JAKARTA, KOMPAS - Atlet pemusatan latihan nasional triatlon menjadi korban dualisme kepengurusan di Federasi Triatlon Indonesia atau FTI. Akibat dualisme kepengurusan itu, Kemenpora menunda pencairan anggaran pelatnas triatlon.
”Kami menanggung semua sendiri sejak Februari sampai Mei. Yang kasihan atlet yang tidak memiliki sponsor karena sepeda dan suku cadangnya cukup mahal. Namun, mau bagaimana lagi, untuk negara kami selalu siap,” ucap atlet triatlon Jauhari Johan, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Pada Februari-Mei itu, Johan dan rekannya di pelatnas membiayai sendiri kebutuhan sehari- hari, biaya kos, dan peralatan pertandingan. Mereka bersama satu pelatihnya menjalani pelatnas mandiri di Bandung.
Baru pada awal Mei 2018, FTI mengumpulkan enam atlet pelatnas di Surabaya. Atlet mulai diberikan uang saku, akomodasi, dan pelatih asing. Namun, uang itu berasal dari dana pribadi pengurus, manajer triatlon Armand van Kempen.
Johan mengatakan, masalah tidak turunnya dana pelatnas cukup mengganggu persiapan Asian Games. Minimnya dana membuat pelatnas belum pernah melakukan uji coba di luar negeri.
”Kami tidak bisa mengukur kekuatan karena tak ada uji coba. Padahal, uji coba juga untuk meningkatkan pengalaman berlomba,” tutur Johan.
FTI sudah mengajukan proposal dana pelatnas ke Kemenpora sejak Januari 2018. Mereka meminta Rp 3,5 miliar. Namun, dana itu masih belum bisa dicairkan hingga 24 hari sebelum dimulainya Asian Games.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana mengatakan, FTI masih bermasalah dengan dualisme kepemimpinan. Oleh karena itu, proposal dana belum disetujui oleh tim verifikasi proposal.
Dualisme kepengurusan FTI meliputi FTI yang dipimpin Mark Sungkar dan FTI yang dipimpin Brigadir Jenderal Joko Warsito. Dualisme ini hadir saat musyawarah nasional luar biasa, awal Juni. Saat itu, sejumlah pengurus daerah FTI mengukuhkan Joko sebagai ketua umum menggantikan Mark.
”Kami tidak mau memberikan dana kepada salah satu pihak. Nanti kalau dikasih ke yang satu, satunya lagi minta bagaimana,” ucap Mulyana.
Menurut Mulyana, pihaknya dalam waktu dekat akan segera mencari solusi pencairan dana untuk atlet dan pelatih. Kemungkinan Kemenpora akan melakukan swakelola dana. ”Jadi, mungkin skemanya nanti, dana dikirim langsung ke atlet. Termasuk melunasi yang kemarin belum dikirim,” tutur Mulyana.
Pelatnas tinju
Pelatnas tinju untuk Asian Games 2018 mulai mengurangi intensitas latihan untuk menjaga fisik dan psikologis atlet. Pengurus Besar Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) menargetkan satu medali emas.
Pertina menyiapkan 10 petinju untuk Asian Games, terdiri dari 7 petinju putra dan 3 putri. Namun, salah satu petinju putri, Uswatun, terancam dicoret karena masalah kesehatan. ”Uswatun beberapa hari ini hemoglobin (Hb)-nya turun. Kami berupaya menaikkan Hb-nya agar bisa optimal berlatih,” kata Ketua Umum Pertina Johni Asadoma. (KEL/IND)