Waktu bagi pelatih tim nasional Indonesia, Luis Milla Aspas, sudah hampir habis ketika ajang Asian Games 2018 sudah semakin dekat. Meraih target menembus semifinal dalam ajang olahraga multicabang ini menjadi target terakhir pelatih asal Spanyol itu di dalam kontraknya.
Artinya, Asian Games bisa jadi merupakan kesempatan terakhir Milla untuk menunjukkan hasil sepak terjangnya selama 1,5 tahun ini. Belum diketahui apakah kontraknya akan diperpanjang lagi atau tidak. Hasil di Asian Games tentu menjadi bahan evaluasi akhir.
Posisi Milla pun sangat sulit karena timnas Indonesia gagal tampil di Piala Asia U-23 2018 dan tidak mampu mencapai target di SEA Games 2017. Kini, beban yang ada di pundak pelatih berusia 52 tahun itu kian berat.
”Pelatih memang selalu berada di bawah tekanan bukan? Saya selalu berusaha agar bangsa Indonesia bangga dengan timnasnya. Saya ingin timnas bisa bermain dengan hati,” katanya, Senin (30/7/2018), di Ubud, Gianyar, Bali.
Mantan pelatih timnas Spanyol U-23 itu tidak ingin membahas masa depannya karena itu bukan kapasitasnya saat ini. Ia saat ini hanya ingin fokus menjalani Asian Games.
Meski demikian, Milla merasa sudah bekerja keras membangun fondasi sepak bola Indonesia dengan membentuk karakter para pemain muda. Pelatih yang sangat disiplin soal waktu ini menerapkan gaya bermain ala Spanyol yang lebih mengutamakan penguasaan bola. Ia ingin para pemain bermain lebih sabar.
Milla pun sadar tugasnya itu sangat berat. Oleh karena itu, sebelum debutnya pada laga uji coba kontra Myanmar pada Maret 2017, ia mengatakan bahwa para pemain U-23 memiliki jalan yang sangat panjang. Ini semacam pesan bahwa proses yang ia lakukan tidak bisa instan.
”Kemampuan dasar tidak bisa diubah secara instan. Di Indonesia, para pemain muda kurang mendapat kesempatan belajar dengan benar dan program pelatihan tidak berjenjang. Saya mencoba membenahi itu dari awal,” katanya.
Kebetulan Milla sangat menikmati proses melatih para pemain muda. ”Saya pelatih yang suka mendidik. Saya pendidik dan suka bekerja sama dengan pemain muda. Tidak hanya melatih teknik, tetapi saya juga berusaha membangun kepribadian yang baik,” ujarnya.
Tugas kapten
Dari 23 pemain yang mengikuti pemusatan latihan di Bali, Milla pun memilih Hansamu Yama sebagai kapten. Bek klub Barito Putera itu dianggap mampu memahami filosofi yang diterapkan Milla dan memimpin pemain lainnya. Oleh karena itu, Milla sering mengajak Hansamu untuk bicara mengenai tim.
”Saya dan tiga pemain senior dipanggil (oleh Milla). Kami diminta membantu pemain muda lainnya untuk meningkatkan mental bermain,” katanya.
Di antara para pemain lainnya, Hansamu memang memiliki pengalaman yang lebih banyak. Ia pernah memperkuat timnas U-19 menjuarai Piala AFF 2013. Sebagai bek, Hansamu juga memiliki posisi strategis untuk mengawasi rekan-rekannya dari belakang.
Di bawah asuhan Milla, Hasamu berlatih untuk terus berkomunikasi dengan pemain saat berlaga. Salah satunya dengan terus berteriak agar pemain-pemain di depannya mendengarnya.
Kekompakan, menurut Hansamu, adalah modal paling penting bagi tim saat ini. Hal itu sudah terbangun selama beberapa kali menjalani pemusatan latihan.
”Saya rasa saat ini kami sudah berada di jalur yang benar,” katanya.