Pengaturan Hunian Di Wisma Atlet Sangat Krusial
Atlet dan ofisial dari sejumlah negara yang mendaftar untuk menginap di Wisma Atlet Kemayoran mencapai sekitar 17.000 orang. Pengaturan hunian menjadi krusial mengingat kapasitas wisma atlet hanya sekitar 11.000 orang.
JAKARTA, KOMPAS Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia, Inasgoc, perlu mengantisipasi kelebihan jumlah atlet dan ofisial yang akan menempati Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Diperlukan strategi pengaturan hunian agar atlet dan ofisial dapat tertampung seluruhnya dan tetap nyaman.
Jumlah atlet dan ofisial yang mendaftar untuk tinggal di wisma atlet mencapai sekitar 17.000 orang. Jumlah itu jauh melebihi perkiraan awal Inasgoc, sekitar 15.000 orang, ataupun kapasitas wisma yang hanya dapat menampung 11.000 penghuni.
Tingkat hunian di wisma atlet diperkirakan naik setelah pesta pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8/2018). Kenaikan itu seiring dengan sejumlah cabang yang mulai bertanding.
Wali Kota Wisma Atlet Yuni Kartika mengatakan memiliki formula untuk mengatur keluar-masuk atlet dan ofisial yang akan menginap. Pembatasan waktu menginap menjadi kunci agar ada sirkulasi yang baik bagi atlet dan ofisial yang masuk ataupun yang keluar.
Atlet dan ofisial dapat menempati wisma atlet pada dua hari jelang pertandingan pertama di cabangnya. Mereka wajib keluar dari wisma sehari setelah laga terakhir cabang itu.
”Tidak boleh ada yang long stay. Harus sesuai peraturan agar cukup kapasitasnya. Untuk jadwal, kami sudah siapkan traffic masuk-keluar setiap kontingen. Tinggal dijalankan saja,” kata Yuni pada upacara penyambutan kontingen negara peserta di wisma atlet, Rabu (15/8).
Di sisi lain, Inasgoc saat ini juga membatasi permintaan penambahan kuota ofisial yang menginap di wisma. Sebelumnya, kontingen boleh menambahkan ofisial yang menginap di wisma atlet dengan biaya ekstra.
Selain kapasitas hunian, penyediaan transportasi juga menjadi tantangan bagi Inasgoc. Dengan jumlah atlet dan ofisial yang mencapai belasan ribu, mereka harus memastikan jadwal untuk antar-jemput dari wisma atlet menuju arena pertandingan atau ke bandara. Pada saat yang sama, jadwal antar-jemput kontingen juga harus bisa fleksibel, harus bisa berubah kapan saja.
”Seperti saat pesawat delay atau jadwal pertandingan berubah, tentu akan mengubah jadwal transportasi yang disediakan. Ini sangat penting karena kita harus memastikan antar-jemput lancar dan tepat waktu,” tutur mantan pebulu tangkis itu.
Hingga kemarin, baru 1.483 atlet dan ofisial dari 37 negara sudah menempati Wisma Atlet Kemayoran. Untuk kontingen Indonesia, baru 178 atlet yang tinggal di wisma atlet.
Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hellen Sarita Delima menyatakan, atlet dan ofisial yang sudah menginap berasal dari cabang bola tangan dan bola basket. Kedua cabang tersebut sudah mulai bertanding sejak Senin.
Sejauh ini, atlet dan ofisial sangat puas dengan kondisi dan fasilitas di Wisma Atlet Kemayoran. Salah seorang ofisial Suriah, Bachayani Jacques, menilai wisma itu sudah memenuhi seluruh kebutuhan atlet, mulai dari makanan, kamar yang nyaman, hingga keramahan relawan.
”Hanya ada masalah sedikit dengan ranjangnya karena pemain basket kami ada yang tingginya 2 meter lebih, tetapi itu sudah bisa diakali. Selebihnya sangat baik. Kalian semua ramah dan murah senyum,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan atlet bola tangan asal Malaysia, Dzulfikar Ismail. Menurut dia, fasilitas di wisma atlet sangat lengkap dan masih serba baru. ”Saya dan rekan-rekan nyaman tinggal di sana,” katanya.
Penyambutan
Upacara perdana penyambutan atlet, kemarin, dimulai pukul 11.00. Dua tim pertama, tuan rumah Indonesia dan Suriah, menjalani upacara penyambutan bersama-sama. Kontingen Indonesia diwakili sekitar 10 atlet dan ofisial dari cabang pencak silat serta jetski. Adapun Suriah diwakili sekitar 15 atlet dan ofisial.
Dalam sambutannya, Yuni berharap seluruh kontingen merasa nyaman dengan fasilitas dan pelayanan yang disediakan.
Setelah sambutan, pasukan pengibar bendera secara bergantian mengerek bendera Suriah dan Indonesia. Meski hanya dihadiri beberapa perwakilan kontingen, atlet dan ofisial bersemangat saat menyanyikan lagu kebangsaannya.
Upacara penyambutan pun berjalan dengan nuansa persahabatan. Setiap selesai pengibaran bendera, baik Suriah maupun Indonesia, kedua kontingen bertepuk tangan dan bersorak. Mereka bersalaman dan berfoto bersama di akhir sesi.
Selama acara, ada beberapa elemen budaya Indonesia yang disiapkan panitia. Pakaian tradisional daerah digunakan sekitar 10 orang penyambut kontingen. Salah satu yang ditampilkan adalah pakaian khas none Betawi.
Upacara penyambutan kontingen akan berlangsung selama dua hari. Nantinya kontingen negara peserta Asian Games lainnya juga akan berpasangan melaksanakan upacara penyambutan secara bergantian. (KEL)