DENPASAR, KOMPAS - Hasil Kejuaraan Angkat Besi Indonesia Terbuka 2018 di GOR Ngurah Rai, Denpasar, Bali, menunjukkan tim ”Merah Putih” masih perlu banyak belajar dalam hal pembinaan atlet jangka panjang. Tanpa pembinaan jangka panjang, penampilan lifter Indonesia akan selalu tertinggal dari negara-negara lain.
Dalam kejuaraan kelompok umur remaja dan praremaja itu, Jumat (3/8/2018), tim Thailand mendominasi dua dari tiga kategori lomba yang diikuti. Tim Thailand meraih medali emas kategori putri 69 kg, serta medali emas dan perak kategori putri +69 kg. Sementara lifter Indonesia berada di posisi kedua dan ketiga.
Di kelas 69 kg, tim putri Thailand meraih medali emas melalui Vanessa Sarno. Lifter berusia 15 tahun ini mendominasi dengan meraih tiga medali emas dari total angkatan 176 kg, angkatan snatch 78 kg, dan clean and jerk 98 kg.
Sarno tampil percaya diri. Pada snatch, dia tak pernah gagal dari kesempatan pertama 65 kg, kemudian 73 kg, dan 78 kg. Demikian juga pada clean and jerk, dia sukses dengan angkatan 85 kg, 93 kg, dan 98 kg.
Sementara lifter Indonesia, Rara Ajeng Amelia, meraih tiga perak dengan total angkatan 108 kg (snatch 50 kg, clean and jerk 58 kg). Peringkat ketiga ditempati Fitriya Zulfatuss Saadah dengan total angkatan 55 kg (snatch 25 kg, clean and jerk 30 kg).
Rara melakukan satu kali kesalahan, sementara Fitriya melakukan empat kesalahan angkatan. Pada kategori ini, Indonesia tertinggal dalam hal teknik angkatan, strategi, dan fisik.
Pada kategori +69 kg, tim Thailand meraih medali emas dan perak dari total angkatan. Medali emas diraih Khamhaeng Supatchanin dengan total angkatan 214 kg (snatch 94 kg, clean and jerk 120 kg). Khongthong Duangkamon mengemas perak dengan total angkatan 212 kg (snatch 93 kg, clean and jerk 119 kg).
Lifter tuan rumah Indonesia, Firda K, harus puas dengan perunggu dengan total angkatan 173 kg (snatch 78 kg, clean and jerk 95 kg). ”Ini pertama kalinya saya tampil melawan atlet luar negeri. Jadi, ada perasaan deg-degan yang memengaruhi penampilan,” ujarnya.
Aveenash Pandoo dari Federasi Internasional Angkat Besi mengatakan, pembinaan atlet jangka panjang Thailand lebih bagus dari Indonesia. Hal itu terlihat dari fisik atlet. ”Atlet Thailand mempunyai masa otot yang lebih baik. Sementara atlet Indonesia belum menunjukkan hal serupa,” ujarnya.
Dalam hal teknik angkatan, tim Thailand juga lebih baik. Gerakan tubuh saat mengangkat beban, konsentrasi, dan fokus lifter Thailand dapat menunjang mereka melakukan angkatan yang sesuai target. Sementara atlet-atlet Indonesia masih punya banyak kelemahan. ”Atlet Indonesia baru sekadar mengandalkan kekuatan, belum punya teknik yang bagus. Hal itu membuat mereka sering gagal melakukan angkatan,” kata Pandoo.
Untuk membangun fisik dan teknik, menurut Pandoo, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Berbagai aspek kepelatihan juga harus menunjang, mulai dari kualitas pelatih, kejuaraan, fasilitas latihan, program latihan, nutrisi, hingga jadwal uji coba ke luar negeri.
Pelatih Thailand Aphinya Dattuyanat mengatakan, pihaknya secara rutin menyelenggarakan kejuaraan angkat besi nasional untuk seleksi tim yunior. (DNA)