BANTUL, KOMPAS Suporter klub sepak bola perlu didata dengan rinci untuk memudahkan pembinaan. Hal itu semakin mendesak dilakukan karena perilaku brutal sebagian suporter masih saja terjadi hingga merenggut korban jiwa.
Insiden terakhir adalah pengeroyokan yang menyebabkan Muhammad Iqbal Setyawan (16) meninggal saat laga Liga 2 antara PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman di Stadion Sultan Agung, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (26/7/2018). Selain Iqbal, terdapat sembilan korban lain yang mengalami luka-luka.
”Ke depan, kelompok suporter harus terdata. Siapa yang bertanggung jawab, di mana alamat basecamp-nya. Ini penting agar kita semua bisa melakukan pembinaan efektif. Kami ingin membina suporter, tetapi kalau mereka tidak jelas basisnya, akan mempersulit kami,” kata Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Jumat (27/7/2018), di Bantul.
Kepala Bidang Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Yulianto menyatakan, Iqbal diduga tewas karena dikeroyok oleh kelompok suporter. Namun, korban belum diketahui berasal dari kelompok suporter mana karena tidak didapati identitas atau atribut suporter dari tim yang berlaga. Para pelaku pengeroyokan masih diburu. Polisi sudah mengantongi sejumlah petunjuk terkait pelaku.
Iqbal memang menggemari sepak bola. Hal itu diungkapkan Oktafa Setiawan (26), tetangga korban. ”Dia memang senang sekali dengan sepak bola. Pertandingan apa pun kalau diselenggarakan di Yogyakarta, dia usahakan menonton. Tidak mengacu pada satu klub saja,” kata Oktafa di rumah duka, Dusun Balong, Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul, Jumat pagi.
Oktafa menceritakan, korban berangkat menuju stadion bersama ketiga temannya, yaitu Angga (22), Edy (20), dan seorang teman lainnya yang tidak diketahui identitasnya. Mereka datang tanpa atribut dari klub yang berlaga sore itu.
”Saat mereka akan keluar stadion, dilakukan penggeledahan oleh suporter. Edy dikeroyok terlebih dahulu karena diketahui punya KTP warga Sleman. Edy ditanyai oleh penggeledahnya mengenai siapa saja yang datang bersamanya. Lalu, dia menunjuk Iqbal,” tutur Oktafa, menurut cerita dari Angga.
Akibat dikeroyok, Edy mengalami luka berat di bagian kepala. Saat ini, ia masih dirawat intensif di Rumah Sakit Dr Sardjito. Adapun Angga langsung melarikan diri untuk bersembunyi di perkampungan terdekat setelah berhasil keluar dari stadion.
”Kejadian ini terjadi di luar kendali kami. Kami telah berusaha semaksimal mungkin. Pengamanan pun telah kami tingkatkan dari yang awalnya menyiapkan sekitar 350 petugas ditingkatkan menjadi 1.250 petugas keamanan,” kata Ketua Panitia Pelaksana PSIM Wendy Umar.
RD Mundur
Rahmad Darmawan (RD) memutuskan mundur sebagai pelatih klub Liga 1 Sriwijaya FC per 25 Juli. RD mengonfirmasi, dirinya memang sudah mengundurkan diri. Pengunduran diri ini sebagai bentuk ketegasannya karena ada syarat yang tak dipenuhi oleh pihak manajemen.
Direktur Pertandingan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Augie Bunyamin mengatakan, manajemen Sriwijaya FC telah menerima surat pengunduran diri RD. Manajemen klub menunjuk Subangkit sebagai pelatih sementara. (NCA/RAM)