Peluang Di Senam Masih Ada
Senam artistik mengandalkan Rifda Irfanaluthfi meraih medali di Asian Games 2018. Ujian besar bagi atlet muda itu untuk banggakan bangsa.
JAKARTA, KOMPAS - Laga final senam artistik kuda-kuda lompat putri di Hall D2 JIExpo, Jakarta, hari ini menjadi ujian mental bagi Rifda Irfanaluthfi (18). Jadi andalan meraih medali, dia sempat demam panggung di babak kualifikasi.
Rifda secara berurutan tampil di nomor palang bertingkat, balok keseimbangan, senam lantai, dan kuda-kuda lompat di nomor kualifikasi pada Selasa. Dia sempat dua kali gagal menyelesaikan rutin di palang bertingkat di awal lomba. Rifda baru berhasil di percobaan ketiga.
Penampilan itu membuat Rifda berada di peringkat ke-43 atau posisi buncit dalam palang bertingkat dengan nilai 8,550.
Hasil buruk itu sempat membuat Rifda galau. Dia menunduk, meratapi penampilannya. Tim pelatih mencoba menghibur peraih emas SEA Games 2017 itu.
”Awalnya grogi karena lama tidak lomba di nomor itu. Terakhir turun, tahun lalu. Selain itu masih trauma cedera siku saat latihan,” kata Rifda.
Penampilan itu berimbas pada aksi Rifda di nomor andalannya, balok keseimbangan. Rifda tampil berhati-hati. Ia bahkan tidak berhasil masuk ke final, setelah hanya duduk di peringkat ke-9. Di nomor ini, hanya delapan pesenam yang langsung lolos ke final.
Dia baru menemukan kepercayaan dirinya pada nomor senam lantai dan kuda-kuda lompat. Dia lolos ke final di dua nomor itu.
Rifda mengakui, final kuda-kuda lompat akan menjadi ujian mental baginya. Namun, kali ini hatinya mantap dan tidak khawatir. Dia sudah terbiasa dengan gerakannya.
Hal itu dibuktikan dengan penampilan yang konsisten. Dari dua percobaan, dia mendapat nilai 13,500. Penampilan tersebut membuat Rifda duduk di peringkat kelima babak kualifikasi.
Pelatih senam artistik, Eva Eva Novalina Butar Butar, juga tidak cemas dengan mental anak asuhnya. Meski baru berusia 18 tahun, Rifda sudah berkali-kali mengikuti seri kejuaraan dunia. Tahun ini, Rifda sempat ikut kejuaraan dunia di Koper, Slovenia, dan di Mersin, Tukri.
Akan tetapi, Eva mengatakan, bakal terus memerhatikan kondisi fisik Rifda. Pada babak awal, Rifda tampil dengan lutut kanan dibebat. Ia mengakui ada cedera kecil di kaki Rifda sehingga dia disimpan di laga beregu putri.
”Rifda harus tampil di final individu kuda-kuda lompat dan final senam lantai. Untuk itu, saya tidak mau ambil risiko,” katanya.
Juru kunci
Tanpa Rifda, Indonesia harus puas jadi juru kunci dalam laga final beregu senam artistik Asian Games 2018, Rabu (22/8), di Jakarta.
Menurunkan Armartiani (20), Tasza Devira (20), dan Amalia Fauziah (22), Indonesia tampil tidak maksimal. Persiapan yang kurang ideal juga dituding jadi penyebabnya.
Armartiani sempat terjatuh dua kali saat salto di senam lantai. Kesalahan itu membuatnya hanya mendapat nilai 9,650. Padahal pada babak kualifikasi, ia bisa meraih nilai 11,000.
Tasza juga sempat melakukan kesalahan di palang bertingkat. Nilainya 8,350 jauh dibandingkan babak kualifikasi sebesar 11,950.
Akibatnya, tim putri hanya mendapat nilai 129,350 dari empat nomor lomba, yaitu kuda-kuda lompat, senam lantai, balok keseimbangan, dan palang bertingkat. Nilai itu membuat mereka hanya berada di peringkat ke-8. Peraih emas dalam nomor ini adalah China dengan total nilai 165,250.
”Ini sudah jadi sejarah bisa berada di delapan besar Asia. Hanya Malaysia yang berada di atas kami,” kata manajer senam Dian Arifin.
Dalam Asian Games 2018 ini, Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia tidak menargetkan tim beregu putri masuk final. Target medali dibebankan pada nomor individu putri dan putra.
Hal itu berkaca dari persiapan yang sangat terbatas. Hingga Mei 2018, senam belum memiliki tempat pemusatan latihan nasional. Mereka masih menumpang latihan di klub-klub lokal.
Rencana latihan di luar negeri pun tidak maksimal. Awalnya, tim senam artistik dijadwalkan berlatih di Amerika Serikat selama tiga bulan. Namun, realisasinya, hanya sekitar sebulan di Rusia.
Kondisi itu juga yang membuat para pesenam harus berlatih terpisah. Tasza dan Amalia berlatih di Surabaya. Sedangkan Rifda dan Armartiani di pelatnas pusat Jakarta.
Selain itu, di tengah dana yang terbatas, tak semua pesenam mendapat porsi uji tanding yang sama. Rifda sempat tiga kali ikut seri kejuaraan dunia. Sedangkan Tasza dan Amalia hanya sekali bertanding.
”Tadi masih gugup waktu tampil. Mungkin karena jarang ke kejuaraan internasional,” kata Tasza. (KEL)