Shanghai, Jumat - Para pecatur muda Indonesia kembali menunjukkan kemampuan mereka di ajang internasional. Pada kategori catur kilat di kejuaraan Eastern Asian Youth Chess, para pecatur Indonesia merebut satu medali emas, tiga perak dan satu perunggu, Jumat (4/8/2018) malam di Shanghai, China.
Medali emas direbut oleh Daniel Hermawan Lumban Tobing pada kelompok terbuka atau open 16 tahun. Medali perak direbut oleh Dita Karenza pada kelompok putri U-18, Christine Elisabeth kelompok putri U-16, dan Samantha Edithso kelompok putri U-12. Adapun medali perunggu direbut oleh Daru Okta Buana pada kelompok terbuka U-16.
"Para pecatur Indonesia menunjukkan kemampuan mereka untuk berpikir dan mengambil keputusan secara cepat. Jika mendapat pelatihan intensif dan pengalaman bertanding internasional, mereka akan menjadi hebat pada catur klasik," kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Pada catur kilat yang dimainkan dalam kejuaraan itu, setiap pecatur hanya diberi jatah waktu tiga menit dan tambahan dua detik untuk setiap langkah. Catur kilat mengharuskan pecatur berpikir dan melangkah sangat cepat. Pemain yang kehabisan waktu sebelum laga selesai akan dianggap kalah.
Setiap pemain harus bermain sembilan laga. Setiap kemenangan diberi satu poin, remis 0,5 poin, dan kalah 0 poin.
Daniel merebut medali emas dengan mengumpulkan 8,5 poin dari sembilan laga. Daniel mengalahkan delapan pecatur dari Taiwan, Malaysia, Hongkong, Mongolia, dan China. Daniel hanya sekali ditahan remis oleh Daru Buana Okta dari Indonesia.
"Saya gembira sekali dapat merebut medali emas bagi Indonesia. Saya berharap dapat meraih medali emas pada catur klasik," kata Daniel.
Dita Karenza dan Christine Elisabeth sama-sama mengumpulkan 6 poin dari sembilan pertandingan. Christine menang lima kali dan remis dua kali untuk mengumpulkan enam poin.
Langkah Christine cukup berat karena kalah pada laga pertama melawan Lu Miaoyi dari China. Namun, Christine mampu bangkit dan terus merebut kemenangan atau memaksakan hasil remis terhadap lawannya.
Pada laga lainnya, Dita justru memulai pertandingan dengan kemenangan demi kemenangan. Namun, Dita lengah pada pertengahan jalan sehingga mengalami tiga kekalahan.
“Saya sempat mengalami masalah dengan waktu. Ada beberapa langkah yang dipikir terlalu lama sehingga menghabiskan waktu dan menyebabkan kekalahan. Namun, saya memperbaikinya pada beberapa laga berikutnya,” kata Dita
Samantha Edithso mengumpulkan tujuh poin dari sembilan laga. Juara dunia catur cepat itu kalah justru kalah pada laga pertama. Namun, Samantha bangkit dan terus merebut kemenangan dan hanya kalah satu kali lagi.
Menurut Eka Putra Wirya, Dewan Pembina Percasi, Indonesia memiliki banyak pecatur muda yang potensial sehingga Percasi ingin terus membina mereka agar dapat menjadi grand master di masa depan. Apalagi, jumlah pecatur yang menjadi grand master di Indonesia hanya tersisa tiga orang, yaitu Cerdas Barus, Utut Adianto, dan Susanto Megaranto.
"Percasi gembira dengan prestasi para pecatur muda Indonesia. Kami mengirim para pecatur muda ke berbagai turnamen internasional agar kemampuan mereka terus meningkat dan dapat menjadi grand master di masa depan," kata Eka. (ECA)