Manchester City mengemban misi sulit dalam Liga Inggris musim baru yang dimulai Sabtu (11/8/2018) dini hari WIB. Mereka ingin mematahkan ”kutukan” juara bertahan Liga Primer Inggris yang berlaku nyaris satu dekade terakhir.
LONDON, KAMIS - Liga Primer Inggris adalah anomali. Di saat tim-tim liga lain, seperti Bayern Muenchen dan Juventus, membentuk hegemoni di Liga Jerman dan Italia, para juara bertahan Liga Inggris bertumbangan pada musim-musim baru dalam sembilan tahun terakhir.
Pepatah lama, yaitu mempertahankan gelar juara lebih sulit daripada meraihnya nyata terjadi di Liga Inggris pada era modern ini. Sejak Manchester United masih diperkuat Cristiano Ronaldo pada musim 2008-2009, tidak lagi ada tim yang mampu mempertahankan gelar juara Liga Inggris.
”Sangat sulit meraih gelar juara di liga ini untuk dua kali beruntun. Tim-tim lawan selalu bertambah kuat setiap kali jendela transfer musim panas tiba,” ujar Antonio Conte, mantan Manajer Chelsea, awal musim panas tahun lalu.
Kekhawatiran Conte terbukti. Chelsea, juara bertahan saat itu, bukan sekadar gagal mempertahankan trofi, mereka bahkan terlempar dari persaingan dengan finis kelima di musim 2017-2018. Conte pun kehilangan jabatannya saat ini.
Hal serupa dialami Leicester City yang tampil fenomenal dengan menjuarai Liga Inggris di musim 2015-2016. Pada musim berikutnya, ketika Chelsea ganti berjaya, ”The Foxes” nyaris saja terdegradasi.
Melempemnya juara bertahan di Inggris, meskipun dengan intensitas berbeda, terus terjadi hampir satu dekade terakhir ini. Itu menjadikan Inggris liga paling menakutkan di Eropa. Dari 55 liga di wilayah Eropa alias zona UEFA, hanya Liga Inggris yang tidak pernah menghasilkan tim juara dua musim beruntun sejak 2009.
Juara musim lalu, Manchester City, paham akan beratnya tantangan juara bertahan di Liga Inggris. Di sisi lain, berbeda dengan MU, Liverpool, atau Arsenal, mereka juga tidak punya tradisi mempertahankan gelar.
Tidak sekali pun City pernah berjaya sebagai juara bertahan. Mereka justru mengalami hal buruk, yaitu pernah terdegradasi pada musim 1937-1938, dengan status juara bertahan.
Beruntung, City kini memiliki Pep Guardiola. Dia bukanlah Wilfred Wild, Roberto Mancini, ataupun Manuel Pellegrini, yang gagal menjadikan City tim dominan di Liga Inggris.
Sebaliknya, Guardiola adalah juara berseri yang ambisius. Ia tidak pernah merasa puas akan trofi seperti ditunjukkannya saat meraih trofi Community Shield, akhir pekan lalu. Ia berjanji membuat City tetap lapar gelar, seperti diperlihatkannya di dua bekas klubnya, yaitu Barcelona dan Bayern Muenchen.
Di kedua klub itu, Guardiola selalu menyabet trofi liga untuk tiga musim beruntun. ”Saya tahu betul bagaimana memotivasi pemain. Ini bukan lagi hal baru bagi saya. Anda tidak perlu tahu caranya,” ujarnya seperti dikutip dari Daily Mirror.
City pun masih difavoritkan untuk menjuarai Liga Inggris. Mereka tetap solid, tidak kehilangan satu pun pemain pilar. Meskipun aktivitas transfer mereka tidak segencar musim lalu, City tetap memperkuat diri dengan merekrut Riyad Mahrez dari Leicester. Mahrez mewakili ambisi Guardiola meraih treble alias tiga gelar semusim.
Ambisi tinggi Guardiola itu bakal dihadang Liverpool, rival terkuat City saat ini yang telah berinvestasi masif pada transfer musim panas ini. Setelah nyaris tiga musim menunggu, Manajer Juergen Klopp akhirnya punya amunisi komplet untuk mengejar trofi Liga Inggris menyusul hadirnya kiper Alisson Becker serta duo gelandang Fabinho dan Naby Keita.
Adapun Chelsea dalam masa transisi menyusul hadirnya manajer baru, Maurizio Sarri, dan hengkangnya kiper terbaiknya, Thibaut Courtois, ke Real Madrid. Tim lainnya, MU, terancam menjalani musim buruk akibat ketegangan hubungan Manajer Jose Mourinho dengan Paul Pogba plus minimnya bintang baru yang hadir di Old Trafford.
Dipaksa menunggu
Di Italia, klub-klub Serie A berusaha memperkuat diri untuk mengimbangi dominasi Juventus. Salah satunya Inter Milan yang terus mencoba mendapatkan gelandang Real Madrid, Luka Modric.
Namun, hingga Kamis, seperti dilansir laman Marca, Real memaksa Inter menunggu karena Presiden Real Madrid Florentino Perez menunda pembicaraan dengan Modric. Pihak Real masih terkesan menahan Modric agar tidak pergi karena mereka tidak mau kehilangan banyak pemain pilarnya. (REUTERS/JON/DEN)