JAKARTA, KOMPAS — Atlet-atlet taekwondo Indonesia gagal menambah medali pada hari keempat Asian Games 2018. Kurangnya pengalaman membuat Permata Cinta Nadya dan rekan-rekan gagal melaju sampai semifinal.
Permata menjalani laga pada kelas -57 kilogram (kg) putri di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2018). Atlet yang baru satu tahun dipanggil ke pelatnas itu harus menghadapi Norah Saeed Almarri dari Arab Saudi pada perdelapan final.
Permata yang unggul secara jangkauan memperlihatkan kemampuan terbaiknya dengan membuat Almarri tidak dapat menyerang. Serangan yang gencar dari Permata membuatnya unggul 19-0 pada babak pertama.
Laga tidak dilanjutkan pada babak kedua karena Almarri sangat kedodoran dan dinilai tidak dapat melanjutkan pertandingan. Kemenangan telak itu membuat Permata lebih percaya diri untuk menghadapi Luo Zongshi dari China pada perempat final.
Luo adalah atlet peringkat kedua dunia dan memiliki tinggi dan jangkauan kaki yang jauh melebihi Permata. Kelebihan itu dimanfaatkan Luo untuk menyerang dan menekan Permata sejak awal laga.
Permata berusaha mengambil inisiatif serangan merapatkan jarak karena kakinya lebih pendek. Namun, Luo lebih cerdik dengan selalu mengatur jarak dan mendaratkan tendangan dengan akurat ke badan Permata.
Pada akhir babak pertama, Luo unggul 13-1 atas Permata. Serangan Permata tidak ada yang mendapat nilai. Dia hanya mendapat nilai karena Luo dihukum akibat mengulur waktu.
Pertarungan pada babak kedua juga berlangsung keras. Permata selalu ingin memangkas jarak agar dapat menendang atau memukul Luo. Namun, semua serangan Permata dimentahkan dengan tendangan Luo yang lebih cepat dan jarak jangkaunya lebih jauh.
Permata akhirnya harus menyerah dengan skor 2-28. Luo maju ke semifinal dan Permata harus pulang lebih awal.
”Permata adalah atlet yang baru satu tahun dipanggil ke pelatnas. Dia belum memiliki banyak pengalaman internasional. Hal itu membuatnya kesulitan menghadapi atlet juara dunia seperti Luo,” kata Sun Jae Lee, pelatih tim taekwondo Indonesia.
Sebelum Permata tersingkir, dua atlet Indonesia lainnya juga tersingkir. Delva Rizki yang bertarung pada kelas +67 kg putri harus menyerah kepada Thu Ha Thanh Lam (Vietnam).
Delva memberikan perlawanan ketat dan mengimbangi Lam. Namun, ia akhirnya kalah dengan skor 3-5.
”Seperti Permata, Delva juga baru satu tahun dipanggil ke pelatnas. Delva sudah bertarung dengan sangat baik, tetapi dia kalah pengalaman sehingga ada beberapa taktik yang tidak jalan,” ujar Rahmi Kurnia, manajer tim taekwondo Indonesia.
Sementara itu, Rizky Anugrah Prasetyo yang berlaga pada nomor +80 kg putra juga gagal melaju dari babak perdelapan final. Rizky kesulitan menghadapi atlet Taiwan, Yang Tsungyeh, dan menyerah dengan skor 3-23.
Taufik Kurnia, pelatih tim taekwondo Indonesia, menyebutkan, para atlet yang baru dipanggil ke pelatnas masih memerlukan banyak pengalaman laga internasional untuk mematangkan mereka. Para atlet itu baru satu tahun dipanggil ke pelatnas karena nomor mereka tidak dipertandingkan di Asian Games sebelumnya.
”Baru satu tahun terakhir nomor mereka diputuskan untuk digelar sehingga Indonesia memanggil atlet-atlet terbaik pada nomor itu untuk pelatnas,” lanjutnya.