JAKARTA, KOMPAS — Lifter Eko Yuli Irawan akan berduel dengan lawan lamanya, lifter Vietnam, Trinh van Vinh, yang meraih medali emas SEA Games 2017. Kedua lifter akan bersaing pada Grup A kategori 62 kg, cabang angkat besi Asian Games 2018, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018).
Pada kelas yang sama, Muhamad Purkon juga akan tampil di Grup A. Pembagian grup ditentukan dengan mendaftarkan jumlah angkatan total kepada dewan juri ketika rapat teknis berlangsung, Minggu (19/8/2018) sore. Sesuai jumlah total angkatan tertinggi, delapan lifter mengisi Grup A. Adapun di Grup B hanya terdiri atas tujuh lifter.
Di Grup A, Eko dan Van Vinh memasang target total angkatan tertinggi, yaitu 305 kg. Sementara Purkon memasang total angkatan 295 kg.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, persaingan angkat besi mudah terlihat melalui jumlah angkatan total yang didaftarkan ke dewan juri. ”Jumlah angkatan lifter tidak akan terlalu jauh dari angka yang didaftarkan. Jadi bisa kelihatan, siapa saja yang bermain di level atas,” ujarnya, kemarin.
Meski akan bersaing dengan lawan lama, Dirdja menuturkan, Eko siap berlaga. Secara fisik, teknik, dan mental, lifter asuhannya itu sudah siap. Berat badan Eko juga sudah hampir sesuai dengan kategori lomba. ”Tadi pagi dia timbang berat badan 62,2 kg. Istirahat dan sauna sudah cukup untuk mengurangi berat badannya,” kata Dirdja.
Eko termasuk salah satu andalan Indonesia meraih medali emas Asian Games 2018. Lifter senior ini selalu menyumbang medali pada tiga kali perhelatan Olimpiade. Dia merebut medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, London 2012, dan perak Rio de Janeiro 2016. Pada dua perhelatan Asian Games sebelumnya, Eko menempati peringkat ketiga.
Di Asia Tenggara, Eko terbilang yang terkuat di kelas 62 kg. Berdasarkan data Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), belum ada lifter Asia Tenggara yang mampu menyaingi total angkatan Eko. Ia mengemas tiga emas SEA Games pada kelas 62 kg di Vientiane 2009, Palembang 2011, dan Naypyidaw 2013. Di Nakhon Ratchasima 2007, Eko tampil di kelas 56 kg.
Namun, ayah satu anak ini hanya merebut perak pada SEA Games Kuala Lumpur 2017 setelah kalah dari lifter muda, Trinh van Vinh. Saat ini, Eko berusia 29 tahun, sementara Van Vinh 23 tahun. Ketika tampil di SEA Games, Eko kalah satu kg dengan total angkatan 306 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 166 kg). Adapun lifter Vietnam itu menjadi yang terbaik dengan total angkatan 307 kg (snatch 135, clean and jerk 172 kg).
Eko mengatakan, dirinya siap menghadapi siapa pun lawan. ”Saya harus optimistis dan siap menghadapi siapa pun lawan,” katanya, Senin.
Kemarin, tim angkat besi Indonesia meraih satu medali perak melalui lifter putri Sri Wahyuni (48 kg) dan satu perunggu melalui lifter Surahmat (56 kg). Sri Wahyuni mengumpulkan total angkatan 195 kg (snatch 88 kg, clean and jerk 107 kg). Dia kalah dari lifter Korea Utara, Song Gum Ri, yang mampu melakukan angkatan total 199 kg (snatch 87 kg, clean and jerk 112 kg). Lifter Thailand, Tunya Sukcharoen, meraih perunggu dengan total 189 kg (snatch 87 kg, clean and jerk 102 kg).
Sri Wahyuni mengatakan, dirinya akan membalas kekalahan dari Korut dengan tampil lebih baik pada Kejuaraan Dunia 2018 yang akan bergulir di Ashgabat, Turkmenistan, 1-10 November 2018. Kejuaraan Dunia merupakan salah satu ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Adapun Surahmat meraih medali perunggu dengan total angkatan 272 kg (snatch 119 kg, clean and jerk 153 kg). Pada kategori ini, lifter Korut, Om Yun Chol, meraih emas. Sementara peringkat kedua diisi lifter Vietnam, juara dunia 2017, Thach Kim Tuan. "Saya ini lifter kurang diunggulkan. Tampil melawan juara dunia memberi tekanan. Tetapi, saya hanya ingin bermain lepas,” katanya.
Jumlah angkatan Surahmat melebihi pencapaiannya dalam latihan 271 kg (snatch 117 kg, clean and jerk 154 kg). Surahmat mengatakan, kunci keberhasilannya terletak pada latihan kekuatan selama beberapa pekan terakhir.