Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar atau PPLP sejatinya bisa menjadi kawah candradimuka untuk melahirkan bibit-bibit atlet andal nasional. Apalagi, PPLP sudah ada di semua provinsi di Indonesia sehingga bisa menjangkau atlet-atlet berbakat yang tersebar di seluruh Indonesia.
PPLP adalah wadah pengembangan olahragawan pelajar yang lahir dari pengejawantahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam menciptakan bibit-bibit prestasi olahraga. Saat ini, PPLP sudah ada di 34 provinsi di Indonesia dan setiap PPLP memiliki program unggulan masing- masing menyesuaikan bakat atlet yang lebih dominan di daerahnya.
Deputi IV Bidang Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mulyana saat mendampingi kontingen Indonesia di ASEAN School Games 2018 di Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/7/2018), mengatakan, sistem PPLP berbeda dengan Sekolah Khusus Olahraga (SKO). PPLP merekrut pelajar berbakat untuk dilatih tanpa harus belajar pendidikan formal di tempat itu. Kalau SKO, pelajar sepenuhnya berlatih olahraga sesuai bidangnya masing-masing dan belajar pendidikan formal di sana.
Sistem itu memberikan keuntungan karena pelajar tidak akan bosan untuk terus berada di tempat itu. Kendati demikian, intensitas latihan PPLP justru lebih tinggi. Terlepas dari itu, PPLP sudah menjangkau semua wilayah Indonesia, sedangkan SKO hanya ada beberapa, antara lain di Ragunan, Jakarta, dan Salatiga, Jawa Tengah.
Untuk itu, PPLP dianggap cukup efektif untuk melahirkan atlet berbakat. Buktinya, lahir Lalu Muhammad Zohri, atlet atletik nasional juara lari 100 meter putra di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia, dua pekan lalu. Sebelum bergabung ke pelatnas, Zohri adalah atlet PPLP Nusa Tenggara Barat pada rentang 2016-2017.
Atlet-atlet binaan PPLP dari sejumlah daerah Indonesia pun menjadi tulang punggung Indonesia pada ASEAN School Games 2018. Bahkan, hampir semua medali dari 4 emas, 2 perak, dan 1 perunggu yang diraih Indonesia pada hari pertama ajang itu, Sabtu (21/7), berasal dari atlet-atlet PPLP.
Emas nomor lompat jauh putra diraih oleh Ahmad Ambali Sukur yang merupakan atlet PPLP Bangka Belitung. Emas lari 100 meter putra diraih oleh Adi Ramli Sidiq dari PPLP Jawa Tengah. Sementara perak lari 100 meter putri diraih oleh Erna Nuryanti dan perunggu lari 100 meter putra diraih oleh Muhammad Fahrurrozi yang keduanya merupakan atlet PPLP Jawa Barat.
”Rentetan prestasi itu benar-benar menyadarkan kami bahwa PPLP memang relevan untuk menjadi kawah candradimuka pembibitan atlet nasional,” ujar Mulyana.
Ubah pola
Namun, Mulyana menyadari masih banyak kekurangan di PPLP, di antaranya yang patut dibenahi adalah mengubah pola pembinaan dari fokus ke cabang menjadi fokus ke nomor-nomor pertandingan. Artinya, fokus pembinaan harus lebih mengerucut. ”Contohnya, kalau dulu pola pembinaan fokus pada atletik yang tergolong cabang olahraga, sekarang dan kedepan akan fokus ke nomor-
nomor pertandingan pada atletik, seperti lari 100 meter putra dan lari 4x100 meter putra,” ujarnya.
Dengan pembinaan yang mengerucut, Kemenpora berharap anggaran yang terbatas bisa benar-benar efektif untuk pembinaan. Apalagi tak dimungkiri, anggaran untuk olahraga Indonesia sangat minim.
Atlet peraih emas lari 100 meter putra ASEAN School Games, Adi Ramli Sidiq, mengatakan, pola pembinaan yang lebih fokus memang harus diterapkan di PPLP. Selama bergabung di PPLP dari akhir 2016 sampai awal 2018, ia merasakan pola latihan yang ada masih sangat umum. Bahkan, latihan yang dilakukan cenderung pengulangan. ”Kalau di pelatnas, kita latihannya sudah fokus. Ada latihan-latihan yang dikejar, seperti target kecepatan, lalu nanti berganti target kekuatan, atau nanti target teknik,” ujarnya.