JAKARTA, KOMPAS — Warga Jakarta, terutama yang berada di wilayah Semanggi, antusias menonton perjuangan pelari Indonesia, Agus Prayogo, pada perlombaan maraton putra. Beberapa dari mereka ada yang datang hanya untuk menonton, ada pula warga yang menonton sambil berolahraga.
Perlombaan maraton putra yang digelar Sabtu (25/8/2018) pagi diikuti 21 pelari dari 13 negara. Perlombaan dimulai pukul 06.00 WIB di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Sejak pagi, antusiasme warga sudah terlihat. Mereka menunggu para pelari memulai perlombaan di depan pusat perbelanjaan fX Sudirman.
Saat rombongan pelari melewati Jalan Gerbang Pemuda I dan berbelok ke Jalan Jenderal Sudirman, tepuk tangan dan teriakan dukungan kepada Agus Prayogo memecah keheningan Jakarta. Yel-yel seperti ”Indonesia... Indonesia” dan teriakan semangat dari suporter yang hadir semakin memeriahkan suasana perlombaan.
Selain di depan fX Sudirman, ada sebagian kecil warga yang berada di simpang Semanggi, menunggu 21 pelari yang mengikuti pertandingan pada hari itu. Irma (26) mengatakan, dirinya menunggu sejak pukul 5.30 pagi untuk melihat pelari Indonesia, Agus Prayogo, beraksi.
”Biarpun cuma satu atlet (dari Indonesia), tetap harus didukung oleh masyarakat,” ujar Irma saat ditemui pada Sabtu pagi.
Warga Meruya, Jakarta Barat, itu mengatakan sudah menonton beberapa cabang lain di GBK. Cabang lain yang sudah ia tonton antara lain bulu tangkis dan renang. Irma tertarik menonton maraton karena perlombaan tersebut tidak berada pada satu lokasi.
Warga lain, Tian (31), juga tidak ingin ketinggalan menyaksikan perlombaan maraton tersebut. Tian yang datang bersama tiga temannya juga sudah bersiap-siap di depan fX Sudirman 15 menit sebelum perlombaan dimulai.
Pria yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur, itu berencana menyaksikan perlombaan hingga usai. Ia juga membawa sebuah kamera digital untuk mengabadikan momen-momen berharga.
”Emang sengaja datang cepat karena saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memotret atlet-atlet yang lewat sini,” katanya.
Nonton sambil olahraga
Selain warga yang datang khusus untuk menonton, ada pula beberapa warga yang menyaksikan perlombaan sambil berolahraga. Salah satu warga, Hengky, mengatakan sengaja berolahraga sedikit lebih pagi agar bisa melihat Agus Prayogo yang akan lewat di depan kawasan Sudirman Central Business District (SCBD). Biasanya, ia memulai kegiatan berolahraga pukul 07.00.
”Karena hari ini sekalian mau lihat maraton, saya sudah mulai lari sejak sekitar pukul 06.00 agar waktunya terkejar. Melihat atlet-atlet yang berjuang untuk negaranya juga memotivasi saya untuk berolahraga lebih rutin,” ungkap pria yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta tersebut.
Hengky juga mengungkapkan, dirinya menyaksikan perlombaan maraton ini hingga selesai. Rute maraton pada Asian Games yang berupa sirkuit memungkinkan Hengky untuk melihat para pelari melewati wilayah di depan SCBD sebanyak dua kali.
Meskipun tidak dapat melihat Agus kembali melintasi jalan di depan kawasan SCBD karena cedera, Hengky tetap bangga dengan usaha Agus. ”Bagaimanapun, dia sudah berusaha mati-matian untuk menahan sakit. Agus sudah memberikan yang terbaik dan hal itu sangat luar biasa,” lanjutnya.
Sama halnya dengan Hengky, Ardi (37) juga bangun lebih awal untuk berolahraga pagi sambil menonton Agus Prayogo. Ia juga mengajak istri dan anaknya yang masih duduk di kelas VI SD untuk ikut dengannya.
Ardi mengatakan, dirinya memang suka berolahraga di daerah Sudirman dan Semanggi saat acara hari tanpa kendaraan bermotor (car free day). Namun, hal ini jarang ia lakukan dengan keluarganya. Dengan mengajak keluarga, ia bisa berolahraga sekaligus berekreasi bersama anaknya.
Ardi menambahkan, meskipun tidak tahu banyak soal cabang lari maraton, dirinya yakin pasti persiapan dan usaha yang telah dilakukan Agus telah maksimal. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia patut memberikan apresiasi kepada pelari berusia 33 tahun tersebut.
”Jangan hanya saat menang saja didukung. Atlet juga perlu dukungan saat mereka sedang terpuruk. Sudah usaha keras, tapi dinyinyirin, kan, pasti tidak enak rasanya,” ujarnya. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)