SHANGHAI, KAMIS - Para pecatur Indonesia kembali menambah tiga medali emas dan satu perak pada kategori catur klasik di kejuaraan Eastern Asian Youth Chess, Kamis (9/8/2018), di Shanghai, China. Tambahan medali itu membuat tim Indonesia mengumpulkan total tujuh medali emas, lima perak, dan dua perunggu pada ajang tersebut.
”Kami tidak mengira para pecatur remaja Indonesia dapat meraih banyak medali emas di ajang ini. Mereka tampil luar biasa dan menunjukkan kemampuan terbaik pada kategori catur kilat, catur cepat, dan catur klasik,” tutur Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Peraih medali emas bagi Indonesia adalah Daniel Hermawan Lumban Tobing pada kelas terbuka 16 tahun, Dita Karenza pada kelas perempuan U-18, dan Christine Elisabeth kelas perempuan U-16. Satu medali perak direbut Daru Okta Buana pada kelas terbuka U-16.
Daniel yang sebelumnya merebut medali emas pada kategori catur kilat tampil sangat prima sejak babak pertama. Pecatur asal Sumatera Utara itu selalu menang sejak laga awal dan hanya sekali ditahan remis oleh Gansukh Bat-Erdene dari Mongolia sehingga Daniel mengumpulkan nilai tertinggi, 8,5 poin.
”Saya bersyukur dapat kembali mempersembahkan emas bagi Indonesia,” kata Daniel.
Selama ini, potensi Daniel kurang terpantau Pengurus Besar Percasi. Namun, dengan prestasi yang luar biasa itu, Daniel bakal mendapat prioritas untuk pelatihan dan pengiriman ke pertandingan internasional.
Dominasi Indonesia pada kelas terbuka U-16 diperkuat oleh Daru Okta Buana yang merebut medali perak. Daru mengumpulkan 6,5 poin dan hanya kalah dari Daniel, serta tiga kali remis.
Sementara Dita Karenza harus berjuang keras memastikan keunggulan sampai babak terakhir. Sampai babak kedelapan, Dita dan Zhao Shengxin dari China sama-sama memiliki 7 poin.
Pada laga terakhir, Dita bertarung habis-habisan untuk mengalahkan Peng Wei dari China. Pada saat bersamaan, Zhao justru kalah dari Erdenebayar Margadgua dari Mongolia.
Hal itu membuat Dita menjadi juara dengan 8 poin dan Zhao berada di posisi kedua dengan 7 poin. Dita juga meraih norma Woman International Master (WIM) ketiga. Gelar WIM akan segera disandangnya karena Dita sudah memenuhi syarat, yaitu tiga norma WIM dan rating di atas 2000.
Adapun Christine Elisabeth lima kali menolak tawaran remis dari lawannya pada babak kesembilan karena hanya unggul 0,5 poin dari Lu Miaoyi dari China di posisi kedua. Christine akhirnya menerima tawaran remis keenam setelah Lu sudah mengakhiri laga dengan remis. Christine menjadi juara dengan mengumpulkan lima poin.
”Prestasi ini sangat bagus dan Percasi akan membantu mereka meraih gelar Grand Master di masa depan,” kata Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina PB Percasi. (ECA)