Sejumlah Atlet Wushu Berencana Mundur Selepas Asian Games 2018
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah atlet wushu Indonesia berencana mengundurkan diri setelah Asian Games 2018. Pengurus induk cabang memiliki pekerjaan rumah untuk segera membina atlet-atlet muda penerus prestasi Indonesia.
Atlet wushu nomor jurus golok dan toya atau daoshu dan gunshu putra Achmad Hulaefi (28) di Jakarta, Selasa (21/8/2018), mengatakan, Asian Games 2018 kemungkinan besar merupakan laga terakhirnya. Kali ini, ia merebut perunggu dari nomor daoshu dan gunshu dengan total nilai 19,41. Dia kalah dari atlet China Zhaohua Wu yang meraih emas (19,52) dan Seungjae Cho dari Korea yang meraih perak (19,45).
Atlet yang memperkuat Indonesia di nomor yang sama pada Asian Games Incheon 2014, itu mengatakan, penampilannya saat ini meningkat. Empat tahun lalu, ia hanya mampu membukukan prestasi di peringkat lima.
Menurut Ahmad, otot pinggangnya sempat bermasalah sebelum tampil pada laga final gunshu. Namun, dengan dukungan penonton, sakit di pinggangnya hilang seketika.
“Adrenalin saya langsung meningkat ketika mendengar teriakan suporter,” kata dia.
Akan tetapi, Ahmad memprediksi kemampuannya tidak bisa meningkat lagi. Selain faktor usia, ia pun menderita cedera di pergelangan kaki, lutut, dan pinggang.
“Oleh karena itu, saya belum tahu masih akan bermain wushu atau tidak setelah Asian Games,” ujar Ahmad. Ia berencana untuk mengundurkan diri.
Niat serupa dikemukakan peraih medali emas nomor jurus taijijian dan taijiquan putri Lindswell Kwok (26). Di samping sudah mendapatkan gelar paripurna karena telah juara di semua tingkat kejuaraan, kedua lututnya cedera sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Ahmad, semua atlet rentan cedera. Kerentanan itu diperparah fasilitas latihan yang tidak mumpuni. Salah satu yang paling berpengaruh adalah kualitas karpet latihan yang tidak laik.
“Selama ini kami berlatih dengan modal semangat saja,” ujar Ahmad.
Regenerasi
Rencana pengunduran diri dari beberapa atlet mengharuskan pengurus induk cabang untuk segera membina atlet-atlet muda. Apalagi, mereka yang berencana pensiun merupakan atlet andalan.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Wushu Indonesia Ngatino mengatakan, para atlet belum menyampaikan keinginan pensiun secara resmi. Namun, regenerasi senantiasa harus segera disiapkan.
Setelah Asian Games, pihaknya akan menggencarkan sosialisasi cabang wushu. Sasaran utamanya adalah sekolah-sekolah. Selain itu, tanggung jawab penjaringan atlet berbakat juga ditekankan kepada pengurus daerah. Menurut Ngatino, banyak anak-anak potensial yang tidak terjangkau pengurus pusat.
Medali
Kebutuhan regenerasi semakin mendesak jika dilihat dari perolehan medali Asian Games 2018. Wushu telah menyumbangkan tiga medali, yaitu emas dari Lindswell, perak dari Edgar Xavier Marvelo (19), dan perunggu dari Achmad. Atlet pada nomor-nomor lain belum mampu menyumbangkan medali.
Harris Horatius yang bermain pada nomor nanquan dan nangun membukukan prestasi di peringkat keempat dengan akumulasi nilai 19,21. Pada nomor nangun, Selasa (28/8), Harris bermain jauh lebih baik ketimbang penampilan di nomor nanquan sehari sebelumnya.
Ia mendapatkan nilai 9,71 untuk nangun dan 9,50 untuk nanquan. Harris mengatakan, kemarin ia mendapatkan potongan angka sebanyak 0,2, karena kakinya sempat goyang saat mempratikkan salah satu jurus.
Sementara itu, dua atlet wushu nomor sanda atau tarung putri masih berjuang di babak perempat final. Mereka adalah Selviah pertiwi di kelas 52 kilogram dan Mei Yulianengsih Kurniati di kelas 60 kilogram. Di nomor sanda putra, juga masih ada Yusuf Widiyanto di kelas 56 kg dan Riyaya Puja di kelas 70 kg.