JAKARTA, KOMPAS — Pemain basket muda dari klub Boston Celtics, Jaylen Brown, berkunjung ke SMAN 82 Jakarta pada Kamis (26/7/2018) pagi. Jaylen datang untuk memberikan pelatihan kepada anak-anak Indonesia sekaligus berbagi cerita sebagai pemain basket NBA.
Brown tiba di SMAN 82 Jakarta pada Kamis pagi dan turut berlatih bersama sekitar 60 siswa-siswi SMAN 82. Pemain berusia 21 tahun itu datang bersama Associate Vice President Basketball Operations NBA Asia, Carlos Barroca. Brown mengikuti proses latihan yang terdiri atas tiga pos, yaitu menembak, mengoper, dan pos dribel bola.
Brown juga menyempatkan diri menyapa penonton dalam bahasa Indonesia. Ucapan selamat paginya dibalas dengan sambutan meriah oleh siswa dan guru yang menonton acara tersebut. Setelah itu, ia juga mengajari anak-anak teknik bermain basket yang benar. Di sela-sela kegiatan, ia juga bercanda dengan siswa yang mengikuti pelatihan.
”Rasanya sangat menyenangkan melatih anak-anak bermain basket. Mereka mengira program ini membantu mereka saja, tetapi program ini juga membantu saya. Para murid menginspirasi saya bermain lebih baik lagi musim depan dan membuat saya lebih rendah hati,” ujarnya seusai pelatihan yang diadakan di lapangan basket SMAN 82 tersebut.
Selain pelatihan, Brown juga menceritakan pengalamannya sebagai pemain NBA. Pemain yang dapat bermain sebagai shooting guard dan small forward ini mengatakan, hanya sekitar 300 orang dari 1 juta pemain basket di Amerika Serikat yang dapat bermain di NBA. Pemain juga harus terus berlatih dan belajar agar dapat berkembang sebagai pemain di kompetisi sebesar NBA.
Salah satu siswa yang mengikuti pelatihan, Muhammad Irza Aradahana, mengaku gembira dengan kedatangan NBA dan Jaylen Brown di sekolahnya. Apalagi, menurut dia, olahraga basket sedang meningkat popularitasnya di sekolah itu.
”Kedatangan pemain NBA adalah hal yang bagus. Bisa jadi motivasi anak-anak untuk lebih meningkatkan kemampuannya,” kata siswa kelas XII MIPA tersebut.
Menurut Barroca, ini merupakan kali pertama program pelatihan NBA dilakukan di sekolah. Hal ini dilakukan untuk mempromosikan budaya hidup sehat di kalangan anak sekolah.
”Karena di sekolah, murid-murid tidak hanya harus memiliki kemampuan akademis yang baik, tetapi juga fisik yang prima. Kesehatan tubuh dapat meningkatkan kualitas pendidikan mereka menjadi lebih baik,” kata Barroca.
Lebih lanjut, Barroca juga mengatakan, Indonesia memiliki potensi untuk mencetak pemain-pemain basket andal. Namun, untuk dapat melakukan hal itu, Indonesia perlu membuat jenjang-jenjang kompetisi untuk menambah jam terbang pemain basket di Indonesia.
Pemain basket di Indonesia memerlukan banyak pengalaman bermain. Dengan adanya jenjang kompetisi, seperti kejuaraan antarsekolah atau kejuaraan daerah, para pemain dapat meningkatkan kualitas permainannya.
”Karena tanpa kompetisi, perkembangan seorang pemain tidak akan terlihat. Pemain juga tidak dapat berkembang hanya lewat latihan,” ungkapnya.
Pelatihan ini merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan Junior NBA (Jr. NBA) yang mencari 8 pemain laki-laki dan 8 pemain perempuan Indonesia untuk menjadi pemain Jr. NBA Indonesia All-Stars. Kegiatan yang digagas NBA Asia dan NBA Cares ini pertama kali diadakan pada 2014. (Lorenzo Anugrah Mahardhika)