Bersandar Pada Tim Putra
Meski belum pernah mendulang medali dari Asian Games, bola voli adalah salah satu olahraga paling populer di Tanah Air. Penampilan tim nasional akan sangat dinantikan penggemarnya.
Dengan penggemar begitu banyak, faktor tuan rumah seharusnya bisa dimanfaatkan tim bola voli putra untuk memecah kebuntuan dalam mendulang medali.
Ketika peluang perolehan medali ini ditanyakan pada uji coba kejuaraan Asian Games, awal Februari lalu, pelatih timnas putra Samsul Jais tegas mengatakan timnya pasti bisa. Harapan ini muncul setelah dua tim putra yang diterjunkan pada turnamen uji coba itu bertemu di final. Mereka mengalahkan tim kuat Jepang dan Hong Kong.
Penampilan Indonesia pada laga uji coba itu dipuji Pelatih Jepang Gordon Mayforth. Tanpa bantuan teknologi untuk membaca statistik pergerakan lawan, kata Mayforth, Indonesia unggul karena bisa bermain cantik. Taktik dan strategi yang diterapkan nyatanya mampu membuat lawan kerepotan.
”Saya melihat permainan cantik yang tidak kaku. Sangat fleksibel dalam menerapkan taktik karena tidak hanya terpaku pada statistik,” ungkap Mayforth. Ia yakin, dengan pembinaan yang baik, Indonesia bisa menyaingi Jepang, Iran, dan China.
Samsul pantas optimistis. Hasil uji coba itu bukan satu-satunya acuan yang membuatnya yakin anak asuhnya bisa naik podium pada Asian Games nanti. Ia masih ingat bagaimana tim yang diasuhnya menempati peringkat keempat Kejuaraan Bola Voli Asia yang digelar di Gresik, Jawa Timur, pada Juli 2017.
Agung Seganti dan kawan-kawan dianggap pahlawan karena mencetak sejarah baru. Indonesia dianggap sebagai kekuatan baru Asia setelah menumbangkan negara kuat Iran, 3-2. Selama 42 tahun, sejak Kejuaraan Asia pertama kali digelar di Melbourne pada 1975, baru kali ini Indonesia lolos ke semifinal.
Samsul tidak mau mengingat kegagalan di SEA Games 2017, saat ia membawa tim yang sama ke Kuala Lumpur. Tim asuhannya itu gagal mencapai target mendapat emas dan hanya bisa membawa pulang perak.
”Setelah Kejuaraan Asia, kami terlalu lelah. Persiapannya sangat mepet ke SEA Games dan kami belum sepenuhnya pulih,” kata Samsul. Kegagalan itu membuat Samsul mulai menyeleksi pemain yang dianggap kurang berkembang. Hasilnya, Agung, setter Dio Zufikri, dan quick spiker Antho Bertiyawan dicoret dari timnas.
Samsul memasukkan wajah baru. Empat debutan memberi darah segar kepada timnas, yaitu Nizar Julfikar Munawar, Yuda Mardiansyah Putra, Galih Bayu, dan Veleg Dhany Ristan Krisnawan. Bayu (25) diharapkan Samsul bisa menggantikan peran Agung, mantan kapten timnas yang tidak disertakan dalam tim Asian Games 2018. ”Kemampuan Bayu memang perlu diasah sedikit. Namun, dari sisi fisik, dia lebih bagus dari Agung karena lebih muda,” ujar Samsul.
Yuda (21) di posisi quick spiker juga dinilai bisa menyumbang banyak poin karena pemain asal Medan ini cerdas dalam penempatan bola. Yuda menjalani debut di timnas tahun ini setelah terpilih sebagai pemain favorit di Liga Voli Indonesia 2017.
Di posisi libero, Samsul memasang Veleg Dhany (27) yang terbilang senior, tetapi baru pertama kali dipanggil timnas. ”Kami butuh libero yang kuat karena pertahanan kami sering bobol,” ujar Samsul.
Kekuatan bola voli Asia yang harus ditembus tim putra agar bisa meraih medali perunggu adalah Jepang, China, Korea Selatan, dan Iran. ”Mereka masih menjadi momok. Namun, saya yakin bisa mengalahkan mereka karena bermain di rumah sendiri. Dukungan itu bisa memompa semangat kami,” kata Samsul.
Namun, sebelum bertemu tim ”raksasa” voli Asia tersebut, Indonesia harus mengatasi Arab Saudi dan Kirgistan di Grup A. Samsul yakin, anak asuhnya bisa mengatasi Arab Saudi, tetapi harus lebih berhati-hati menghadapi Kirgistan.
Hingga saat ini, tim Indonesia belum punya gambaran tentang Kirgistan. Negara pecahan Rusia itu dikenal memiliki tim voli yang tangguh. Samsul mengakui masih sulit mencari referensi tentang kekuatan lawan karena tidak banyak pertandingan mereka disiarkan di internet.
Kelemahan tim Indonesia adalah kurangnya pengalaman bertanding di turnamen internasional. Hal itu membuat teknik dan kemampuan individu dan tim labil. Kematangan mental juga perlu diasah melalui pertarungan di tingkat internasional.
Sebelum Asian Games, Indonesia terakhir beruji coba pada turnamen Piala Lien Viet Post Bank di Han Nam, Vietnam, Mei, yang berhasil dimenangi oleh Aji Maulana dan kawan-kawan.
Aji mengakui, mereka butuh sering berkompetisi di turnamen internasional. ”Di lapangan, pada pertandingan pertama kami masih sering demam panggung. Biasanya baru bisa menyesuaikan diri dan agak tenang di set kedua. Kondisi itu tentu sangat merugikan,” tutur Aji.
Tak berharap
Di bagian putri, Indonesia tidak terlalu banyak berharap. Meski begitu, tim putri berharap bisa lolos ke babak perempat final. Seperti tim putra, tim putri Indonesia juga jarang mengikuti pertandingan internasional. Menurut Mohammad Ansori, tim putri Indonesia terakhir kali mengikuti kejuaraan Asia pada 2013. Saat itu, Indonesia hanya bisa duduk di peringkat ke-10.
Turnamen lain di level Asia juga tidak pernah diikuti tim putri. Hal ini tentu sangat berpengaruh bagi pemain dari sisi teknik, kematangan strategi, dan juga mental. Untuk menguji para pemainnya, Ansori membawa timnya mengikuti kejuaraan voli antarklub Asia di Kazakhstan, 11-18 Juli. Pada turnamen itu, Indonesia turun dengan nama Garuda Volley Club dengan hasil akhir duduk di peringkat kelima.
Dari turnamen itu, Ansori mengakui, kualitas permainan Aprilia Manganang, Wilda Sugandi, dan lain-lain masih jauh di bawah tim Thailand, Jepang, dan China. Dari sisi postur, Indonesia kalah tinggi sehingga akan kesulitan mengeblok lawan.
Pada Asian Games, putri Indonesia akan langsung menjajal kekuatan Jepang dan Thailand selain Hong Kong dan Filipina di Grup A.
Jalan masih panjang bagi tim putri untuk bersaing di tingkat Asia. Apalagi, sebelum Asian Games nanti, beberapa pemain putri mengalami cedera.