Derbi London di Liga Inggris, Sabtu (18/8/2018), sangat berbeda dibandingkan dengan musim-musim lalu. Chelsea dan Arsenal kini sama-sama tengah mencari identitas baru.
LONDON, JUMAT Untuk pertama kalinya dalam dua dekade, baik Chelsea maupun Arsenal menghadapi derbi London dalam situasi identik, yaitu menyambut masa baru. Pada Sabtu malam ini, derbi London akan menjadi batu loncatan kedua tim menajamkan karakter dan identitas barunya.
”The Blues”, tim tuan rumah, punya modal bagus menatap laga ini. Mereka menggilas Huddersfield Town FC, 3-0, saat membuka musim baru, pekan lalu.
Sebaliknya, ”The Gunners” dibekap juara bertahan, Manchester City, 0-2, di kandang sendiri. Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan performa kedua tim itu hanya dari satu laga yang telah dijalani.
Maurizio Sarri, Manajer Chelsea yang menggantikan Antonio Conte, mewanti-wanti, paling tidak butuh waktu dua bulan bagi Chelsea untuk mengadopsi gaya bermain yang diinginkannya. Sarri nyaris harus mengubah total gaya bermain Chelsea.
Meskipun sama-sama berasal dari Italia, Sarri dan Conte menganut filosofi sepak bola dan taktik yang sangat berbeda. Sarri suka pemainan ofensif dan menekan lewat operan-operan pendek cepat, sedangkan Conte lebih lugas dan pragmatis saat menyerang.
Duel kontra Arsenal menjadi kesempatan emas bagi pendukungnya memenuhi rasa penasaran pada transformasi Chelsea di bawah asuhan Sarri. Pada laga di Stamford Bridge ini, Chelsea kemungkinan turun dengan wajah serangan ”aneh” yang belum pernah terlihat sebelumnya, menyusul bugarnya Eden Hazard.
Pada laga sebelumnya, Hazard tampil dari bangku cadangan menggantikan Willian di sektor kiri serangan. Pada laga kontra Arsenal, ada peluang bagi Hazard memulai aksinya sejak awal laga meski tidak di posisi sayap.
Ia dijagokan menempati ujung tombak serangan, posisi yang kini dimonopoli penyerang Alvaro Morata. Namun, dipicu penampilan melempem Morata di laga sebelumnya, ada potensi perubahan drastis di lini depan.
Sarri memang dikenal menggemari barisan trisula penyerang yang cepat, berteknik tinggi, dan tanpa striker murni. Di Napoli, ia menyulap Dries Mertens jadi striker palsu alias false nine. Padahal, posisi alami Mertens adalah winger kiri.
Hazard sendiri tak asing menjadi ujung tombak. Musim lalu, ia beberapa kali bermain di posisi itu, terutama saat striker alternatif, Olivier Giroud, belum hadir di Stamford Bridge.
Trisula serangan Hazard, Willian, dan Pedro dapat membingungkan Arsenal. Baik Hazard, Willian, maupun Pedro punya kualitas teknik setara serta dapat saling bertukar posisi. Itu membuat permainan mereka bakal sulit ditebak Arsenal yang masih beradaptasi dengan manajer barunya, Unai Emery.
Dari belakang
Setelah berada di era Arsene Wenger selama 22 tahun, Arsenal kini tengah berbenah. Manajer asal Perancis itu telah meninggalkan warisan buruk bagi Arsenal. The Gunners menyandang status sebagai tim langganan enam besar (big six) dengan pertahanan terburuk dalam dua musim terakhir.
Arsenal kini, menurut Emery, adalah tim yang menyerang dari belakang. Itu mereka perlihatkan saat melawan City. Kiper veteran, Petr Cech, dipaksa lebih sering menyentuh bola.
Akan tetapi, taktik itu tidak efektif saat menghadapi City yang menekan hebat dari mulai lini depan. ”Ini hal bodoh. Anda tidak bisa bermain seperti itu melawan City yang terus menekan sepanjang laga,” ungkap Sam Allardyce, mantan pelatih timnas Inggris.
Namun, Emery bergeming. Ia tidak akan mengganti gaya bermainnya. ”Saya ingin mempertahankan ide itu. Kami harus tampil lebih baik secara kolektif ataupun individual,” tutur Emery.
Serupa Arsenal, Chelsea juga dihajar City, 0-2, di Community Shield. Kedua tim yang dipecundangi City itu kini berduel mencari identitas anyarnya.