JAKARTA, KOMPAS—Petenis Indonesia David Agung Susanto gagal mengakhiri puasa gelarnya pada Combiphar Tenis Indonesia Terbuka 2018 yang telah memasuki pengujung seri kedua. Pada final ganda putra, Sabtu (4/8/2018), David yang turun bersama petenis Korea Selatan Kim Cheong-eui, kalah dari pasangan Jepang Sho Shimabukuro/Kaito Uesugi, 3-6, 6-7 (4-7).
Dalam pertandingan yang digelar di lapangan tenis Hotel Sultan, Jakarta, itu David/Kim kehilangan servis pada gim keempat set pertama. Kim terlihat beberapa kali melakukan kesalahan di depan net. Ditambah lagi, ganda beda negara ini sering mengembalikan bola tanggung, sehingga unggulan keempat Shimabukuro/Uesugi berhasil merebut set pertama.
“Seharusnya kami bisa mematahkan servis lawan saat set pertama ini,” kata David.
Pasangan Jepang mebuka set kedua dengan mematahkan servis David/Kim melalui voli dari Uesugi. Namun, David/Kim kembali membalas melalui pukulan Kim ke belakang pertahanan lawan. Kejar-kejaran angka terjadi sepanjang set kedua, sehingga pertandingan berakhir dengan tie break.
Saat tie break, Shimabukuro/Uesugi berada di atas angin. Ganda Jepang ini melesat meninggalkan David/Kim empat poin berturut-turut. Laga final berakhir ketika servis keras Uesugi tak bisa dikembalikan. Dengan demikian, David/Kim harus puas menempati posisi kedua di final ganda ini.
"Saat berpasangan dengan Kim, permainan kami sebenarnya sudah bagus. Buktinya bisa sampai ke final. Kami juga memiliki peluang untuk menang, tetapi gagal diwijudkan," kata David.
Sepanjang turnamen tenis ITF yang digelar di Indonesia, kiprah David belum begitu cemerlang di nomor ganda. Petenis 27 tahun ini terakhir kali mengangkat piala saat berpasangan dengan Christopher Rungkat pada tahun 2016, di Makassar. Setelah itu, David tak pernah mendapat gelar lagi.
Meskipun begitu, Wakil Sekretaris Jenderal PP PElti Susan Soebakti menilai bahwa penampilan David yang berpasangan dengan Kim sudah maksimal. “Permainan David/Kim tadi sudah bagus. Mereka kan sudah sering berpasangan. Hanya saja, lawannya bermain lebih solid daripada mereka,” kata Susan.
Menurut Susan, turnamen yang telah memasuki akhir seri kedua ini menjadi ajang untuk memperbaiki kualitas petenis Indonesia. “Dari sisi mental, anak-anak sudah lebih tenang mainnya. Sementara pukulan-pukulan mereka juga semakin tajam,” kata dia. (E10)