JAKARTA, KOMPAS - Mundurnya sejumlah lifter negara lain karena cedera atau tersangkut doping membuka peluang Indonesia untuk meraih medali emas perdana cabang angkat besi pada Asian Games. Namun, tim ”Merah Putih” tidak mau terlalu percaya diri. Berbagai hal nonteknis diperhatikan agar para lifter dapat tampil maksimal.
Cabang angkat besi dipertandingkan di JIExpo Kemayoran selama sepekan mulai Senin (20/8/2018). Tim Indonesia menurunkan 13 lifter, terdiri atas tujuh lifter putra dan enam putri. Pada hari ini, dua lifter putri, Sri Wahyuni dan Yolanda Putri, akan tampil di kategori 48 kilogram. Sementara lifter putra diwakili Surahmat di kelas 56 kg.
Peluang Indonesia meraih medali emas terbuka setelah, pekan lalu, juara dunia 2017 asal India, Mirabai Chanu (48 kg), mundur karena mengalami cedera punggung bawah. Pada kategori ini, juara bertahan Asian Games 2014, Margarita Yelisseyeva, juga absen karena lifter Kazakhstan mendapat larangan berlomba terkait kasus doping.
Pelatih angkat besi putri, Supeni, mengatakan, peluang Indonesia meraih medali emas memang terbuka dengan mundurnya lifter India dan Kazakhstan. Namun, tim Merah Putih tetap mewaspadai pesaing lain.
”Kita tetap harus mengantisipasi kemungkinan negara lain siap di Asian Games ini. Apalagi, mereka rajin mengikuti kejuaraan, sementara lifter kita tahun ini tidak uji coba ke luar negeri,” tutur Supeni, Minggu.
Menurut dia, lifter putri Thailand, Vietnam, dan Uzbekistan harus diwaspadai. Vietnam, misalnya, mengirimkan juara Asia 2015, Thi Huyen, serta peraih medali perak Kejuaraan Asia 2017, Thi Thuy Nguen.
Meski harapan meraih medali emas ada di kelas 48 kg, Supeni tidak mau memberi tekanan mental kepada lifter yang tampil. ”Seharian ini, saya makan dan bernyanyi dengan mereka. Saya tidak mau atlet merasa tertekan. Mereka harus tampil relaks, nyaman, dan percaya diri,” ujarnya.
Kemarin, tim Indonesia menjalani latihan di JIExpo. Lifter yang berlatih antara lain Eko Yuli Irawan dan Muhammad Purkon (kelas 62 kg), serta sejumlah atlet putri. Setelah berlatih, beberapa atlet menjalani sauna, sebagian lagi beradaptasi dengan arena.
Pelatih kepala sekaligus manajer tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, menuturkan, atlet tidak menjalani latihan pada satu hari menjelang lomba. ”Atlet memang diminta untuk jaga kondisi sehingga keesokan harinya bisa tampil maksimal,” katanya.
Selain program utama, tim pelatih juga memperhatikan hal-hal non-teknis, seperti waktu istirahat atlet, pemulihan tubuh, serta kenyamanan ketika berlatih dan beristirahat. ”Saya tidak mau atlet terganggu hal-hal nonteknis. Untuk sauna, misalnya, diperhatikan agar tidak rusak saat akan digunakan,” katanya.
Menurut Dirdja, persiapan tim angkat besi telah maksimal, mulai dari program latihan utama, strength and conditioning, fisioterapi, dan program diet untuk memastikan berat badan atlet sesuai kategori lomba.
Ia juga mencontohkan lifter Eko Yuli Irawan yang berat badannya hanya lebih 1 kg dari kategori lomba 62 kg. ”Nanti setelah berlatih dan sauna, berat badan dia bisa turun. Ini artinya kami siap,” kata Dirdja. (DNA)