Arsenal menunjukkan hasil positif selama persiapan menjelang musim baru. Hadirnya manajer baru, Unai Emery, mengembalikan keseimbangan yang hilang pada permainan ”The Gunners”.
DUBLIN, KAMIS Berbeda dengan musim-musim sebelumnya, fans Arsenal patut optimistis menatap musim baru. ”The Gunners” tampil menjanjikan dalam laga-laga pramusim, termasuk saat mengalahkan Chelsea, di laga International Champions Cup (ICC), Kamis (2/8/2018) dini hari WIB, di Dublin, Irlandia.
Arsenal sempat diliputi tanda tanya besar setelah ditinggalkan Arsene Wenger, manajer yang 22 tahun lamanya memimpin klub asal London itu. Sempat muncul kekhawatiran prestasi The Gunners belum tentu membaik seusai ditinggalkan Wenger.
Situasi ini sempat dialami Manchester United setelah ditinggalkan manajer legendarisnya, Sir Alex Ferguson, pada 2013. MU tidak pernah lagi menjuarai Liga Inggris meskipun diguyur uang untuk membeli pemain bintang.
Namun, dalam kasus Arsenal, situasinya bisa jadi berbeda. The Gunners sejauh ini terlihat menjanjikan di bawah asuhan Unai Emery, pengganti Wenger.
Mereka selalu menang di tiga laga ICC yang diikutinya. Mereka menghabisi Paris Saint-Germain 5-1, juga membekap Chelsea dan Atletico Madrid melalui adu penalti. The Gunners pun kini menempati peringkat ketiga di klasemen ICC, mengungguli barisan raksasa lainnya, seperti Manchester United, Manchester City, dan Bayern Muenchen.
Koleksi poin Arsenal di ICC, yaitu enam, hanya kalah tipis dari Tottenham Hotspur dan Borussia Dortmund yang mengemas tujuh angka. Di satu sisi, masih terlalu dini menyimpulkan Arsenal akan berprestasi di musim baru menyusul hasil positif di ICC.
Namun, setidaknya mereka telah menunjukkan geliat positif yang tidak tampak di tahun-tahun sebelumnya di era Wenger. Sejauh ini, Arsenal terlihat lebih solid, khususnya dalam bertahan. Mereka hanya kebobolan tiga gol di tiga laga ICC musim ini.
Di bawah asuhan Emery, pelatih yang pernah sukses bersama Sevilla dan PSG, Arsenal menjadi tim yang tidak sekadar bisa menyerang. Arsenal kini tahu cara bertahan dan tidak patah semangat saat tertinggal gol.
Hal itu mereka perlihatkan di derbi London di Dublin. Sempat tertinggal lebih dulu oleh gol Antonio Rudiger, Arsenal tidak lantas panik dan bersabar mengejar gol. Mereka dengan tenang meredam permainan Chelsea, tim yang kini tampil lebih menyerang dan cepat di bawah asuhan manajer barunya, Maurizio Sarri.
Saat kehilangan bola, Arsenal kini mampu cepat mendapatkan kembali bola berkat instruksi menekan tinggi dari Emery. Hal inilah yang tidak terlihat di Arsenal pada era Wenger.
Dua musim terakhir, Arsenal menjadi klub ”Big Six” alias langganan enam besar di Liga Inggris dengan pertahanan terburuk. Sebagai contoh, musim lalu, mereka kebobolan 51 gol dari 38 laga.
Buruknya kinerja pertahanan membuat kultur menyerang mereka menjadi kurang berarti. The Gunners pun terlempar dari peringkat empat besar dan absen di Liga Champions secara beruntun di dua musim ini.
Perbaikan kinerja pertahanan memang menjadi salah satu titik perhatian Emery. Itu dibuktikan dengan mendatangkan kiper baru, Bernd Leno, dan bek tengah, Sokratis Papastathopoulos. Keduanya menjadi langganan di beberapa laga terakhir.
”Hal pertama adalah kinerja ketika kehilangan bola dan tempat yang tepat melakukan tekanan,” ujar Rob Holding, bek Arsenal, seperti dikutip ESPN.
Kembali percaya diri
Hadirnya Emery, yang sangat memperhatikan aspek individual di timnya, juga membuat sejumlah pemain Arsenal kembali percaya diri. Kebangkitan individu itu, antara lain, diperlihatkan Mesut Oezil dan Alexandre Lacazette yang bersinar selama ICC.
Lacazette, yang terpinggirkan di era Wenger menyusul kehadiran Pierre-Emerick Aubameyang, menjadi pemain terbaik Arsenal di pramusim. Ia mengemas tiga gol dan memuncaki daftar pencetak gol tersubur di ICC.
”Musim lalu adalah masa lalu. Ya, saya memang sempat frustrasi, tetapi itu telah berakhir. Saya kini bahagia menyambut musim yang baru,” ujar Lacazette.