Berharap Medali Dari Cabang Olimpiade
Balap sepeda dilombakan di Olimpiade sejak 122 tahun silam di Athena, serta sejak 67 tahun lalu di Asian Games, di New Delhi. Indonesia memang belum meraih medali Olimpiade dari balap sepeda. Namun, sepanjang Asian Games, 3 emas, 4 perak, dan 4 perunggu bisa diraih.
Berkaca dari capaian balap sepeda nasional di Olimpiade dan Asian Games, tidak mengherankan jika Indonesia menargetkan meraih minimal satu medali emas dari cabang ini di Asian Games 2018.
”Target kami memang hanya satu medali emas dan yang paling berpotensi dari downhill (pada balap sepeda gunung/MTB),” kata Manajer Timnas Balap Sepeda Indonesia Budi Saputra, belum lama ini.
Pada Asian Games 2018, empat disiplin balap sepeda dipertandingkan semua, bertempat di Jakarta dan Subang, 20 Agustus-31 Agustus. Disiplin MTB dan balap sepeda jalan raya (road race) digelar di Subang, Jawa Barat, 20-24 Agustus. Disiplin balap sepeda BMX digelar 25 Agustus dan balap sepeda trek digelar 27-31 Agustus, keduanya di Rawamangun, Jakarta.
Dari empat disiplin balap sepeda itu, peluang lebih besar untuk meraih medali memang ada pada nomor downhill di disiplin MTB. Sayangnya, nomor itu hanya memperebutkan dua medali emas, sama dengan jumlah medali nomor balap BMX.
Pada disiplin trek yang memperebutkan 14 medali emas, Indonesia masih cukup jauh ketinggalan. Dari sisi infrastruktur arena, baru menjelang Asian Games 2018 Indonesia memiliki velodrom berstandar internasional. Di sisi atlet, harus diakui, jam berlatih dan jam terbang para pebalap sepeda trek Indonesia di berbagai kompetisi internasional masih kurang.
Pada disiplin balap sepeda jalan raya, para pebalap nasional juga kurang jam terbang di berbagai kompetisi internasional. Meski beberapa pebalap itu pernah atau masih tergabung di tim balap sepeda kontinental, khususnya tim dari Malaysia, jam terbang mereka masih kalah dari pesaing asal Iran, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia.
Peluang BMX
Pada nomor BMX, pebalap sepeda putra Indonesia berpeluang meraih medali. Dua atlet Indonesia, I Gusti Bagus Saputra dan Toni Syarifudin, merupakan pebalap yang sudah sering berlaga di berbagai kejuaraan internasional. Bahkan, tim BMX untuk Asian Games 2018 pun sempat menjalani pemusatan latihan di Belanda. Akan tetapi, di nomor ini terdapat beberapa pebalap Jepang dan juga Thailand yang patut diperhitungkan.
Dua atlet putra Jepang, Tatsumi Matsushita dan Jukia Yoshimura, menjadi pebalap berperingkat dunia tertinggi di Asia, yaitu peringkat ke-34 dan ke-35. Sementara pebalap nasional Rio Akbar di peringkat ke-43 dunia atau tertinggi ketiga di Asia.
Pebalap putra Indonesia lainnya, I Gusti Bagus Saputra, saat ini menempati peringkat ke-55 dunia, di bawah Yoshitaku Nagasako (Jepang) yang merupakan pebalap peringkat keempat Asia, dengan peringkat ke-46 dunia. Toni Syarifudin yang telah sembuh dari cedera saat ini menempati peringkat ke-76 dunia.
”Peluang di nomor BMX jelas ada. Kekuatan dan skill para pebalap kita sama dengan lawan-lawannya. Tinggal bagaimana kesiapan mental saat bertanding nanti. Kalau soal penguasaan trek, pebalap kita harusnya sudah lebih menguasai sehingga dari situ kita berharap pebalap kita bisa lebih unggul,” papar Pelatih Kepala Tim Balap Sepeda Indonesia Dadang Haries Purnomo, beberapa waktu lalu.
Dadang menambahkan, di nomor BMX, penguasaan trek menjadi faktor yang cukup menentukan. Oleh karena itu, Indonesia menyiapkan trek BMX yang sepenuhnya baru untuk Asian Games 2018. Trek yang berlokasi di Rawamangun itu memiliki tingkat kesulitan teknis yang tinggi, khususnya di lintasan ketiga yang memiliki beberapa ”jebakan”.
Peringkat tertinggi Asia
Di nomor downhill, pebalap Indonesia memang sudah membuktikan prestasinya di berbagai kompetisi internasional. Khoiful Mukhib saat ini menjadi pebalap dengan peringkat dunia tertinggi di Asia, yaitu peringkat ke-40 dunia, diikuti pebalap Jepang Hajime Imoto di peringkat ke-49 dan Sheng Shan Chiang dari Taiwan di peringkat ke-67. Pebalap Indonesia Katana Hildan Afosma berada di posisi keempat Asia dengan peringkat ke-88 dunia, diikuti Yuki Kushima dari Jepang di peringkat ke-111.
Sementara di kelompok putri, Tiara Andini Prastika juga menjadi pebalap dengan peringkat dunia tertinggi di Asia, yaitu peringkat ke-16 dunia. Peringkat kedua Asia ditempati pebalap Thailand Vipavee Deekaballes, yaitu di peringkat ke-21 dunia, diikuti pebalap Jepang Chikako Yoshikawa di peringkat ke-32 dunia.
Wajarlah jika pelatih balap sepeda downhill Indonesia, Zainul Siswanto, menyampaikan, baik di nomor putra maupun putri, peluang Indonesia untuk meraih medali emas cukup besar.
”Apalagi ini, kan, di tempat kita, yang orang lain belum mengenal seluk-beluk medannya. Peluang kita untuk dapat emas di downhill sangat besar, syukur kalau bisa dua,” tuturnya saat ditemui di tempat pelatihan tim nasional balap sepeda MTB di Subang, Jawa Barat.
Di nomor downhill, penguasaan teknik pebalap berkontribusi 50 persen terhadap hasil dan 50 persen sisanya adalah pengenalan medan atau lintasan balapan. Sebagai tuan rumah, para pebalap Indonesia memiliki keunggulan dalam penguasaan lintasan balapan itu karena lintasan downhill yang akan digunakan untuk Asian Games 2018 bukanlah lintasan yang pernah digunakan sebelumnya untuk suatu kejuaraan. Lintasan downhill di areal perkebunan Bukit Khe Bun, Subang, itu merupakan lintasan baru sehingga pada awalnya sangat asing untuk pebalap Indonesia sendiri. Di lintasan itu pun terdapat sejumlah ”jebakan” yang akan menyulitkan pebalap yang belum terbiasa dengan lintasan downhill itu.
Dari gambaran di atas, harapan pemerintah agar cabang balap sepeda bisa menyumbangkan minimal satu medali emas berpeluang besar tercapai. Sekarang tinggal bagaimana para pebalap Indonesia menyiapkan mental untuk menghadapi lawan-lawan mereka di Asian Games 2018 nanti.