Olahraga bela diri jujitsu akan menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan di Asian Games untuk pertama kali. Sebelumnya olahraga yang berakar dari Jepang dan berkembang di Brasil itu belum pernah dipertandingkan pada pesta olahraga multiajang di mana pun.
Jujitsu—atau secara internasional dikenal sebagai Brazilian jiu jitsu—memiliki tiga disiplin pertandingan, yaitu newaza, show system, dan fighting system. Newaza adalah pertarungan di lantai, semacam gulat dengan berbagai teknik kuncian menggunakan tangan, kaki, dan badan.
Show system adalah pertandingan simulasi pertarungan dengan jurus-jurus jujitsu. Sementara fighting system adalah pertarungan dengan tendangan dan pukulan.
Pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018, hanya disiplin newaza yang akan dipertandingkan. Terdapat delapan nomor yang dipertandingkan, enam nomor untuk putra dan dua nomor untuk putri. Enam nomor putra yang akan dipertandingkan adalah kelas -56 kilogram, -62 kg, -69 kg, -77 kg, -85 kg, dan -94 kg. Sementara itu, dua nomor putri yang dimainkan adalah kelas -49 kg dan -62 kg.
Untuk menghadapi Asian Games 2018, Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) menyiapkan 16 atlet untuk berlaga. Dua atlet akan berlaga di setiap nomor.
Manajer tim jujitsu Indonesia Mahesa Arba mengatakan, sistem penilaian pada jujitsu disiplin newaza berbeda dengan cabang olahraga lain. Dua poin diberikan kepada atlet yang dapat melakukan take down atau menjatuhkan dan mengunci lawan. Tiga poin diberikan kepada atlet yang sudah dijatuhkan, tetapi dapat membalik posisi dan mengunci lawan.
Setelah menjatuhkan lawan, seorang atlet harus terus berusaha untuk mengunci dan membuat lawan di posisi bawah. Ada beberapa teknik yang dapat diterapkan, seperti north south atau mengunci lawan dengan berpindah dari posisi samping ke posisi di atas kepala.
Ada juga teknik mount back drill atau melepaskan kuncian lawan dari belakang dan balik menekan. Banyak teknik kuncian yang dapat dimainkan untuk memperoleh banyak poin atau untuk membuat lawan menyerah.
Atlet yang lebih aktif bergerak untuk mengalahkan lawan akan mendapatkan poin advantage, yang kadang-kadang diperlukan untuk menentukan pemenang jika nilai kedua atlet imbang. Adapun atlet yang membuang-buang waktu tanpa banyak bergerak akan mendapatkan poin penalti. Semakin banyak poin penalti, atlet itu akan lebih mudah dinyatakan kalah.
Penentuan nilai yang diperoleh atlet ditentukan oleh wasit yang memimpin pertandingan. Wasit juga berkuasa untuk memberi nilai advantage atau nilai penalti.
”Seorang atlet harus berusaha untuk tidak menyerah atau submission, atau kalah KO. Jika sampai menyerah, keunggulan poin berapa pun menjadi tidak ada gunanya,” kata Mahesa.
Menurut Mahesa, setiap atlet harus memiliki rencana atau strategi pertarungan untuk menghadapi setiap lawan. Atlet tidak harus selalu menyerang karena dia dapat memainkan strategi bertahan dan melakukan serangan balik.
Oleh karena itu, PBJI menyiapkan rekaman pertandingan dari setiap lawan yang akan dihadapi oleh atlet Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat memetakan kelebihan dan kelemahan lawan, lalu menentukan strategi pertandingan yang tepat.
”Karena jujitsu merupakan cabang yang baru dan melihat peta persaingan yang ada, PBJI hanya menargetkan dapat meraih dua medali perunggu pada Asian Games 2018. Semoga kami dapat melampauinya,” kata Mahesa.
(Emilius Caesar Alexey)