Mimpi Membangun Kota Hijau
Kompleks Olahraga Jakabaring bertekad menjadi kota olahraga hijau. Impian itu tak mudah diwujudkan, tetapi langkah mewujudkan mimpi itu sudah dilakukan.
Mana yang lebih bagus, Gelanggang Olahraga Bung Karno di Jakarta atau Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC) di Palembang?
Untuk menjawabnya, harus disepakati terlebih dahulu ukuran ”bagus” itu. Dari kemegahan stadion utama, GBK belum ada bandingannya di Indonesia. Soal arena pertandingan, GBK dan JSC sama-sama memiliki sejumlah gedung olahraga yang mampu menjadi arena pertandingan olahraga kelas dunia.
Kelebihan Jakabaring adalah lintasan dayung sepanjang 2.200 meter yang tidak ada di GBK. Arena dayung ini disebut-sebut sebagai lintasan terbaik di dunia oleh pengurus teras konfederasi kano dan dayung Asia.
Predikat itu tidak berlebihan. Danau buatan berair jernih hijau kebiruan itu membuat lanskap JSC lebih lengkap, mengubah aura keras arena olahraga menjadi lebih lembut. Selain itu, taman di sekeliling kompleks JSC juga asri. Rimbun pepohonan berpadu dengan rumput hijau membuat suasana lebih sejuk. Jadi, dalam hal itu, JSC bisa disebut lebih unggul dari GBK.
Pada Asian Games 2018, pengelola JSC memiliki impian lebih tinggi untuk menjadi kota olahraga hijau. Selain menonjolkan keasrian lingkungan, JSC ingin memadukan dengan konsep ramah lingkungan.
Sejumlah kebijakan pun dibuat. Misalnya, kendaraan berbahan bakar fosil tidak boleh masuk JSC. Larangan keras merokok diberlakukan bagi pengunjung selama berada di kawasan seluas 400 hektar tersebut.
Penerapan kota olahraga hijau (green sport city) sudah dimulai pada Kamis (16/8/2018). Sejak gerbang utama, petugas sudah membatasi kendaraan. Mobil atau sepeda motor berbahan bakar fosil dilarang masuk. Sebagai solusi, pengelola menyiapkan kendaraan ramah lingkungan sebagai moda transportasi utama.
Direktur Utama JSC Bambang Supriyanto mengatakan, pihaknya menyediakan 20 shuttle bus berkeliling di area JSC. Bus itu dimodifikasi menjadi kendaraan berbahan bakar organik. Mereka juga menyediakan 60 mobil golf bertenaga listrik untuk membawa atlet, ofisial, dan penonton dari satu lokasi ke tempat lain.
Ada pula empat mobil berbahan bakar hidrogen sumbangan Pemerintah Inggris. Namun, kendaraan yang paling banyak adalah sepeda. Setidaknya terdapat 150 sepeda yang dapat dipakai pengunjung di JSC. ”Masyarakat pun boleh membawa sepeda ke JSC,” kata Bambang. Sebagai langkah awal, pengelola dan pihak yang terlibat dalam pembangunan JSC diminta menggunakan sepeda.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumsel Basyarudin Akhmad mengatakan, daya dukung JSC sudah dibangun sejak 2015. Bekerja sama dengan Sharp Corporation Jepang, pembangkit listrik tenaga surya dibangun di lahan seluas 2,5 hektar, dengan 5.248 panel surya yang menghasilkan listrik 2 Megawatt.
Adapun pengolahan air minum memurnikan 300 meter kubik air setiap hari. Air itu dialirkan ke 50 keran di sejumlah arena dan kawasan publik di dalam kompleks dengan kapasitas 5 liter kubik per detik. ”Kami ingin kawasan ini ramah lingkungan,” kata Basyarudin.
Pemerintah juga membangun 30 toilet umum di sejumlah arena dan titik kumpul pengunjung. Pengolahan sampah pun menggunakan tiga mobil compactor.
Dilarang merokok
Pengelola juga bertindak keras kepada perokok. Tidak boleh ada asap rokok di JSC. Sebelum masuk JSC, petugas keamanan memeriksa tas dan kantong pengunjung. Kalaupun rokok lolos, kata Bambang, pihaknya bekerja sama dengan petugas Satpol PP merazia dan menangkap pengunjung yang bandel. Orang yang terkena razia disidang yustisi dengan denda besar, yang selama Asian Games akan digelar empat kali. Aktivitas pengunjung juga dipantau menggunakan CCTV.
Namun, niat menjadikan JSC sebagai kota hijau mengalami kendala serius. Pembatasan kendaraan berbahan bakal fosil ternyata gagal dilaksanakan, bahkan sejak hari pertama diterapkan. Pada Minggu (19/8) ratusan kendaraan milik panitia, petugas keamanan, sukarelawan, dan media, serta akomodasi atlet, diperbolehkan masuk oleh petugas.
Harus diakui, kesiapan kendaraan pengganti yang disediakan panitia belum memadai. Mobil golf, sepeda, dan bus shuttle berbahan bakar organik belum mampu memindahkan ribuan orang di dalam kompleks.
Bambang mengakui, tak mudah membatasi kendaraan. Apalagi, panitia masih mengizinkan penggunaan kendaraan, terutama yang mengantar panitia pelaksana dari luar kompleks.
Bambang mengatakan, kendala lainnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat terkait konsep green sport city. Padahal, JSC adalah kawasan olahraga terintegrasi yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. ”Kondisi ini akan kami evaluasi bersama Inasgoc dan OCA,” ujarnya.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin juga mengakui banyak kendala membatasi kendaraan. Padahal, skema kota hijau sudah digemakan setiap saat.
Konsep kota hijau JSC tidak gagal total. Paling tidak, sebagian impian terlaksana. Berjuanglah sampai seluruh mimpi itu terwujudkan.