sejak dini dan didukung oleh lembaga yang berhubungan dengan pemerintah. Hingga kini, tidak banyak sekolah dasar yang memprioritaskan bulu tangkis sebagai bagian dari ekstrakurikuler," jelasnya.
Dengan membumikan bulu tangkis sejak dini, Rudy optimistis akan bermunculan tunas-tunas baru di olahraga bulu tangkis ini. Hal itu turut memudahkan pemerintah untuk menyeleksi pemain-pemain berbakat. "Untuk saat ini, kondisi bulu tangkis kita memang jalan di tempat. Bagaimana mungkin bisa preprestasi kalau bibitnya saja tidak ada," kata dia.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Susy Susanti menilai, persaingan bulu tangkis antarnegara semakin ketat. Hal itu menjadi tantangan baru untuk mengelola tim yunior Indonesia.
"Kita tidak seperti dulu lagi, di mana Indonesia masih mendominasi. Sekarang, prestasi bulu tangkis itu tersebar di beberapa negara, seperti Indonesia, Denmark, Malaysia, Korea, dan China. Jadi, peta kekuatannya lebih merata,” jelas Susi.
Menurut Susy, PBSI sudah berusaha maksimal. Waktu berlatih pemain yunior yang sebelumnya hanya disiapkan dua minggu menjelang pertandingan, ditambah menjadi enam bulan.
Namun, Susy tak menampik soal kekurangan yang masih terdapat pada tim yunior. "Secara umum, mereka belum matang. Fisik dan mental mereka saat bermain di lapangan juga harus dibenahi. Di samping itu, ada juga pemain yang berpotensi tapi masih lemah secara power," jelas Susy.
Susy mengatakan, PBSI akan terus melakukan pembinaan yang berkesinambungan, khususnya bagi pemain yunior. Saat ini kata dia, terdapat dua kategori pemain di pelatnas, yakni utama dan pratama. "Pemain yunior itu, kan dibina di klub masing-masing. Rencananya, pemain yang punya potensi akan lebih cepat kami tarik ke pelatnas," kata peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 ini. (Insan Alfajri)