PALEMBANG, KOMPAS Tim dayung Indonesia hanya mampu meraih satu medali perak dan satu perunggu pada final cabang dayung nomor rowing di lintasan Danau Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/8/2018). Indonesia susah payah mengimbangi dominasi China di nomor ini.
Enam dari delapan emas berhasil direbut atlet-atlet China. Emas berasal dari nomor M1x, W1x, W2X, W2-, M2-, dan LM4-. Dua medali emas lainnya diraih Uzbekistan (double sculls putra dan Vietnam (kelas ringan empat putri).
Medali perak diraih Indonesia di kelas ringan putra (LM4-). Namun, kuartet Ferdiansyah, Ihram, Ardi Isadi, dan Ali Buton harus berjuang sangat keras sejak garis start.
Pada jarak 500 meter pertama, tim China yang terdiri dari Xiong, Liu Fanpu, Zhao Chao, dan Zhou Xuewu memimpin dengan catatan waktu 1 menit 34,48 detik. Indonesia ada di posisi kedua, tertinggal 2,40 detik.
Kondisi semakin mendebarkan terjadi di jarak 1.000 m, tim Uzbekistan, M Islambek, Hakimov Shehroz, Usmonov Zafar, dan Rhakimov Oktamurod berhasil mendahului timnas. Selisih waktu keduanya lebih dari setengah detik.
Ketangguhan tim Indonesia pun diuji. Di jarak 1.500 m, tim Indonesia kembali mengejar dan berhasil menempati lagi posisi kedua di belakang China.
China meraih emas dengan catatan waktu 6 menit 28,7 detik. Indonesia harus puas meraih perak dengan selisih waktu 3 detik.
Sementara itu, di nomor pasangan putri (W2-), Julianti dan Yayah Rokayah juga susah payah mempersembahkan perunggu bagi Indonesia. Mereka kalah cepat dibandingkan Rui Ju dan Xinyu Lin (China) serta Kim Seo-hee dan Seoyeong Jeon (Korea Selatan).
Pelatih rowing Indonesia, Dede Rohmat, mengatakan, atlet-atlet Indonesia sudah memberikan yang terbaik.
”China sangat kuat. Pada Kejuaraan Asia tahun lalu, mereka menurunkan tim lain sehingga kita tidak tahu kekuatan yang sesungguhnya,” kata Dede.
Manajer tim dayung Indonesia, Budiman Setiawan, mengapresiasi kerja keras atletnya yang mampu menyumbangkan dua medali meski bukan emas. Dari awal, nomor LM4- memang ditargetkan medali, tetapi tidak harus emas.
”Kami masih memiliki satu finalis lagi di nomor LM8+ yang akan bertanding Jumat ini. Tim China tidak turun di nomor ini. Namun, masih ada Uzbekistan dan India. Kemampuan kedua negara itu tidak dapat dianggap remeh,” kata Budiman.
Jam terbang
Indonesia gagal meraih medali di nomor kano/kayak slalom di Bendung Rentang, Majalengka, Jawa Barat. Untuk berprestasi lebih baik, timnas butuh jam terbang lebih tinggi.
Peluang medali Indonesia sebenarnya ada pada Reski Wahyuni di nomor kano tunggal putri dan Arifal (kayak tunggal putra). Mereka berhasil masuk babak final meski tak menyumbang medali.
”Ini kemajuan bagi kami. Mereka sudah berusaha,” ujar Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia Hari Sidharta.
Hari mengatakan, Indonesia masih berpotensi menorehkan prestasi dalam kano/kayak slalom. Kuncinya, jam terbang berlatih dan bertanding, baik di dalam maupun luar negeri, diperbanyak. Dia juga yakin, jika Bendung Rentang dipertahankan untuk latihan, dua hingga tiga tahun ke depan timnas bakal berprestasi.
”Atlet luar negeri juga memuji kesiapan arena ini. Kami sangat berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempertahankan arena di Bendung Rentang ini,” ujarnya. (SAH/IKI)