JAKARTA, KOMPAS - Kento Momota membuat sejarah dengan menjadi tunggal putra pertama Jepang yang menjadi juara dunia bulu tangkis. Gelar ini menjadi pembuktian Momota terhadap orang-orang yang berbicara buruk tentang dirinya saat dia menjalani skors karena berjudi.
Momota membuat sejarah setelah dalam final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Nanjing, China, Minggu (5/8/2018), mengalahkan Shi Yuqi (China), 21-11, 21-13. Atlet berusia 23 tahun itu pun menjadi tunggal putra pertama Jepang yang menjadi juara dalam 24 kali penyelenggaraan kejuaraan dunia bulu tangkis sejak 1977. Selama ini, China mendominasi nomor tunggal putra dengan 14 kali menjadi juara dunia.
Gelar tersebut menjadi pengukuhan pembuktian Momota, bahwa dia bisa bangkit setelah menjalani skors. Dia mendapat skors, sejak April 2016 hingga Juni 2017, dari Asosiasi Bulu Tangkis Jepang karena berjudi di tempat judi ilegal di Jepang.
Akibat skors itu, Momota gagal memperkuat Jepang dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Padahal, pada April 2016, dia berstatus sebagai tunggal putra nomor satu Jepang dengan berada pada peringkat kedua dunia.
Saat menjalani hukuman itu, seperti yang dia ceritakan ketika tampil dalam Indonesia Terbuka di Jakarta, 3-8 Juli, Momota pulang ke kampung halamannya di Mino, Kagawa. Dia pun mendengar cerita buruk orang-orang tentang dirinya. Momota kesal. “Hal itulah yang mendorong saya untuk bangkit, saya ingin memulihkan nama saya,” katanya.
Dalam masa skors itu pula, juara dunia yunior 2012 ini sering mendatangi sekolah dan klub bulu tangkis untuk menjadi narasumber lokakarya. Momota pun sadar bahwa dia sangat mencintai dunia bulu tangkis.
Kecintaan itulah yang membuatnya bangkit meski saat bertanding kembali pada pertengahan Juli 2017 berada pada peringkat ke-282 dunia. Dia pun harus memulai kembali perjalanannya dengan tampil di turnamen-turnamen Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) berlevel rendah dan tampil sejak babak kualifikasi. Momota melewati rintangan itu dengan menjuarai lima dari enam turnamen pada 2017.
Turnamen besar yang pertama dijuarainya adalah Kejuaraan Asia pada April 2018. Setelah itu, pada 22 pertandingan berikutnya, Momota hanya sekali kalah. Statistik tersebut menghasilkan gelar juara Indonesia Terbuka dan juara dunia.
Sebelum kejuaraan dunia berlangsung, Momota bahkan diunggulkan oleh juara bertahan, Viktor Axelsen. Pemain Denmark itu menilai Momota sebagai tunggal putra terbaik saat ini.
Saat melawan Shi di final, Momota selalu unggul dalam perolehan angka sejak awal pertandingan. Tak hanya smes keras, Momota juga bisa meraih poin dalam pengembalian smes, serta melalui dropshot yang mengecoh lawan saat terjadi adu lob. Shi pun hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.
Rekor Marin
Pemain Spanyol, Carolina Marin, juga menciptakan sejarah dengan menjadi tunggal putri pertama yang tiga kali menjadi juara dunia. Marin, yang di final menang atas Pusarla V Sindhu (India), 21-19, 21-10, menambah gelar yang diperolehnya pada 2014 dan 2015.
Sebelumnya, Marin mencatat prestasi yang sama dengan empat tunggal putri China yang telah dua kali menjadi juara dunia, yaitu Li Lingwei (1983, 1989), Han Aiping (1985, 1987), Ye Zhaoying (1995, 1997), dan Xie Xingfang (2005, 2006).
Sementara, China memperoleh gelar dari Zheng Siwei Huang Yaqiong (ganda campuran) dan Li Junhui/Liu Yuchen (ganda putra). Adapun Jepang menambah gelar dari ganda putri, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.