JAKARTA, KOMPAS – Lifter-lifter muda Indonesia memanfaatkan kesempatan berharga tampil perdana pada Asian Games 2018. Erwin Rahmat Abdullah (18 tahun), misalnya, menjadi lifter termuda pada kategori lomba 77 kg, tetapi angkatannya menjadi yang terbaik pada Grup B.
Untuk bersaing di Asian Games, tim “Merah Putih” mengirimkan 13 lifter, terdiri dari 7 putra dan 6 putri. Sebanyak 6 dari 13 lifter tersebut menjalani debut di pesta olahraga antarnegara se-Asia. Tiga di antaranya merupakan lifter-lifter muda berusia di bawah 19 tahun, yaitu Erwin Rahmat Abdullah, Yolanda Putri (kelas 48 kg), dan Yuripah Melsandi (69 kg). Lifter lain yang tampil untuk pertama kali ialah Muhammad Purkon (62 kg), Acchedya Jagaddhita (58 kg), dan Nurul Akmal (+75 kg).
Tampil di Hall A2 JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018), Rahmat membukukan total angkatan 314 kg (snatch 142 kg, clean and jerk 172 kg). Dari sembilan lifter yang mengisi kelas 77 kg Grup B, jumlah angkatan Rahmat menjadi yang terbaik. Adapun lifter Indonesia lainnya, I Ketut Ariana, terpaksa mengundurkan diri dari kompetisi karena cedera.
Rahmat merupakan lifter termuda pada kategori 77 kg. Delapan lifter lain yang bermain di Grup B berusia di atasnya, yaitu 19-31 tahun. Namun, usia tidak membuat Rahmat takut. Dirinya bisa tampil yakin, percaya diri, dan menjalankan strategi dengan tepat. “Saya sama sekali tidak grogi. Saya justru semangat dan merasa senang bisa tampil di Asian Games,” ujarnya.
Pada penampilan perdananya, Rahmat tidak melewatkan sekali pun angkatan benar pada tiga kesempatan snatch dan clean and jerk. Jumlah angkatan Rahmat di Asian Games bahkan bisa lebih baik dari latihan sehari-hari. Pada seleksi angkat besi nasional, yang digelar sebulan lalu, Rahmat mencapai rekor angkatan pribadi 310 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 170 kg).
Kepercayaan diri Rahmat kian meningkat ketika dia melihat ibunya, mantan lifter nasional Ami Asun Budiono hadir di arena kejuaraan. Ami datang dari Makassar untuk memberi dukungan kepada putra tunggalnya.
Saat melakukan angkatan terakhir clean and jerk 172 kg, air mata Rahmat menetes. “Saya sangat rindu ibu. Sejak bergabung dengan pelatnas, saya sulit bertemu ibu. Saat tidur, saya bahkan sempat bermimpi ketemu keluarga. Saya senang sekali ibu bisa hadir memberi dukungan,” kata Rahmat.
Rahmat berlatih angkat besi sejak berusia tujuh tahun. Pemuda itu terpanggil untuk menggeluti cabang angkat besi karena ingin melampaui pencapaian ayahnya, Erwin Abdullah, pada olahraga yang sama. Pada Asian Games 2002, Erwin Abdullah meraih medali perak. Mantan lifter nasional itu kemudian memutuskan pensiun karena cedera pinggang.
“Saya ingin mendapatkan medali emas Asian Games dan menembus rekor ayah. Karena itu, saya berlatih angkat besi,” kata Rahmat.
Prestasi Rahmat pada sejumlah kejuaraan nasional membawanya berlatih di pelatnas. Sejak Januari lalu, Rahmat bersama tiga lifter remaja terpilih bergabung dengan pelatnas angkat besi. Mereka dipilih untuk memperkuat tim menjelang Asian Games 2018 serta untuk mempercepat proses regenerasi atlet menjelang Olimpiade 2020 dan 2024.
Tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman sempat membuat Rahmat rindu kampung halaman. Namun, pemuda itu menahan rasa rindu dan berusaha berlatih keras demi Indonesia.
Harapan dari lifter muda juga datang dari Yolanda Putri. Lifter putri asal PPLP Sumatera Utara itu bermain di kelas 48 kg, kelas yang sama dengan lifter peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Asian Games 2018, Sri Wahyuni Agustiani.
Yolanda mengatakan, sejak lama dirinya memang kagum dengan Sri Wahyuni. Ketika berlatih di pelatnas angkat besi, Yolanda bahkan memilih tempat berlatih menghadap poster Sri Wahyuni. “Sri Wahyuni memotivasi saya untuk berlatih lebih giat. Saya berharap suatu hari bisa melampaui angkatannya,” katanya.
Namun, ketika tampil di Asian Games, Senin lalu, Yolanda terlihat gugup. Sebelum mengangkat beban, Yolanda berjalan mondar-mandir di atas matras angkat besi. Gerakan itu tidak pernah dilakukannya ketika berlatih atau mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Hasilnya, Yolanda menempati peringkat ke-10 dari 12 lifter yang tampil pada kategori 48 kg. Yolanda membukukan total angkatan 162 kg (snatch 72 kg, clean and jerk 90 kg). Pada kategori ini, Sri Wahyuni merebut medali perak.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, lifter-lifter muda merupakan harapan PB PABBSI. "Kami ingin regenerasi terus berjalan. Oleh karena itu, sejak sekarang kami menyiapkan lifter muda untuk menjadi pelapis para senior. Didukung dengan penerapan ilmu keolahragaan yang tepat, saya yakin mereka bisa menjadi harapan di masa mendatang," kata Djoko.